backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Fakta Diet Hanya Minum Jus untuk Menurunkan Berat Badan

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Dwi Ratih Ramadhany · Tanggal diperbarui 12/12/2022

    Fakta Diet Hanya Minum Jus untuk Menurunkan Berat Badan

    Mengonsumsi sayur dan buah selama diet memang sangat dianjurkan. Akan tetapi, ada sebagian orang yang memilih diet jus untuk menurunkan berat badan.

    Sebenarnya, apa itu diet jus dan bagaimana pengaruhnya bagi kesehatan selama program menurunkan berat badan?

    Apakah boleh diet hanya minum jus?

    Diet jus adalah metode menurunkan berat badan dengan hanya mengonsumsi jus alami dari buah-buahan dan sayuran.

    Selain untuk menurunkan berat badan, diet ini dimanfaatkan untuk detoksifikasi atau mengeluarkan racun dari tubuh. 

    Namun, diet dengan hanya minum jus sayur dan buah ternyata kurang baik untuk kesehatan dan kurang efektif menurunkan berat badan.

    Ini penjelasan lengkapnya mengenai diet hanya mengonsumsi jus buah dan sayur. 

    1. Diet jus rendah protein

    Jus sayuran

    Anda disarankan untuk mengonsumsi berbagai jenis makanan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan gizi. 

    Jika hanya mengonsumsi satu jenis makanan, hal ini tentu membuat Anda kesulitan memenuhi kebutuhan gizi harian.

    Salah satu asupan yang sulit Anda penuhi saat melakukan diet plant-based adalah protein.

    Nah, diet jus buah dan sayur hanya menyediakan sedikit asupan protein, tidak mencukupi kebutuhan protein harian.

    Jadi, kekurangan protein bisa Anda alami saat hanya mengonsumsi jus buah dan sayur setiap hari.

    Padahal, menurut jurnal Nutrients (2018), protein dibutuhkan untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan mempertahankan massa otot. 

    Kekurangan protein membuat Anda lebih rentan terkena penyakit serta  lebih lemas untuk beraktivitas.

    2. Membuat Anda mudah lapar

    Jika Anda berencana untuk diet, mengonsumsi jus saja setiap hari justru membuat Anda tidak kenyang. Anda pun mudah tergoda untuk mengonsumsi makanan lain. 

    Jus hanya mengandung serat dan protein dalam jumlah sedikit.

    Meski sayur dan buah kaya serat, kandungan seratnya bisa hilang hingga 90% karena proses blend saat diolah menjadi jus

    Padahal, serat dan protein dapat membuat Anda kenyang lebih lama.

    Tidak hanya serat dan protein, kandungan gizi lain yang terdapat dalam buah dan sayur juga bisa hilang atau rusak.

    Selain itu, jus yang terbuat dari buah dan sayur memiliki kalori yang cukup rendah.

    Hasilnya, Anda mungkin justru merasa sering lapar sehingga ada kecenderungan untuk mengonsumsi jus dalam jumlah banyak, tetapi tidak mencapai target kalori yang dibutuhkan. 

    Oleh karena itu, Anda perlu mempertimbangkan kembali risiko diet jus untuk mendapatkan hasil diet yang Anda inginkan.

    3. Terlalu rendah kalori

    aneka jus

    Menjalani diet memang erat kaitannya dengan mengatur total kalori yang masuk, misalnya untuk tujuan defisit kalori.

    Saat Anda menjalani program diet, biasanya jumlah kalori minimal yang harus masuk ke dalam tubuh Anda adalah 1200 kalori. 

    Jika kurang dari jumlah ini, Anda berisiko mengalami kekurangan gizi dan penyakit tertentu, seperti batu empedu. 

    Jus buah dan sayur mengandung kalori yang sedikit. Walaupun Anda mengonsumsinya berkali-kali dalam sehari, belum tentu bisa mencukupi kebutuhan kalori. 

    Jika hanya mengonsumsi jus buah dan sayur selama 10 hari, tubuh Anda mungkin mengartikan hal ini sebagai tanda kelaparan.

    Hasilnya, tubuh akan merespons dengan memperlambat metabolisme sehingga hal ini akan mengganggu metabolisme normal Anda.

    4. Menimbulkan efek samping

    Pemenuhan nutrisi yang kurang dapat membuat Anda mengalami efek samping. 

    Beberapa efek samping yang mungkin Anda rasakan karena hanya mengonsumsi jus adalah cepat lelah, sakit kepala, bau mulut, sulit berpikir, murung, sakit perut, dan kelaparan. 

    Anda mungkin juga mengalami masalah dengan pencernaan, seperti diare.

    Hanya mengonsumsi jus juga tidak baik bagi Anda yang punya diabetes. Hal ini dapat mengganggu kadar gula darah Anda. 

    Wanita yang sedang hamil atau menyusui juga tidak disarankan untuk melakukan diet dengan jus. 

    Pada saat hamil dan menyusui, Anda membutuhkan banyak sekali nutrisi yang tidak mungkin terpenuhi hanya dari jus. 

    Orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh, penyakit jantung, penyakit hati, atau penyakit ginjal juga tidak disarankan untuk melakukan diet atau detoksifikasi jus.

    Untuk itu, konsultasikan dengan ahli gizi guna mengetahui informasi seputar diet jus atau diet sehat lain yang cocok dengan kondisi Anda.

    Cara diet jus yang tepat

    Diet dengan hanya mengonsumsi jus buah atau sayur tidak disarankan.

    Namun, diet jus yang dikombinasikan dengan makanan bergizi lainnya bisa mengoptimalkan hasil diet dan tetap menjaga kesehatan.

    Anda tidak hanya bisa mengonsumsi jus, tapi perlu juga makan sumber gizi lain, misalnya nasi merah sebagai sumber karbohidrat atau ikan sebagai sumber protein dan lemak sehat.

    Dengan begitu, manfaat diet jus justru lebih optimal dalam menurunkan berat badan.

    Dikutip dari jurnal Advances in Nutritions (2012), diet sehat tinggi buah dan sayuran direkomendasikan karena dapat meningkatkan kesehatan.

    Buah-buahan dan sayuran memegang peranan penting dalam pedoman diet karena kandungan zat gizi dan fitonutriennya, seperti:

    • vitamin C dan A, 
    • mineral terutama elektrolit, 
    • antioksidan, dan
    • serat tinggi. 

    Dari kandungan tersebut, manfaat kesehatan yang bisa didapatkan melalui program diet dengan jus adalah pengaruhnya dalam menjaga kesehatan usus Anda.

    Jika fungsi usus baik, Anda akan terhindar dari masalah pencernaan dan metabolisme. Alhasil, program diet untuk menurunkan berat badan akan lebih lancar.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Dwi Ratih Ramadhany · Tanggal diperbarui 12/12/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan