backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Terbukti, Ketahanan Otot Wanita Ternyata Dua Kali Lebih Kuat dari Pria

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Irene Anindyaputri · Tanggal diperbarui 21/12/2020

    Terbukti, Ketahanan Otot Wanita Ternyata Dua Kali Lebih Kuat dari Pria

    Ketika mendengar kata “atletis”, sosok seperti apa yang muncul dalam bayangan Anda? Kebanyakan pasti membayangkan sosok laki-laki gagah dan berotot. Sejak zaman prasejarah, laki-laki dianggap sebagai sosok yang lebih kuat dan berotot daripada perempuan pada umumnya. Namun, penelitian di zaman modern menawarkan sudut pandang yang berbeda soal ketahanan otot wanita dan pria.

    Jadi otot siapa yang ketahanannya lebih kuat, wanita atau pria? Simak jawabannya berikut ini!

    Apa yang dimaksud dengan ketahanan otot?

    Ketahanan otot adalah kemampuan otot untuk berkontraksi dalam periode waktu yang cukup lama. Misalnya ketika Anda melakukan latihan plank. Anda harus menahan seluruh beban tubuh Anda menggunakan otot-otot lengan dan perut dalam waktu yang cukup lama. Semakin kuat ketahanan otot Anda, semakin lama pula Anda bisa menahan posisi tersebut.  

    Ketahanan otot wanita ternyata lebih kuat

    Sejumlah penelitian membuktikan kalau laki-laki memang memiliki massa otot yang lebih besar daripada perempuan. Akan tetapi, massa otot besar tidak menjamin otot Anda punya ketahanan yang kuat.

    Sebuah penelitian yang dilaksanakan oleh tim ahli dari University of Colorado menunjukkan bahwa wanita ternyata memiliki ketahanan hingga dua kali lipat lebih besar daripada pria. Penelitian lain dalam The Indian Journal of Medical Research juga mengungkapkan hal yang serupa, bahwa wanita ototnya lebih mampu menahan tekanan dibanding pria.

    Dalam berbagai studi tersebut, para pakar kesehatan dan olahraga menemukan bahwa ketika berolahraga, otot yang kuat dan besar justru memiliki ketahanan yang lebih rendah. Pria yang ototnya besar dan kuat biasanya tak sanggup menahan beban berat dalam waktu yang lama. Padahal pria mampu menahan beban yang sangat berat.

    Sedangkan wanita yang tergabung dalam penelitian yang telah disebutkan tadi pada umumnya tak mampu menahan beban yang terlalu berat. Akan tetapi, para wanita tersebut sangup menahan beban dalam waktu yang sangat lama.

    Berbagai faktor yang memengaruhi ketahanan otot

    Selain karena perbedaan massa otot, ada beberapa faktor lain yang memengaruhi ketahanan otot pria dan wanita. Berikut ini adalah berbagai faktornya.

    1. Perbedaan kadar hormon

    Wanita memiliki kadar hormon estrogen yang lebih tinggi daripada pria. Estrogen berperan penting dalam menjaga otot-otot tubuh. Dengan begitu, otot jadi lebih tahan terhadap tekanan dan kontraksi dalam waktu lebih lama.

    Sedangkan pria memiliki kadar hormon testosteron lebih tinggi daripada wanita. Hormon inilah yang bertanggung jawab untuk membangun massa dan kekuatan otot pada pria dan wanita. Namun, karena hormon testosteron yang tinggi, pria jadi cenderung berolahraga dengan latihan yang lebih keras dan beban yang lebih berat. Karena itu, otot-otot pria jadi mudah lelah dan tidak bisa menahan kontraksi terlalu lama.

    2. Beda jenis latihan

    Baik wanita maupun pria sama-sama kerap menjalani latihan ketahanan fisik. Namun, laki-laki umumnya memilih olahraga dengan intensitas yang berat tapi waktunya lebih singkat. Ini karena banyak laki-laki ingin membentuk otot dengan cepat.

    Sementara itu, kebanyakan wanita mungkin berolahraga dengan tujuan menurunkan berat badan. Maka, mereka cenderung memilih olahraga dengan intensitas sedang namun waktunya lebih lama. Karena perbedaan jenis latihan ini, wanita pun jadi lebih terbiasa menahan kontraksi otot tubuh lebih lama dari pria.

    3. Aliran darah wanita lebih deras

    Sebuah penelitian oleh tim yang dipimpin pakar ilmu olahraga Sandra K. Hunter dalam Journal of Applied Physiology mengungkapkan bahwa wanita memiliki aliran darah yang lebih deras menuju otot dibanding pria. Hal ini membuat otot-otot wanita jadi lebih tahan tekanan dan kontraksi. Namun, para ahli menyatakan bahwa penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk mendukung hasil temuan ini.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh Irene Anindyaputri · Tanggal diperbarui 21/12/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan