backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Hemodialisis, Prosedur Cuci Darah untuk Penyakit Gagal Ginjal

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Lika Aprilia Samiadi · Tanggal diperbarui 14/10/2021

Hemodialisis, Prosedur Cuci Darah untuk Penyakit Gagal Ginjal

Definisi

Apa itu hemodialisis?

Hemodialisis adalah salah satu jenis dialisis (cuci darah). Metode cuci darah yang dibantu dengan mesin ini juga merupakan pengobatan yang digunakan untuk membantu pasien yang mengalami kerusakan ginjal. 

Prosedur cuci darah ini membantu Anda mengontrol tekanan darah dan menyeimbangkan kadar mineral penting, seperti kalium dan natrium dalam darah. 

Walaupun dapat membantu meringankan gejala sakit ginjal yang dialami, prosedur ini bukan obat yang dapat menyembuhkan gagal ginjal. Hemodialisis biasanya digunakan bersamaan dengan pengobatan lainnya. 

Apa fungsi hemodialisis?

Hemodialisis berfungsi untuk membersihkan dan menyaring darah Anda dengan bantuan mesin. Hal ini dilakukan sementara waktu agar tubuh bebas dari limbah beracun, garam, dan cairan berlebih. 

Selain itu, terkadang prosedur cuci darah ini juga digunakan untuk membersihkan penumpukan zat yang berasal dari obat. Singkatnya, hemodialisis bekerja untuk menggantikan fungsi ginjal

Prosedur

Bagaimana proses hemodialisis?

Proses hemodialisis biasanya dilakukan menggunakan mesin dialisis dan alat penyaring khusus yang disebut ginjal buatan (dialyzer). Ginjal buatan ini nantinya bekerja untuk membersihkan darah dalam tubuh. 

Agar darah dapat mengalir ke ginjal buatan, dokter akan melakukan pembedahan untuk membuat jalur masuk (akses vaskular) ke pembuluh darah Anda. Berikut ini tiga jenis akses yang biasa dibuat dokter saat memulai proses cuci darah. 

Fistula arteriovenosa (cimino)

Fistula arteriovenous (AV fistula) atau cimino adalah jalan masuk yang dibuat oleh ahli bedah vaskular, dari arteri ke vena. Arteri bertugas membawa darah dari jantung ke tubuh, sedangkan vena mengedarkan darah dari tubuh kembali ke jantung. 

Pada proses ini biasanya dokter bedah membuat akses atau koneksi dari arteri menuju vena dan ditempatkan di bagian lengan bawah atau lengan atas seseorang.

Jika vena membesar, jalur masuk untuk proses cuci darah pun lebih mudah. Tanpa AV fistula, hemodialisis mungkin tidak dapat dilakukan. Pasalnya, vena yang tidak dapat dikendalikan tidak dapat menahan masuknya jarum berulang kali. 

Hal ini tentu dapat menyebabkan kerusakan pada vena. Terlebih lagi, dokter merekomendasikan AV fistula karena beberapa keunggulan di bawah ini. 

  • Mengalirkan darah dengan baik.
  • Bertahan lebih lama.
  • Minim risiko terjadi infeksi atau penggumpalan darah.

Meski begitu, cimino tidak terbebas dari beragam masalah yang mungkin timbul, seperti infeksi atau aliran darah rendah. Bila hal ini terjadi, dokter mungkin akan menyarankan pengobatan lainnya untuk mengatasi masalah ini.

Graft arteriovenous

Graft arteriovenous (AV graft) adalah tabung plastik melingkar yang bertugas menghubungkan arteri ke vena. Berbeda dengan AV fistula, AV graft justru lebih rentan terhadap infeksi dan pembekuan darah. 

Jika hal ini terjadi, gumpalan darah dapat memblokir aliran darah melalui pembuluh darah yang rusak. Namun, ketika penempatan AV graft dilakukan dengan baik, justru akses ini dapat bertahan selama beberapa tahun. 

Kateter vena

Kateter vena merupakan pipa yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah di leher, dada, atau kaki dekat pangkal paha. Akses vaskular ini biasanya hanya dilakukan untuk hemodialisis jangka pendek. 

Pipa ini biasanya dibagi dalam dua tabung yang keluar dari tubuh. Keduanya mempunyai bagian atas yang berperan sebagai jalur yang membawa darah dari tubuh ke dialyzer dan begitu juga sebaliknya.

Sayangnya, kateter vena tidak ideal untuk penggunaan jangka panjang. Pasalnya, tabung ini berisiko terhadap pembekuan darah, infeksi, atau luka pada vena. Akibatnya, vena pun menjadi lebih sempit. 

Walaupun demikian, pasien yang perlu langsung menjalani cuci dialisis biasanya akan menggunakan kateter vena selama beberapa minggu. Pipa ini akan terus dipakai hingga dokter melakukan operasi untuk AV fistula atau AV graft untuk jangka panjang. 

Jika salah satu dari beberapa akses vaskular tersebut berhasil dimasukkan, mesin dialisis akan mulai memompa darah. Selama proses tersebut, mesin juga akan memeriksa tekanan darah dan mengontrol seberapa cepat darah mengalir dan cairan dikeluarkan dari tubuh. 

Apa yang terjadi ketika darah berada di mesin penyaringan?

Pada saat darah masuk di salah satu ujung penyaring, alat akan dipaksa berubah menjadi lebih banyak serat berlubang yang cukup tipis. Setelah darah melewati serat tersebut, larutan dialisis akan mengalir ke arah yang berlawanan di bagian luar serat. 

Kemudian, limbah dari darah akan dipindahkan ke larutan dialisis. Sementara itu, darah yang disaring tetap berada di serat yang berlubang dan kembali ke tubuh Anda. 

Biasanya, dokter nefrologi akan meresepkan larutan dialisis untuk memenuhi kebutuhan Anda. Larutan ini mengandung air dan zat kimia yang ditambahkan untuk menghilangkan limbah, garam, dan cairan dari darah. 

Selain itu, dokter juga dapat menyesuaikan keseimbangan senyawa kimia dalam larutan karena beberapa faktor, seperti:

  • Hasil tes darah menunjukkan darah mengandung terlalu banyak atau terlalu sedikit kalium dan kalsium
  • Memiliki masalah, seperti tekanan darah rendah atau kram otot selama hemodialisis

Pengobatan sakit ginjal ini biasanya berlangsung selama 2 sampai 4,5 jam. Selama prosedur berlangsung, petugas kesehatan akan memeriksa tekanan darah dan menyesuaikan mesin untuk memastikan jumlah cairan yang dikeluarkan dari tubuh Anda. 

Selain itu, Anda juga dapat membaca, menonton, tidur, atau melakukan pekerjaan lain selama cuci darah. 

Persiapan

Apa saja yang perlu dipersiapkan ketika hemodialisis?

Sebagian besar pasien gagal ginjal kronis mungkin memerlukan perawatan tertentu sebelum menjalani hemodialisis. Keputusan untuk memulai prosedur cuci darah tergantung pada kondisi dan penyakit ginjal

Selain itu, dokter juga akan mempertimbangkan kebutuhan metode ini berdasarkan hasil pemeriksaan ginjal. Sebelum itu, Anda mungkin akan diminta untuk berkonsultasi dengan seseorang terkait pilihan perawatan dialisis. 

Jika memilih hemodialisis, Anda akan diberikan waktu memahami dan mempersiapkan diri. Setelah itu, dokter akan memasukkan akses vaskular yang telah disebutkan melalui pembedah untuk mendapatkan akses ke aliran darah. Pembedahan ini biasanya berlangsung cepat dan tidak memerlukan rawat inap. 

Jika Anda sudah memulai prosedur cuci darah, sebaiknya gunakan pakaian yang nyaman dan longgar selama perawatan. Jangan lupa untuk mengikuti instruksi dokter, termasuk puasa pada waktu tertentu sebelum pengobatan. 

Efek samping

Apa saja efek samping yang muncul akibat hemodialisis?

Pada umumnya, pasien yang menjalani hemodialisis akan dipantau sepanjang waktu dan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih. Maka dari itu, prosedur cuci darah ini tergolong cukup aman. 

Namun, ada beberapa risiko penyakit dan efek samping yang dapat terjadi ketika Anda menjalani cuci darah. 

Hal ini dapat terjadi pada pasien dengan kondisi yang sudah cukup parah dan memiliki masalah kesehatan lainnya. Beberapa risiko menjalani hemodialisis meliputi sebagai berikut.

Akses vaskular bermasalah

Akses vaskular adalah jalan masuk yang menghubungkan aliran darah dari tubuh menuju ke mesin dialisis. Bukan tidak mungkin tabung atau pipa ini dapat mengalami masalah, seperti:

  • mengalami infeksi, dan
  • terjadi pembekuan atau penggumpalan darah.

Jika hal ini dibiarkan, pengobatan gagal ginjal ini justru tidak akan berhasil. Anda mungkin memerlukan lebih banyak prosedur untuk memperbaiki akses agar berfungsi dengan benar. 

Tekanan darah rendah (hipotensi)

Anda juga dapat mengalami penurunan tekanan darah secara tiba-tiba ketika menjalani proses hemodialisis. Risiko hipotensi memang cukup tinggi pada pasien dengan kondisi yang parah dan dapat mengancam jiwa. 

Pada beberapa kasus, kondisi ini juga dapat menjadi alasan seseorang untuk tidak lagi menjalani cuci darah atau menghentikannya lebih awal. 

Bagi pasien yang sudah kritis, risiko kematian akibat hipotensi mungkin lebih besar daripada mendapatkan manfaat dari dialisis. 

Detak jantung tidak normal

Beberapa dari Anda yang menjalani hemodialisis mungkin merasakan irama detak jantung menjadi tidak normal. Hal ini dapat terjadi akibat peningkatan kadar kalium di dalam darah (hiperkalemia) karena tidak terbuang dengan baik. 

Apabila tidak segera ditangani, gangguan pada detak jantung dapat menyebabkan kondisi yang lebih parah. Oleh sebab itu, kondisi ini perlu mendapatkan penanganan khusus agar ritme detak jantung kembali normal. 

Anemia

Anemia adalah salah satu efek samping yang paling sering terjadi pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis. 

Pasalnya, ginjal tidak dapat memproduksi hormon eritropoietin untuk menghasilkan sel darah merah. Akibatnya, tubuh pun kekurangan sel darah merah yang menyebabkan anemia. 

Stroke

Menurut penelitian dari jurnal Blood Purification, pasien gagal ginjal stadium akhir yang menjalani dialisis berisiko mengalami stroke 8-10 lebih besar dibandingkan lainnya. Bahkan, prevalensi perdarahan stroke (stroke hemoragik) juga lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum.

Kondisi ini mungkin terjadi karena pengobatan gagal ginjal ini menggunakan antikoagulan (penghambat pembekuan darah) secara rutin. Antikoagulan dipakai untuk mempertahankan sirkuit darah agar proses cuci darah lancar.

Namun, penggunaan obat ini ternyata juga berisiko membuat pasien mengalami perdarahan ketika darah tidak cukup menggumpal. Alhasil, risiko perdarahan berlebih pun terjadi.

Kram otot dan sendi kaku

Bagi pasien yang telah menjalani hemodialisis beberapa tahun mungkin kerap merasakan kram otot dan sendi yang kaku. Kedua kondisi ini dapat terjadi akibat adanya perubahan yang drastis pada cairan tubuh yang mengganggu zat kimia selama perawatan. 

Sebagai contoh, endapan kristal asam urat di dalam darah yang menumpuk dapat menyebabkan kaku dan nyeri pada sendi.

Apabila hal ini terjadi, dokter biasanya akan mengganti larutan dialisis untuk mengurangi risiko kondisi semakin parah. 

Selain beberapa kondisi yang disebutkan, ada efek samping lainnya yang mungkin terjadi selama menjalani cuci darah, seperti:

  • gangguan tidur, seperti restless leg syndrome, sleep apnea, dan insomnia,
  • kulit kering dan gatal,
  • peradangan selaput jantung, serta
  • depresi.

Jika Anda mengalami beberapa masalah yang disebutkan, segera konsultasikan dengan dokter. 

Gaya hidup

Apakah diperlukan perubahan gaya hidup selama cuci darah?

Jika Anda sudah memulai perawatan hemodialisis untuk meringankan gejala gagal ginjal, artinya pola hidup pun ikut berubah. Anda perlu menyesuaikan gaya hidup untuk beradaptasi dengan prosedur cuci darah. 

Jika menjalani dialisis di rumah sakit atau tempat tertentu, Anda mungkin harus beristirahat setelah setiap perawatan. Pasalnya, menyesuaikan dampak gagal ginjal dan waktu yang dihabiskan selama dialisis mungkin saja sulit. 

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menjalani hidup bersamaan dengan proses cuci darah. 

  • Kurangi aktivitas dan pekerjaan berat.
  • Jaga kebersihan akses vaskular dengan sabun dan air hangat.
  • Ikuti anjuran diet gagal ginjal dari ahli gizi dan dokter.
  • Minum obat dan vitamin sesuai instruksi dokter.
  • Lakukan konsultasi rutin dengan dokter.
  • Cara Mudah Menjaga Ginjal Tetap Sehat Tanpa Minum Obat

    Pilihan pengobatan

    Bisakah hemodialisis dilakukan di rumah?

    Hemodialisis biasanya dilakukan rutin di rumah sakit setidaknya 2-3 seminggu. Meski begitu, bolak-balik ke rumah sakit dalam kondisi tubuh yang tidak fit tentu dapat melelahkan mengingat setiap sesinya bisa berlangsung 4 jam.

    Anda tidak perlu khawatir karena proses cuci darah ini ternyata bisa dilakukan di rumah. Namun, prosedur ini tentu tidak bisa dilakukan sembarangan. 

    Berbeda dengan CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis), hemodialisis yang dilakukan di rumah masih menggunakan bantuan mesin.

    Prosedur CAPD memang tidak sepenuhnya menggunakan mesin, tetapi memanfaatkan membran peritoneal pada lapisan di dalam perut untuk menyaring darah. Walaupun demikian, dialisis yang dilakukan di rumah pun juga efektif tergantung kondisi setiap pasien. 

    Berikut beberapa jenis hemodialisis yang dapat dilakukan di rumah.

    • Hemodialisis konvensional (3 kali seminggu selama 3-4 jam).
    • Hemodialisa singkat setiap hari (5-7 kali seminggu selama dua jam).
    • Hemodialisis nokturnal (2-6 kali seminggu pada malam hari hingga 8 jam).

    Jika memutuskan untuk menjalani prosedur cuci darah di rumah, dokter mungkin akan melihat kondisi Anda terlebih dahulu. Kemudian, ia akan merekomendasikan beberapa jenis di atas sesuai dengan kondisi kesehatan Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Lika Aprilia Samiadi · Tanggal diperbarui 14/10/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan