backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Konsumsi Jelly untuk Diet, Apakah Efektif dan Sehat?

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Zulfa Azza Adhini · Tanggal diperbarui 27/11/2023

Konsumsi Jelly untuk Diet, Apakah Efektif dan Sehat?

Jelly merupakan makanan bertekstur kenyal yang umumnya rendah kalori dan bebas lemak, sehingga sering dijadikan makanan untuk diet. Salah satu produk jelly yang sering digunakan dalam diet adalah Jell-O. Produk jelly asal Amerika ini terbuat dari gelatin, mengandung protein dan kalsium. Ketahui efek mengonsumsi jelly untuk menurunkan berat badan pada ulasan berikut ini.

Apakah jelly bagus untuk diet?

Mengonsumsi jelly bagus untuk diet karena jelly rendah kalori dan bebas lemak, sehingga cocok bagi Anda yang sedang menjalani program diet defisit kalori.

Anda bisa mengonsumsi jelly sebagai camilan ketika diet. Produk agar-agar seperti Jell-O bisa memberikan rasa kenyang untuk mengganjal perut, sehingga mencegah makan berlebihan atau ngemil makanan tinggi kalori. 

Agar-agar juga bisa memberikan tambahan asupan gizi saat diet. Satu cup (125 gram) Jell-O tanpa gula mengandung sekitar 48 kkal, 2 gram protein, 10 gram karbohidrat, dan 7,2 miligram kalsium. 

Namun, perlu Anda ketahui bahwa produk jelly tanpa gula masih mengandung pemanis buatan seperti aspartam yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan.

Namun, jika dikonsumsi dalam batas yang wajar, Jell-O umumnya tidak akan mengganggu program diet Anda. Oleh sebab itu, pastikan untuk mengonsumsi agar-agar sewajarnya saat diet, paling tidak satu atau dua cup sehari.

Manfaat jelly untuk diet

jelly untuk diet

Karena jelly yang rendah kalori dan bebas lemak, makanan ini dapat menjadi pilihan camilan yang tepat untuk menurunkan berat badan. Kandungan gelatin pada jelly bisa membantu Anda mengontrol nafsu makan ketika diet.  

Sebuah studi dalam jurnal Eat Weight Disorder melakukan penelitian pada 12 orang pasien obesitas dan 10 orang pasien dengan berat badan normal guna mengetahui efektivitas konsumsi gelatin terhadap kontrol nafsu makan seseorang. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah mengonsumsi gelatin, pasien obesitas di dalam penelitian tersebut memiliki konsentrasi hormon ghrelin (pemicu rasa lapar) yang lebih rendah. 

Selain itu, terjadi peningkatan kadar hormon glucagon-like peptide-1 (GLP-1), yakni hormon yang menyebabkan berkurangnya nafsu makan. Dengan begitu, Anda dapat merasa kenyang lebih lama. 

Penelitian lain dalam jurnal Clinical Nutrition juga menyebutkan bahwa gelatin termasuk jenis protein yang dapat memicu rasa kenyang lebih baik dibandingkan jenis protein lainnya. 

Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa kelompok orang yang mengonsumsi makanan dengan kandungan gelatin merasa kenyang lebih lama dan makan lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi protein kasein, soy, atau whey

Kekurangan jelly untuk diet

Berikut ini beberapa kekurangan diet dengan jelly yang perlu Anda pertimbangkan. 

1. Mengandung pemanis buatan

Meskipun saat ini tersedia produk agar-agar tanpa gula, makanan ini umumnya masih memiliki kandungan pemanis buatan seperti aspartam dan sukralosa. 

Jika dikonsumsi secara berlebihan, pemanis ini juga dapat berdampak buruk. Studi dalam British Journal of Nutrition mengungkapkan bahwa konsumsi aspartam dapat meningkatkan berat badan dan massa lemak.

2. Menggunakan pewarna buatan

Jelly

Sebagian besar jelly untuk diet mengandung pewarna makanan buatan. Ada beberapa efek pewarna buatan yang bisa memberikan efek samping, contohnya, allura red atau Red 40 yang mengandung benzidin.

Studi dalam jurnal Frontiers in Microbiology menyebutkan bahwa konsumsi terlalu banyak makanan yang mengandung Red 40 dapat menyebabkan mual, alergi, intoleransi makanan, asma, kerusakan otak, hingga penyakit jantung. 

3. Dapat berisiko alergi

Meskipun jarang terjadi, mengonsumsi jelly untuk diet mungkin dapat menyebabkan reaksi alergi. Reaksi alergi ini disebabkan oleh kandungan gelatin di dalam agar-agar. Berikut beberapa gejala alergi akibat konsumsi gelatin. 

  • Gatal-gatal.
  • Pembengkakan pada beberapa bagian tubuh, seperti bibir, lidah atau wajah.
  • Sesak napas. 

Jika Anda mengalami reaksi alergi serius seperti di atas setelah mengonsumsi agar-agar dengan gelatin, sebaiknya segera cari pertolongan medis darurat.

Catatan akhir

  • Jelly baik dikonsumsi saat diet karena termasuk makanan yang rendah kalori.
  • Anda bisa mengonsumsinya 1 – 2 cup sehari sebagai camilan di antara jam makan utama.
  • Perhatikan kandungan pemanis buatannya yang bisa menaikkan berat badan.
  • Agar lebih aman, buat sendiri agar-agar di rumah tanpa menambahkan gula atau pemanis lainnya. Gunakan potongan buah mangga, jeruk, atau stroberi untuk memperkaya cita rasa. 

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Zulfa Azza Adhini · Tanggal diperbarui 27/11/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan