backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Awas! Ini Bahaya Sering Headbang Saat Nonton Konser Metal

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 08/06/2023

    Awas! Ini Bahaya Sering Headbang Saat Nonton Konser Metal

    Kalau Anda suka menonton konser dan festival musik rock, punk, atau metal, Anda pasti tahu artinya headbanging atau headbang. Menikmati musik cadas ini tentu tidak lengkap bila tidak sambil mengangguk-anggukkan kepala.

    Namun, hati-hati. Kebiasaan yang tampaknya sepele ini bisa mendatangkan bahaya, lho!

    Dampak buruk headbanging bagi kesehatan tubuh

    bahaya headbang

    Headbang artinya gerakan mengangguk-anggukkan kepala sambil mengikuti ritme musik. Hal ini cukup umum dilakukan penikmat genre musik keras, seperti rock, punk, atau metal.

    Meski tampak seru untuk dilakukan, berikut adalah beberapa bahaya headbang bagi kesehatan.

    1. Berisiko menyebabkan perdarahan otak

    Pada studi kasus yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet (2014), headbang diketahui dapat menyebabkan perdarahan otak.

    Pasalnya, perilaku menganggukkan kepala secara cepat ini bisa membuat otak beradu dengan tengkorak.

    Studi tersebut menceritakan seorang pria berusia 50 tahun yang berkonsultasi dengan spesialis bedah saraf Hannover Medical School, Jerman, karena sakit kepala yang buruk selama dua minggu.

    Diketahui bahwa pasien tersebut adalah seorang penggemar musik heavy metal tanpa riwayat trauma kepala sebelumnya. 

    Gejala sakit kepala terjadi setelah ia melakukan headbang ketika menonton konser Motörhead.

    Pemeriksaan lebih lanjut dengan CT-scan kepala memperlihatkan adanya subdural hematoma kronis, yakni perdarahan kepala yang terjadi antara lapisan tengkorak dan permukaan otak.

    Pria tersebut lalu mengatakan kepada dokter bahwa dirinya telah sering melakukan headbang selama bertahun-tahun. 

    Hal ini menunjukkan bahwa headbanging menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami perdarahan otak.

    2. Meningkatkan risiko cedera otak dan saraf tulang belakang

    Penelitian terbaru dalam jurnal Archives Of Rehabilitation Research And Clinical Translation pada 2022 juga menyebutkan beberapa dampak negatif headbang.

    Menurut studi tersebut, gerakan headbang dapat meningkatkan risiko cedera otak traumatis tingkat sedang hingga parah.

    Selain disebabkan oleh subdural hematoma, kasus cedera otak traumatis akibat headbanging juga disebabkan oleh:

    • robeknya pembuluh arteri karotis,
    • pembentukan gumpalan darah pada arteri,
    • pecahnya pembuluh darah leher, dan
    • perdarahan di dalam jaringan otak.

    Sebagai tambahan, para peneliti juga mengingatkan bahwa gerakan menganggukkan kepala dengan keras dapat meningkatkan risiko cedera saraf tulang belakang.

    3. Cedera lecutan

    Pada penelitian lama yang dilakukan Andrew McIntosh dan Declan Patton dari University of New South Wales, Australia, diketahui bahwa headbang bisa meningkatkan risiko cedera lecutan (whiplash).

    Di samping itu, risiko cedera akibat menggerakkan kepala ke atas dan ke bawah serta memutar kepala dengan kencang akan makin meningkat saat tempo musiknya juga tinggi.

    Kedua peneliti ini menemukan bahwa risiko cedera leher meningkat saat musik mencapai tempo 130 ketuk per menit (beats per minute/bpm).

    Padahal, rata-rata lagu yang diteliti dalam studi ini dan membuat penonton melakukan headbang memiliki tempo yang lebih cepat, yakni sekitar 146 bpm.

    Rentang gerakan kepala juga memengaruhi risiko cedera. Headbang yang memicu sakit kepala dan pusing lebih sering terjadi saat pergerakan leher dan kepala lebih besar dari 75 derajat.

    Terkait adanya risiko cedera ini, McIntosh dan Patton menyarankan musisi untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai bahaya headbang yang terlalu berlebihan.

    Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan peringatan untuk para pendengar lagu dan penonton konser supaya melakukan headbanging dengan lebih berhati-hati.

    Tips aman melakukan headbang saat nonton konser

    nonton konser

    Para dokter berpendapat bahwa risiko headbang untuk menyebabkan cedera dan perdarahan otak cenderung sangat kecil. Pada akhirnya, hal ini boleh saja Anda lakukan.

    Meski begitu, besar-kecilnya risiko juga tergantung pada kekuatan dan frekuensi headbanging.

    Orang  yang lebih sering mendengarkan genre musik keras dan melakukan headbang dengan kekuatan lebih besar tentu berisiko lebih tinggi untuk mengalami cedera.

    Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi risiko cedera akibat perilaku ini. Berikut ini beberapa di antaranya.

    • Jangan melakukan headbang bila memiliki riwayat cedera kepala atau kondisi medis lain yang berisiko, seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) dan penyakit jantung.
    • Batasi waktu yang Anda habiskan untuk menikmati musik dengan menggerak-gerakan atau memutar kepala.
    • Pakai pelindung leher untuk melindungi kepala dan gerakkan kepala Anda secara perlahan.
    • Hindari headbanging bila Anda dalam kondisi mabuk.
    • Istirahat atau hentikan hal ini bila Anda mulai merasakan ketidaknyamanan.

    Penting bagi penikmat musik keras untuk memperhatikan tanda-tanda dari dampak buruk yang timbul akibat headbanging berlebihan.

    Beberapa tanda tersebut seperti pusing, sakit kepala, nyeri rahang, pandangan kabur, kesulitan mendengar, berkurangnya konsentrasi, perubahan mood, dan lekas marah.

    Apabila Anda merasakan tanda-tanda tersebut setelah datang ke konser musik, sebaiknya segera periksakan diri Anda ke dokter.

    Kesimpulan

    • Headbang adalah gerakan mengangguk-anggukkan kepala yang umumnya dilakukan seseorang saat mendengarkan lagu rock, punk, atau metal.
    • Perilaku ini memiliki dampak buruk bagi kesehatan, seperti meningkatkan risiko cedera kepala dan perdarahan otak.
    • Meski risikonya kecil, Anda dapat mengurangi efek headbang dengan menghindarinya (terutama jika memiliki riwayat cedera kepala) dan berhenti bila merasakan ketidaknyamanan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


    Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 08/06/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan