backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

3 Cara Mengatasi Ketindihan Saat Tidur (Sleep Paralysis)

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 21/12/2020

    3 Cara Mengatasi Ketindihan Saat Tidur (Sleep Paralysis)

    Pernahkah Anda merasakan tubuh ketindihan dan tidak bisa bergerak saat tidur? Fenomena ketindihan ini disebut juga sleep paralysis. Kondisi ini dapat membuat Anda terbangun dan sulit untuk tidur kembali. Lantas, bagaimana cara mengatasi sleep paralysis? Yuk, simak panduannya berikut ini.

    Sebenarnya, apa itu sleep paralysis?

    Sleep paralysis termasuk salah satu gangguan tidur. Kondisi ini menyebabkan seseorang merasa tertindih, tidak dapat bergerak, dan biasanya diikuti dengan halusinasi seperti ada seseorang yang mengawasi serta perasaan tubuh berputar atau melayang.

    Sleep paralysis umum terjadi pada orang yang kurang tidur, mengalami perubahan jam tidur, atau memiliki penyakit narkolepsi. Meski tidak berbahaya, kondisi ini dapat menimbulkan ketakutan serta kecemasan sehingga mengganggu tidur.

    Cara mengatasi sleep paralysis saat tidur

    Tidak ada perawatan khusus untuk mengatasi sleep paralysis. Saat sleep paralysis terjadi, perasaan panik memang akan muncul. Namun, Anda harus menghadapinya dengan tenang. Jika Anda panik dan melawan, sensasi “ketindihan’ akan semakin bertambah parah.

    Tenangkan diri Anda dengan mengatur napas, lalu gerakkan jari tangan atau kaki secara perlahan. Cara ini membantu Anda untuk melepaskan diri dari sleep paralysis. Jangan khawatir, kondisi ini akan berlangsung sementara, yakni beberapa detik atau menit.

    Melansir laman National Health Service, sleep paralysis akan membaik dari waktu ke waktu. Nah, satu-satunya cara untuk mengatasi kondisi ini agar tidak terjadi lagi adalah menerapkan kebiasaan tidur yang baik, di antaranya:

    1. Tidur cukup

    Kurang tidur jadi salah satu penyebab sleep paralysis. Jika Anda tidak ingin kondisi ini kembali terjadi, memastikan Anda cukup tidur menjadi salah satu cara mengatasi sleep paralysis.

    Setiap orang memang memiliki kebutuhan tidur yang berbeda-beda. Namun, umumnya membutuhkan tidur selama 6 hingga 8 jam per hari. Agar Anda cukup tidur, hindari semua hal yang bisa mengganggu jam tidur, seperti:

    • Minum kopi di sore hari atau minum alkohol menjelang tidur.
    • Makan dalam porsi besar di malam hari
    • Memainkan ponsel di kasur menjelang tidur
    • Melakukan olahraga 2 jam sebelum tidur

    2. Tidur dan bangun di jam yang sama

    manfaat tidur kekebalan tubuh

    Cara mengatasi sleep paralysis selanjutnya adalah menerapkan jam bangun dan tidur yang sama setiap hari. Meski libur sekalipun, Anda harus tetap bangun dan tidur di jam yang sama. Jangan berpikiran hari libur membuat Anda tidur lebih larut dan bangun lebih siang.

    Terbiasa bangun dan tidur di jam yang sama, mendukung jam biologis tubuh dan keseluruhan fungsi tubuh. Kebiasaan ini juga menghindari Anda tidur larut malam atau bangun lebih siang, yang berisiko membuat Anda kurang tidur atau tidur berlebihan.

    3. Lakukan perawatan lanjutan

    klaim asuransi kesehatan periksa ke dokter sakit penyakit ciri gejala

    Meningkatkan kualitas tidur dengan cara di atas, umumnya berhasil mengatasi sleep paralysis. Namun, pada beberapa kasus, orang yang mengalami kondisi ini terus-menerus membutuhkan perawatan dokter. Terutama pada orang yang memiliki narkolepsi, restless leg syndrome, atau masalah kejiwaan yang menyebabkan insomnia.

    Orang dengan kondisi tersebut membutuhkan obat-obatan untuk mengurangi gejala, sehingga dapat tidur lebih baik. Obat yang diberikan biasanya adalah antidepresan. Terapi mungkin dibutuhkan untuk mengurangi stres dan meringankan gejala sehingga tidur tidak lagi terganggu.

    Sumber foto feature: Medical News Today

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 21/12/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan