backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan

Rahim Bengkak tapi Tidak Hamil? Ini 4 Penyebabnya

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Putri Ica Widia Sari · Tanggal diperbarui 09/11/2023

    Rahim Bengkak tapi Tidak Hamil? Ini 4 Penyebabnya

    Rahim bengkak atau pembengkakan rahim adalah kondisi medis yang dapat memengaruhi sebagian besar wanita. Kondisi ini dapat menjadi gejala dari berbagai masalah kesehatan

    Oleh karena itu, penting untuk memahami penyebab rahim membengkak. Dengan begitu, wanita dapat lebih waspada dan segera mendapatkan pengobatan. 

    Apa penyebab rahim bengkak?

    rahim terbalik

    Rahim yang membesar umum terjadi karena kehamilan. Namun, bagaimana bila rahim membesar atau membengkak tapi sedang tidak hamil?

    Berikut ini adalah beberapa kondisi lain yang dapat menyebabkan rahim membengkak.

    1. Fibroid rahim

    Fibroid rahim atau uterine fibroid adalah benjolan atau tumor nonkanker kecil yang ditemukan di sepanjang dinding rahim.

    Menurut Office on Women’s Health (OWH) Departemen Kesehatan dan Layanan A.S, sekitar 20—80% wanita memiliki fibroid sebelum berusia 50 tahun. 

    Fibroid rahim sering terjadi pada wanita berusia di atas 30 tahun. Wanita yang gemuk atau dengan berat badan yang berlebih memiliki risiko lebih besar memiliki fibroid.

    Faktor hormonal dan genetik juga memengaruhi pertumbuhan fibroid.

    Fibroid dapat tumbuh sebagai tumor tunggal atau dalam kelompok. Ukuran fibroid kecil dan beratnya mencapai beberapa kilogram.

    Selain pembengkakan rahim, gejala uterine fibroid bisa meliputi berikut ini.

    • Merasa kenyang atau tekanan di perut bagian bawah.
    • Nyeri panggul.
    • Sembelit.
    • Siklus menstruasi berat, menyakitkan, atau tahan lama, kadang dengan jalan menggumpal darah.
    • Perdarahan antarmenstruasi.
    • Sering buang air kecil.
    • Nyeri saat berhubungan seksual.

     2. Adenomiosis

    Adenomiosis adalah penebalan dinding rahim yang terjadi ketika jaringan yang biasanya melapisi rahim (endometrium) bergerak ke luar dinding otot rahim.

    Selama siklus menstruasi, sel-sel otot berdarah serta menyebabkan rasa sakit dan bengkak. 

    Penyebab adenomiosis belum diketahui secara pasti. Namun, adenomiosis biasanya terjadi pada wanita berusia di atas 30 tahun yang sudah memiliki anak.

    Kondisi ini juga sering terjadi pada wanita yang telah menjalani operasi rahim, termasuk operasi caesar. 

    Selain rahim membesar, adenomiosis dapat menunjukkan beberapa gejala berikut ini. 

    3. Kanker endometrium

    Penyebab rahim bengkak yang selanjutnya adalah kanker endometrium atau biasa dikenal dengan kanker rahim. Kanker ini terjadi karena tumbuhnya sel-sel abnormal dalam rahim. 

    Kanker endometrium terjadi karena sebuah pembelahan sel yang abnormal dan tidak terkendali dalam sel untuk membentuk jaringan kelenjar dari dinding rahim menyebabkan endometrioid.

    Kondisi ini biasanya terjadi pada wanita di atas 50 tahun. Adapun gejalanya meliputi:

    • nyeri selama berhubungan seksual,
    • kesulitan buang air kecil, dan 
    • perdarahan vagina saat menstruasi atau setelah menopause

    4. Kista ovarium

    Pembengkakan rahim juga bisa disebabkan oleh kista ovarium. Ini adalah kondisi ketika terdapat kantung yang berisi cairan di ovarium atau permukaan ovarium. 

    Sebagian besar kista ovarium tidak berbahaya dan mayoritas menghilang tanpa adanya perawatan beberapa bulan.

    Namun, ada juga kasus yang menyebabkan kista ovarium pecah dan menyebabkan gejala serius. Gejala umum dari rahim yang membesar akibat kista ovarium meliputi:

    • tekanan dan rasa sakit di perut,
    • nyeri punggung,
    • kesulitan buang air kecil,
    • nyeri saat menstruasi, dan
    • perdarahan abnormal.

    Bagaimana cara mengatasi rahim bengkak? 

    histerektomi angkat rahim

    Mengatasi rahim membengkak sebenarnya perlu disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya. 

    Oleh karena itu, bila Anda mengalami gejala-gejala yang mengkhawatirkan terkait pembengkakan rahim, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat. 

    Nantinya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan tes diagnostik untuk mengidentifikasi penyebab pasti rahim bengkak. 

    Berikut ini adalah beberapa pengobatan yang mungkin akan diberikan oleh dokter untuk mengatasi rahim yang membesar tetapi tidak hamil. 

    1. Terapi obat 

    Obat yang akan diberikan sebenarnya disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya.

    Dokter juga mungkin akan memberikan obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) untuk mengurangi rasa nyeri dan peradangan.

    Perlu Anda ketahui

    Obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) tidak dianjurkan untuk orang-orang berikut ini.
    • Orang yang berusia 75 tahun atau lebih.
    • Memiliki riwayat serangan jantung atau stroke.
    • Penderita asma.
    • Penderita hipertensi atau tekanan darah tinggi.
    • Memiliki riwayat gangguan hati.
    Untuk menggunakan obat ini, pastikan Anda berkonsultasi kepada dokter agar mendapat dosis dan cara penggunaan yang tepat.

    2. Pengobatan hormonal 

    Saat rahim bengkak disebabkan oleh fibroid rahim atau adenomiosis, dokter mungkin akan meresepkan obat terapi hormonal.

    Beberapa di antaranya, yaitu pil kontrasepsi (pil KB), terapi pengganti hormon, atau obat lainnya. 

    3. Prosedur bedah 

    Dalam beberapa kasus, bila obat tidak berhasil mengatasi rahim yang bengkak atau justru kondisinya semakin memburuk, prosedur bedah mungkin akan diperlukan. 

    Ini dapat mencakup pengangkatan fibroid (miomektomi),pengangkatan rahim (histerektomi), atau beberapa prosedur bedah lainnya yang akan disesuaikan dengan penyebabnya. 

    Selain beberapa cara di atas, melakukan perubahan gaya hidup, seperti mengonsumsi makanan bergizi dan olahraga secara rutin juga dapat membantu mengurangi gejala rahim bengkak. 

    Ingatlah, pengobatan rahim bengkak sangat bergantung pada penyebab yang mendasarinya. Oleh karena itu, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan rekomendasi perawatan yang sesuai. 

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Carla Pramudita Susanto

    General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


    Ditulis oleh Putri Ica Widia Sari · Tanggal diperbarui 09/11/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan