backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Neuropati Optik Toksik, Saat Mata Jadi Buta Akibat Keracunan

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh dr. Laura Agnestasia Dj. · Tanggal diperbarui 24/05/2021

    Neuropati Optik Toksik, Saat Mata Jadi Buta Akibat Keracunan

    Mungkin Anda tak pernah mengira jika barang yang Anda gunakan sehari-hari mengandung zat yang bisa meracuni mata. Ya, faktanya ada sebuah penyakit yang disebut dengan neuropati optik toksik yaitu gangguan penglihatan yang disebabkan keracunan akibat zat tertentu. Jika kondisi ini tak ditangani dengan cepat dan tepat, maka akan menimbulkan kebutaan. Sebenarnya, apa saja tanda dan gejala dari neuropati optik toksik? Zat kimia apa saja yang bisa menyebabkan penyakit ini?

    Apa gejala neuropati optik toksik?

    Terdapat sekumpulan gejala yang dapat menjadi ciri dari neuropati optik toksik. Gejala yang timbul umumnya terjadi pada kedua mata secara bersamaan. Hal tersebut antara lain:

    • Penurunan ketajaman warna, bahkan dapat menyebabkan terjadinya buta warna terutama warna merah.
    • Timbulnya bayangan hitam di bagian tengah dari penglihatan.
    • Penurunan kecepatan penyesuaian cahaya dari ruangan terang ke gelap.
    • Kebutaan pada kasus keracunan yang berat.

    Zat-zat yang bisa meracuni mata

    Beberapa zat ini mungkin sangat dekat dengan Anda, maka itu sebaiknya waspada dan hindari zat tersebut. Zat kimia yang dapat meracuni mata dan menimbulkan neuropati optik toksik adalah:

    • Alkohol, terutama minuman keras oplosan yang seringkali mengandung metanol.
    • Pengunaan obat-obatan dosis tinggi dalam jangka waktu lama yang tidak terkontrol, seperti : etambutol, amiodaron, dan sidelnafil.
    • Rokok, mengandung berbagai zat yang dapat meracuni saraf mata.
    • Logam berat seperti timbal dan merkuri.

    Beberapa hal yang dapat membuat seseorang menjadi lebih rentan

    Penyakit ini akan lebih mudah terjadi jika seseorang mengalami kondisi lain seperti:

    • Defisiensi vitamin B1, B2, B3, B6, B12, dan asam folat. Defisiensi ini seringkali ditemukan pada pengguna alkohol dan rokok.
    • Bekerja pada lingkungan yang berisiko tinggi terkena paparan logam berat.
    • Memiliki penyakit lainnya, terutama gangguan ginjal dan gangguan hati.

    Pemeriksaan yang akan dilakukan

    Untuk mengetahui dengan pasti, apakah Anda mengalami neuropati optik toksik atau tidak, berikut adalah pemeriksaan yang harus dilakukan:

    • Optical coherence tomography (OCT) – merupakan alat khusus yang akan memfoto lapisan retina Anda. Kondisi dapat dideteksi lebih awal dengan alat ini, bahkan sebelum perubahan di dalam mata terlihat.
    • Tes buta warna – pemeriksaan menggunakan buku khusus (ishihara) untuk mendeteksi buta warna. Ishihara terdiri dari huruf, angka, atau garis dengan berbagai macam warna sesuai dengan masing-masing warna yang sedang diuji.
    • MRI – pemeriksaan ini perlu dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit lain, terutama tumor otak, seperti meningioma, yang juga dapat menyebabkan penurunan penglihatan sebagian (skotoma).
    • Pemeriksaan darah dan urin untuk mendeteksi zat yang diperkirakan menjadi penyebab.

    Apakah penyakit mata ini bisa diobati?

    Pengobatan tidak selalu dapat mengembalikan seluruh penglihatan karena hal ini tergantung dari jenis zat racun, lamanya waktu terkena racun, dan juga jumlah zat tersebut.

    Pada kasus ringan penglihatan dapat kembali secara perlahan, tapi umumnya akan memerlukan waktu beberapa bulan. Sedangkan pada penggunaan metanol umumnya penglihatan tidak dapat kembali.

    Pengobatan yang akan diberikan berbeda-beda bergantung daripada jenis zat, tetapi secara garis besar pemberhentian konsumsi zat racun menjadi hal yang paling penting untuk dilakukan. Selain itu diperlukan juga pemantauan secara berkala setiap 4-6 minggu, terutama pada Anda yang tetap melanjutkan konsumsi obat-obatan diatas karena alasan medis lainnya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh dr. Laura Agnestasia Dj. · Tanggal diperbarui 24/05/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan