backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

9 Tanda Kekurangan Protein bagi Kesehatan Tubuh

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 03/08/2023

    9 Tanda Kekurangan Protein bagi Kesehatan Tubuh

    Protein merupakan zat gizi penting untuk otot dan jaringan tubuh. Sayangnya, tubuh tidak dapat menyimpan protein dalam waktu yang lama. Maka itu, Anda perlu mencukupi kebutuhan protein harian. Apa yang terjadi jika tubuh kekurangan protein? 

    Penyebab kekurangan protein 

    Kekurangan protein adalah kondisi yang umum terjadi ketika Anda tidak dapat memenuhi kebutuhan protein harian dari makanan.

    Kabar baiknya, hal ini cukup jarang terjadi bila Anda memiliki pola makan dengan gizi yang seimbang

    Selain itu, ada beberapa kondisi lainnya yang bisa membuat seseorang mengalami defisiensi zat gizi protein. 

    1. Konsumsi protein berkualitas rendah

    Defisiensi protein juga dapat terjadi akibat mengonsumsi sumber protein berkualitas rendah. Sebagai contoh, daging hewan dan beberapa sayuran memang mengandung protein.

    Hanya saja, jumlah rangkaian asam amino yang merupakan bentuk dasar protein tersebut bisa beragam. Hal ini memengaruhi asupan protein seseorang, terutama pada mereka yang menjalani diet vegan. 

    Diet vegan memiliki aturan menghilangkan semua makanan berbahan dasar daging sehingga asupan protein pun terbatas.

    Kekurangan protein pada vegetarian bisa terjadi jika mereka tidak mengonsumsi sumber protein nabati yang sehat, seperti: 

    • polong-polongan, 
    • kacang-kacangan, serta 
    • biji-bijian. 

    2. Menderita penyakit tertentu

    Tak hanya pola makan dengan kandungan protein yang rendah, defisiensi protein bisa disebabkan oleh kondisi medis tertentu, antara lain: 

  • AIDS, 
  • anoreksia nervosa
  • kanker, 
  • masalah pencernaan, seperti amiloidosis,
  • penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), hingga 
  • gagal ginjal. 
  • Beberapa penyakit yang disebutkan biasanya membutuhkan ahli gizi guna membantu merancang pola makan yang sesuai dengan kondisi kesehatan Anda.

    Dengan begitu, kekurangan gizi, seperti protein, mungkin tidak akan terjadi. 

    Tanda-tanda kekurangan protein

    mengatasi rambut rontok setelah melahirkan

    Mengingat protein merupakan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, kekurangan nutrisi ini berkaitan dengan berbagai macam gangguan kesehatan.

    Di bawah ini beberapa tanda defisiensi protein yang bisa mengganggu kesehatan Anda. 

    1. Mudah lapar

    Salah satu akibat dari kekurangan protein yang paling sering terlihat yaitu mudah lapar. Begini, protein menjaga kadar gula darah tetap stabil. Bila jumlah protein tidak cukup, tingkat glukosa pun menjadi tidak seimbang. 

    Akibatnya, tubuh akan mendorong Anda untuk terus makan seolah-olah belum mendapatkan sumber energi yang cukup. Jika terus dibiarkan, hal ini bisa meningkatkan risiko obesitas atau kegemukan. 

    2. Gangguan kognitif

    Selain mudah lapar, kekurangan protein dapat memicu naik turunnya gula darah yang bisa memengaruhi kesehatan otak. Alhasil, otak menjadi kesulitan untuk fokus, berpikir, hingga sering merasa linglung. 

    Hal ini telah dibuktikan melalui studi dari Brain Disorders & Therapy. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa diet rendah protein berdampak pada komunikasi neuron yang mengubah sistem saraf (neurotransmitter). 

    Kondisi tersebut mungkin terjadi karena tubuh tidak dapat melepaskan nutrisi karbohidrat untuk energi dan menggerakkan otak akibat kurangnya protein. Oleh sebab itu, memenuhi kebutuhan protein harian penting demi menjaga kesehatan otak. 

    3. Beberapa bagian tubuh membengkak (edema)

    Kondisi edema terjadi ketika penumpukan cairan pada jaringan dan rongga tubuh yang menyebabkan pembengkakan. Salah satu penyebab edema yaitu kekurangan protein. 

    Pada saat Anda tidak mendapatkan asupan protein yang cukup, tubuh juga kekurangan serum albumin. Serum albumin merupakan salah satu jenis protein yang disimpan dan diedarkan dalam darah. 

    Bila tubuh kekurangan albumin, pembengkakan pada bagian tubuh yang terpengaruh pun muncul. Hal ini juga mungkin terjadi karena defisiensi protein menyulitkan tubuh mengatur dan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit. 

    Perlu diingat bahwa edema termasuk gejala kekurangan protein yang parah, atau disebut kwashiorkor. Kondisi ini umumnya ditandai dengan pembengkakan pada perut, atau perut buncit dengan badan yang kurus. 

    4. Kehilangan massa otot

    Sudah bukan rahasia umum lagi bila protein berperan penting dalam mendukung pertumbuhan dan kekuatan otot. Hal ini dikarenakan jaringan otot tubuh merupakan bagian yang paling banyak menyimpan dan menggunakan protein. 

    Bila Anda mengalami defisiensi protein, protein dalam otot rangka akan diambil secara perlahan untuk memenuhi kebutuhan protein. Tidak heran bila otot yang tidak mendapat protein yang cukup akan menyusut dan massanya ikut turun. 

    Tidak hanya itu, Anda juga bisa merasakan nyeri dan kram akibat kekurangan zat gizi makro yang satu ini. 

    5. Perlemakan hati

    Umumnya, perlemakan hati disebabkan penyalahgunaan alkohol dalam jumlah banyak. Namun, masalah liver ini juga bisa diakibatkan oleh defisiensi protein. 

    Penyebab pastinya belum diketahui, tetapi para ahli berpendapat hal ini mungkin terjadi karena tubuh tidak menghasilkan lipoprotein yang cukup. Jenis protein yang satu ini bertugas untuk mengangkut lemak. 

    Alhasil, penumpukan lemak pada hati dapat menyebabkan kegagalan fungsi hati bila terus dibiarkan. 

    6. Rambut rontok

    Ada banyak hal yang bisa menjadi penyebab kerontokan rambut dan salah satunya yakni defisiensi protein. Pasalnya, rambut mengandung 90% protein dan kekurangan protein dapat membuat rambut mudah rapuh dan rontok. 

    Selain itu, rambut menjadi lebih kering, mengalami perubahan warna, dan menjadi tampak tipis. 

    Walaupun demikian, para ahli masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Hal ini bertujuan mengetahui apa penyebab pasti defisiensi protein memengaruhi kesehatan rambut

    7. Masalah pada kulit dan kuku

    Bagi orang yang kekurangan protein sering kali mengalami perubahan pada kulit dan kuku. Bagaimana tidak, kedua hal tersebut sebagian besar terbuat dari protein. 

    Sebagai contoh, kwashiorkor pada anak-anak bisa dibedakan dengan ciri-ciri kulit yang bermasalah, seperti: 

  • terkelupas atau pecah, 
  • tampak memerah, serta 
  • ruam kulit
  • Di lain sisi, defisiensi protein dapat membuat kuku Anda mudah rapuh mengingat bagian ini mengandung keratin yang cukup banyak. Namun, masalah pada kulit dan kuku umumnya dijumpai pada kasus defisiensi protein yang sangat parah. 

    8. Mudah sakit

    Protein berfungsi dalam membangu senyawa pada sistem kekebalan tubuh. Jika jumlah protein dalam tubuh tidak tercukupi, tubuh mungkin menjadi lemah untuk melawan virus atau bakteri. Tidak heran bila tubuh mudah terserang penyakit. 

    Sementara itu, kurangnya protein juga menurunkan produksi sel darah putih. 

    Jika Anda terluka, tubuh membutuhkan protein baru untuk menyembuhkan dan membangun kembali sel, jaringan, dan kulit. Kekurangan protein tentu dapat membuat luka lebih lama untuk sembuh. 

    9. Pertumbuhan anak terhambat (stunting)

    Protein tidak hanya membantu menjaga massa otot dan tulang, melainkan juga penting untuk pertumbuhan anak. Kekurangan protein tentu akan sangat berbahaya bagi anak karena tubuhnya membutuhkan asupan protein yang seimbang. 

    Faktanya, stunting merupakan tanda malnutrisi pada masa kanak-kanak yang sering terlihat, dilansir dari jurnal Maternal & child nutrition

    Oleh sebab itu, para orangtua perlu memperhatikan asupan gizi, terutama protein, pada anak mereka guna mencegah terjadinya stunting

    Perlu diingat bahwa tanda-tanda kekurangan gizi di atas mirip dengan penyakit lainnya. Bila Anda merasakan perubahan secara fisik yang mengganggu, terutama ketika menjalani diet, konsultasikan dengan dokter dan ahli gizi.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 03/08/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan