backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Hindari Konsumsi Berlebihan, Ini 6 Efek Samping Minum Jus Seledri

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Tanggal diperbarui 31/03/2023

Hindari Konsumsi Berlebihan, Ini 6 Efek Samping Minum Jus Seledri

Meskipun jus seledri membantu tubuh tetap terhidrasi, sebaiknya Anda tidak mengonsumsinya secara berlebihan. Pasalnya, ada risiko efek samping kesehatan dari konsumsi jus seledri.  

Apa efek samping minum jus seledri?

Ada banyak keuntungan yang diperoleh bila Anda minum jus seledri.

Jus seledri dapat mengurangi risiko peradangan dan meningkatkan kesehatan kardiovaskular, yakni jantung dan pembuluh darah.

Namun, banyak yang mengonsumsi jus seledri berlebihan untuk mendapatkan efek detoksfikasi (pembersih racun tubuh).

Padahal, jus seledri yang diminum secara berlebihan akan menimbulkan efek samping.

1. Gangguan kulit

Mengonsumsi jus daun seledri dalam jumlah yang banyak dapat  meningkatkan reaksi kimia di dalam tubuh.

Seledri sendiri memiliki zat kimia seperti furanocoumarin dan psoralen. Keduanya bisa bersifat fototoksik pada kulit jika terlalu banyak.

Fototoksik adalah reaksi yang timbul pada kulit karena paparan sinar UV. Ini karena kulit menjadi sangat sensitif (hipersensitivitas). 

2. Tekanan darah tinggi

Jus seledri bisa menimbulkan efek samping yang terkait dengan konsumsi tinggi natrium, seperti kenaikan tekanan darah (hipertensi) dan kelebihan cairan tubuh.

Seledri mengandung 30 mg natrium dalam setiap 40 gram. Saat membuat jus seledri, Anda perlu memperhatikan takaran yang tepat. 

Orang dewasa harus membatasi asupan natrium harian mereka tidak lebih dari 1.500 mg dalam sehari. 

3. Menimbulkan interaksi obat

Jus seledri dapat berinteraksi dengan sejumlah obat, termasuk obat pengencer darah, diuretik, litium, dan obat tiroid. 

Pasalnya, jus seledri tinggi kandungan vitamin K yang bermanfaat untuk pembekuan darah.

Zat gizi dalam jus seledri ini mungkin menurunkan efektivitas obat pengencer darah. 

Jika saat ini menggunakan obat-obatan tersebut, pastikan berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung seledri.

4. Reaksi alergi

beda alergi dan intoleransi makanan

Beberapa orang mungkin alergi terhadap seledri. Reaksi alergi bisa menyebabkan masalah pada kulit, gangguan pencernaan, dan masalah pernapasan.

Dalam beberapa kasus, seseorang dengan alergi seledri dapat mengalami syok anafilaksis yang berbahaya.

Jika mengalami gejala syok anafilaksis, segera cari bantuan medis. Gejala tersebut antara lain:

  • sulit bernafas,
  • tenggorokan terasa tercekik, dan
  • detak jantung berdetak cepat.

5. Masalah pencernaan

Mengonsumsi jus seledri terlalu banyak juga dapat menyebabkan sejumlah gangguan pencernaan. 

Pasalnya, seledri mengandung manitol yang dapat menarik air ke dalam saluran pencernaan dan menyebabkan diare.

6. Gula darah rendah

Jika memiliki gula darah rendah, sebaiknya hindari mengonsumsi jus seledri dalam jumlah yang banyak.

Pasalnya, seledri berpotensi untuk mengatasi gula darah tinggi.

Riset dari dalam Saudi medical journal (2018) menyebut seledri  mengurangi kadar gula dalam darah pada lansia yang mengalami prediabetes.

Apabila gula darah Anda cenderung rendah, mengonsumsi seledri berpotensi menyebabkan penurunan gula darah ekstrem (hipoglikemia).

Cara tepat konsumsi jus seledri

jus seledri

Mengonsumsi jus seledri dalam porsi yang sesuai tentu bisa mendatangkan manfaat kesehatan.

Berikut aturan minum jus seledri yang tepat.

  • Jika memiliki alergi atau sensitif terhadap seledri hindari mengonsumsi tanaman ini. 
  • Apabila memiliki riwayat hipertensi atau mengurangi konsumsi natrium, batasi asupan seledri. 
  • Jika mempunyai gangguan kulit seperti fotosensitivitas atau alergi sinar matahari, kurangi konsumsi seledri.

Apabila memiliki kondisi medis tertentu, bicarakan kepada dokter sebelum memutuskan untuk rutin mengonsumsi jus seledri.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Tanggal diperbarui 31/03/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan