Setiap hari Anda tentu ingin tampil sempurna, dengan pakaian yang rapi dan kebersihan diri yang terjaga.Namun, apa jadinya jika penampilan Anda sudah prima, tapi ternyata bau kaki Anda tidak sedap? Tentu semua usaha Anda untuk tampil mempesona jadi sia-sia. Belum lagi biasanya orang-orang segan untuk memberi tahu apabila Anda mengalami masalah bau kaki. Untuk menghindari hal ini, Anda perlu tahu penyebab serta cara menghilangkan bau kaki yang tak mengenakkan.
Apa yang menyebabkan kaki beraroma tak sedap?
Secara medis, masalah bau kaki dikenal dengan sebutan bromodosis. Bromodosis adalah kondisi di mana kaki Anda memproduksi keringat berlebihan dan kaki menjadi lembap, terutama saat memakai sepatu, sehingga muncul aroma tidak sedap.
Seperti halnya telapak tangan, telapak kaki juga memiliki kelenjar keringat yang berfungsi untuk melembapkan kulit dan mengatur suhu tubuh, misalnya ketika cuaca sedang panas atau Anda sedang berolahraga.
Ketika keringat terus diproduksi oleh kelenjar keringat pada kaki, berbagai bakteri akan tumbuh untuk memecah senyawa organik pada keringat. Aktivitas inilah yang akan menghasilkan aroma yang tidak sedap pada kaki.
Untuk tahu bagaimana cara menghilangkan bau kaki, sebelumnya Anda perlu tahu dulu penyebab-penyebab di balik timbulnya bau tak sedap pada kaki.
Ada banyak hal yang bisa menyebabkan kaki berkeringat secara berlebihan. Umumnya, masalah bau kaki muncul karena keringat yang menempel pada kaus kaki atau sepatu tidak dikeringkan maupun diganti selama lebih dari satu hari.
Namun, pada beberapa orang, masalah bau kaki disebabkan oleh kondisi yang lebih serius. Berikut ini adalah faktor-faktor risikonya:
1. Perubahan hormon
Pada manusia, perubahan hormon bisa menyebabkan produksi keringat bertambah.
Ini yang terkadang membuat cara menghilangkan bau kaki sulit untuk dilakukan bagi beberapa orang karena perubahan hormon adalah hal yang tak bisa dihindari.
Perubahan hormon bisa terjadi saat masa puber atau saat mengandung. Itulah mengapa para remaja, ibu hamil, atau pasien terapi hormon lebih rentan mengalami masalah bau kaki.
2. Hiperhidrosis
Menurut situs NHS, hiperhidrosis adalah sebuah kondisi medis di mana seseorang memproduksi keringat jauh lebih banyak dari biasanya.
Gangguan hiperhidrosis umumnya disebabkan oleh berbagai kelainan neurologis atau metabolisme. Hiperhidrosis juga bisa menyebabkan seseorang mengalami bau badan berlebih.
3. Kutu air
Kutu air, atau yang dikenal juga dengan nama athlete’s foot, disebabkan oleh infeksi jamur dan bisa menyerang siapa saja, tak hanya para atlet.
Kondisi ini biasanya ditandai dengan rasa gatal dan kulit kaki yang kering dan pecah-pecah. Anda pun jadi rentan mengalami berbagai masalah kaki lainnya.
4. Stres
Stres akan menyebabkan berbagai respon yang berbeda pada tubuh setiap orang. Ada yang jadi gatal-gatal, sakit perut, berjerawat, atau pusing.
Namun, ada juga beberapa orang yang akan berkeringat secara berlebihan pada telapak tangan dan kaki ketika diserang stres.
Ini karena tubuh Anda akan melepaskan hormon stres yaitu kortisol, yang akan memicu kelenjar keringat untuk terus memproduksi keringat.
Cara menghilangkan bau kaki tidak sedap
Untuk mengatasi bau kaki tidak sedap, ada beberapa cara yang bisa Anda coba sendiri di rumah:
1. Selalu cuci kaki hingga bersih
Langkah terpenting untuk menghilangkan bau kaki adalah dengan cuci kaki secara menyeluruh.
Cuci kaki Anda dengan bersih setiap hari dengan sabun yang mengandung antibakteri dan antijamur.
Setelah itu, keringkan sampai tuntas supaya kaki Anda, terutama pada sela-sela jari, tidak terasa lembap. Kaki yang kering juga mencegah tumbuhnya jamur di sela-sela jari.
2. Rendam kaki dalam air hangat
Cara berikutnya untuk menghilangkan bau kaki adalah dengan merendam kaki di dalam iar hangat.
Gunakan air hangat yang dicampur dengan larutan garam selama 15 sampai 20 menit. Rendam kaki Anda di dalam larutan tersebut setiap hari.
Garam bisa membantu mengurangi produksi keringat pada kaki. Anda bisa melakukannya sebelum tidur, sehingga kaki Anda memiliki kesempatan untuk “bernapas” sebelum kembali mengenakan sepatu atau kaos kaki.
3. Oleskan minyak esensial
Menghilangkan bau kaki juga bisa Anda lakukan dengan cara menggunakan minyak esensial alias essential oil.
Oleskan minyak esensial lavender pada kaki Anda dan pijat lembut selama beberapa menit.
Selain memberi aroma yang segar pada kaki, lavender memiliki kandungan yang bisa membunuh bakteri penyebab bau kaki tidak sedap.
4. Eksfoliasi kaki
Eksfoliasi pada kulit kaki bertujuan agar kaki Anda terbebas dari sel-sel kulit mati serta kotoran yang menumpuk.
Gunakan scrub khusus kaki dengan kandungan antibakteri dan gosokkan pada kaki sambil memijat ringan.
Lakukan cara ini secara rutin setiap kali Anda mandi, dan niscaya bau kaki pun enggan berlama-lama muncul.
5. Ganti kaus kaki setiap hari
Jangan menggunakan kaus kaki atau sepatu yang sama selama dua hari berturut-turut.
Keringat masih akan menempel dan mengandung berbagai bakteri penyebab masalah bau kaki.
Pastikan Anda selalu memakai kaus kaki dan sepatu dalam keadaan kering. Anda juga sebaiknya mengganti kaus kaki setiap hari.
Sebelum menggunakan sepatu dan kaus kaki, Anda bisa coba menyemprotkan deodoran atau antiperspirant yang biasa digunakan untuk ketiak pada kaki.
6. Simpan sepatu dengan baik
Setelah Anda berhasil menjajal cara-cara di atas untuk menghilangkan bau kaki, Anda tentunya juga harus mencegah permasalahan ini kembali terjadi di lain waktu. Caranya adalah dengan menyimpan sepatu dengan baik.
Simpanlah sepatu di tempat dengan sirkulasi udara yang baik. Angin-anginkan sepatu Anda secara berkala, terutama jika Anda habis memakainya seharian penuh.
Masukkan beberapa bungkus silica gel kecil pada setiap pasang sepatu saat disimpan. Silica gel yang mengandung silikon dioksida ini mampu menyerap kelembapan di dalam sepatu dan mengusir bau tidak sedap.
Itu dia sederet tips yang bisa Anda lakukan untuk membasmi bau kaki. Dengan demikian, Anda akan menjadi lebih percaya diri dengan penampilan tanpa harus khawatir akan bau kaki yang mengganggu.
Hello Health Group dan Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, maupun pengobatan. Silakan cek laman kebijakan editorial kami untuk informasi lebih detail.