backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Transplantasi Organ

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Lika Aprilia Samiadi · Tanggal diperbarui 13/04/2023

Transplantasi Organ

Organ di dalam tubuh Anda bisa saja rusak karena berbagai faktor, seperti cedera, penyakit tertentu, atau degenerasi (penuaan). Rusaknya organ bisa mengganggu fungsi normal tubuh. Bila kerusakan sudah sangat parah, kemungkinan besar dokter akan merekomendasikan transplantasi organ sebagai pengobatannya.

Ingin tahu lebih jauh mengenai prosedur medis ini? Mari simak ulasan lengkapnya berikut ini!

Apa itu transplantasi organ?

Transplantasi organ adalah operasi untuk memindahkan organ sehat dari seorang pendonor untuk ditransplantasikan ke orang lain (penerima) yang mengalami kerusakan organ. 

Hal ini biasanya dilakukan untuk menyelamatkan hidup orang yang menerima transplantasi organ.

Prosedur transplantasi organ yang telah dilakukan saat ini di antaranya transplantasi ginjal, pankreas, hati, jantung, paru-paru, dan usus halus. Dalam situasi khusus, transplantasi dobel juga dijalankan, misalnya ginjal dan pankreas atau jantung dan paru-paru.

Transplantasi ginjal adalah prosedur yang paling sering dilakukan untuk saat ini. Sementara transplantasi usus halus dapat dibilang jarang atau masih langka dilakukan di Indonesia.

Syarat-syarat untuk melakukan transplantasi organ berbeda-beda, tergantung dari jenis organ yang akan ditransplantasikan. 

Untuk mencari organ yang pas dan sesuai tubuh pasien, biasanya dilakukan tes golongan darah dan ukuran organ. Selain itu, petugas juga akan memeriksa: 

  • berapa lama Anda terdaftar di waiting list calon penerima organ, 
  • apakah Anda masuk dalam daftar prioritas,
  • dan jarak lokasi calon pendonor organ dan calon penerima organ.

Calon penerima organ bisa memilih terlebih dulu pendonor organ yang diharapkan, apakah dari orang yang masih hidup atau sudah meninggal. Pendonor organ yang masih hidup biasanya berasal dari keluarga dekat atau teman. 

Pendonor yang potensial nantinya akan menjalani tes darah untuk melihat apakah organ mereka cocok dengan penerima organ.

Apabila hasil tes menunjukkan organ pendonor tidak sesuai, penerima organ bisa mencari program yang menyediakan perwakilan donor.

Dalam kebutuhan mendesak, nama Anda akan berada di daftar teratas untuk diprioritaskan mendapat donor. Ada juga punya opsi membeli organ.

Namun di Indonesia, hal ini dilarang dan diatur di dalam undang-undang Pasal 64 ayat (3) UU 36/2009.

Kapan saya perlu menjalani transplantasi organ?

Donor organ biasanya menjadi pilihan pengobatan paling akhir jika pengobatan yang dilakukan sebelumnya tidak memberikan hasil yang efektif.

Dokter akan merekomendasikan prosedur medis ini ketika organ tersebut sudah kehilangan fungsi dan bisa berdampak fatal jika tidak diganti. Salah satu contohnya adalah kasus donor ginjal.

Peran utama ginjal adalah menyaring produk limbah dari darah dan mengubahnya menjadi kotoran. Jika ginjal kehilangan kemampuan ini, produk limbah dapat menumpuk, yang berpotensi mengancam jiwa.

Hilangnya fungsi ginjal ini dikenal juga dengan sebagai penyakit ginjal kronis stadium akhir atau gagal ginjal.

Prosedur dialisis mungkin bisa dilakukan, tapi bisa merepotkan dan memakan waktu sehingga transplantasi ginjal menjadi pengobatan yang paling tepat.

Persiapan sebelum transplantasi organ

operasi penanganan hipospadia

Setelah mendapat kabar bahwa ada kandidat organ yang cocok, calon penerima organ dapat sedikit bernapas lega.

Selama menunggu jadwal operasi, calon penerima organ sebaiknya mempersiapkan diri baik dari segi mental, fisik, dan termasuk finansial. 

1. Persiapkan mental Anda

Anda harus mempersiapkan mental ketika menghadapi transplantasi organ. Beri tahu segala keluh kesah dan kekhawatiran Anda kepada dokter.

Dokter akan memberi tahu tentang apa saja kemungkinan yang akan Anda hadapi. Selain itu, cobalah berbincang dengan orang-orang yang sudah pernah mengalami transplantasi organ.

Tak mudah menerima kenyataan bahwa kita harus menjalani transplantasi organ dan menyadari dampaknya.

Setelah melalui transplantasi, kesehatan Anda mungkin tidak akan sama persis seperti dahulu. Namun, Anda tetap harus optimis dalam menjalani hidup.

2. Perhatikan gaya hidup Anda

Calon penerima organ membutuhkan perubahan gaya hidup baik sebelum atau sesudah menjalani transplantasi, seperti menurunkan berat badan atau berhenti merokok

Hal ini memang sulit tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan sama sekali. 

Mintalah bantuan para ahli jika perubahan gaya hidup terasa sulit. Ingatlah bahwa transplantasi organ adalah langkah medis yang Anda butuhkan.

3. Persiapkan biaya yang dibutuhkan

Apa pun jenis organnya, transplantasi merupakan prosedur yang cukup menguras banyak biaya. Jadi, jangan lupa persiapkan diri Anda dari segi keuangan. 

Cek ke instansi asuransi Anda apakah mereka juga akan menggantikan biaya operasi transplantasi ini. Anda juga bisa menggunakan BPJS atau KIS yang disediakan oleh pemerintahan Indonesia.

Situs resmi U.S Health Resources and Service Administration menyebutkan bahwa Anda akan membayar biaya sebelum, saat, dan setelah prosedur. Anda tidak perlu membayar organ donor.  

4. Konsultasi ke dokter

Sambil mempersiapkan diri secara mental, fisik, dan finansial, Anda pasti punya segudang pertanyaan yang Anda ingin tanyakan. 

Pertanyaan yang paling sering salah satunya adalah kapan Anda sudah harus ada di rumah sakit sebelum operasi dimulai. 

Jawaban untuk pertanyaan ini bervariasi dan bergantung dengan berbagai macam faktor, termasuk kondisi kesehatan Anda sendiri.

Berikut adalah daftar-daftar pertanyaan yang bisa Anda ajukan ke dokter sebelum transplantasi organ.

  • Apa saja risiko dan keuntungan dari transplantasi organ?
  • Bagaimana cara kerja waiting list untuk transplantasi?
  • Seperti apa tingkat keberhasilan transplantasi organ yang sama dengan saya dan seusia dengan saya?
  • Seberapa panjang waiting list untuk organ yang saya butuhkan?
  • Bagaimana tinggi tingkat keselamatan selama satu tahun di rumah sakit ini untuk tindakan transplantasi organ yang sama dengan saya?
  • Berapa banyak dokter operasi yang dapat melakukan jenis transplantasi yang saya butuhkan?
  • Sampai kapan harus tinggal di rumah sakit setelah operasi transplantasi?
  • Apakah saya langsung bisa bepergian, atau apakah saya perlu tinggal di satu tempat dengan jarak yang ditentukan untuk beberapa saat?
  • Apakah ada tes-tes lain yang perlu saya jalani dan berapa lama?
  • Apa biasanya alasan yang membuat saya harus kembali ke rumah sakit lagi setelah operasi?

Proses selama transplantasi organ

Perawatan ini dilakukan dengan menggantikan organ yang rusak dengan organ yang sehat. Seorang dokter akan mengambil organ dari orang lain dan menempatkannya di tubuh Anda lewat prosedur pembedahan.

Cleveland Clinic menyebutkan bahwa durasi operasi transplantasi bergantung pada organ yang ditransplantasikan dan juga berbagai faktor lain. 

Misalnya, Anda mungkin saja menghabiskan waktu di kamar operasi lebih sebentar bila Anda sudah pernah menjalani operasi di organ yang sama atau sudah pernah transplantasi yang sama sebelumnya.

Berikut ini adalah perkiraan rata-rata waktu operasi transplantasi organ.

Akan tetapi, jangan berpatok pada waktu-waktu di atas. Dokter akan memberi tahu Anda perkiraan waktu operasi sesuai kondisi Anda.

Proses setelah transplantasi organ

Dokter dan pasien wanita muslim

Pemulihan usai transplantasi organ bergantung dengan operasi yang Anda jalani dan proses standar dari rumah sakit sendiri. 

Begitu operasi selesai, Anda biasanya dipindahkan ke ICU. Anda dapat mulai menerima tamu begitu dokter mengizinkan. Jika kondisi Anda baik, Anda mulai bisa menerima tamu di hari yang sama dengan hari operasi.

Selama pemulihan, hal yang paling diutamakan adalah membuat Anda dapat bergerak dan aktif kembali. 

Biasanya, Anda mulai diminta duduk di kursi sehari atau dua hari setelah operasi. Berapa lama Anda tinggal di rumah sakit juga bervariasi. 

Para dokter dan suster akan menilai seberapa baik kondisi Anda sebelum dan sesudah menjalani transplantasi.

Di bawah ini adalah waktu pemulihan yang dibutuhkan setelah menjalani transplantasi organ. 

  • Transplantasi ginjal: sekitar 4—5 hari
  • Untuk transplantasi ginjal-pankreas sekitar 7—10 hari
  • dan untuk transplantasi liver 7—10 hari

Risiko komplikasi

pemeriksaan dokter gastroenterologi

Selain fungsinya, efek samping juga menjadi pertimbangan dokter dan pasien ketika akan melakukan prosedur ini.

Munculnya efek samping bisa jadi karena prosedur itu sendiri, obat-obatan yang perlu diminum setelah pengobatan, atau kondisi psikologis yang mungkin terjadi setelah perawatan.

1. Efek samping obat

Penerima donor organ biasanya diharuskan minum obat untuk menekan sistem imun. Meskipun menimbulkan efek samping, kabar baiknya kondisi ini akan membaik seiring waktu.

Beberapa contoh efek samping yang umum terjadi di antaranya:

Walaupun daftarnya sangat banyak, setiap orang merespons obat-obatan dengan cara yang berbeda-beda sehingga efek samping yang muncul pun akan berbeda-beda.

Oleh karena itu jangan cemas, dan tetap terhubung dengan rumah sakit serta dokter yang menangani pengobatan Anda.

2. Komplikasi pengobatan

Selain dari obat yang diminum, transplantasi organ juga bisa menimbulkan efek samping berupa masalah kesehatan, seperti kadar kolesterol tinggi, hipertensi, masalah pencernaan, diabetes, atau masalah seksual.

3. Kondisi psikologis setelah perawatan

Orang-orang yang menerima transplantasi organ biasanya akan mengalami berbagai macam perasaan takut.

Perasaan itu muncul mulai dari masalah kesehatan, mencari pendonor, pemulihan, dan hidup dengan organ baru.

Sebagian orang-orang penerima transplantasi organ dapat mengalami depresi atau rasa takut yang kronis akibat pengalaman tersebut.

Minum obat terkait donor organ juga punya kemungkinan mengubah sifat seseorang. Salah satu obat tersebut yakni prednison, yang bisa membuat penggunanya kurang makan nasi dan lebih menyukai roti.

Kondisi psikologis yang berubah setelah perawatan pun bisa mengubah sifat penerima donornya.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Lika Aprilia Samiadi · Tanggal diperbarui 13/04/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan