backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Tak Selalu Kanker, Ini Penyebab Benjolan di Payudara Pria

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 05/04/2023

    Tak Selalu Kanker, Ini Penyebab Benjolan di Payudara Pria

    Bukan hanya pada wanita, kemunculan benjolan di payudara mungkin juga terjadi pada pria. Pria juga memiliki risiko mengidap tumor dan kanker payudara, tetapi tidak semua kasus benjolan di payudara merupakan kanker.

    Simak berbagai penyebabnya dalam uraian di bawah ini agar Anda bisa menentukan penanganan yang tepat.

    Penyebab benjolan di payudara pria

    Payudara pria dan wanita tersusun dari berbagai jenis jaringan yang dapat mengalami pembengkakan hingga membentuk benjolan.

    Benjolan di payudara bisa menandakan gangguan pada payudara, baik berupa kanker, non-kanker, ataupun terkait gangguan sistem hormon. 

    Berikut adalah beberapa penyebab benjolan di dada pria.

    1. Kanker payudara

    sembuh dari kanker payudara

    Meski jarang ditemukan, kanker payudara pada pria juga bisa terjadi. Kanker ini umumnya berkembang pada jaringan kelenjar susu yang terletak di belakang puting.

    Benjolan pada payudara pria yang disebabkan oleh kanker biasanya terasa keras, tetapi tidak terasa sakit.

    Selain ada benjolan, kanker juga bisa menyebabkan perubahan warna dan tekstur pada puting susu pria.

    Sampai saat ini, belum ditemukan penyebab pasti kanker payudara pada pria. Namun, beberapa kondisi berikut akan meningkatkan risikonya.

    • Paparan radiasi berlebih.
    • Riwayat kanker payudara pada keluarga.
    • Mutasi gen tertentu, contohnya gen BRCA2.
    • Kelainan genetik, contohnya sindrom Klinefelter (kelebihan kromosom X).
    • Adanya riwayat penyakit liver atau sirosis hati yang parah.

    Kanker payudara lebih sering ditemukan pada pria berusia lanjut, sekitar 50 tahun ke atas. Namun, tidak menutup kemungkinan kanker juga dapat menimpa orang-orang dewasa muda.

    Tahukah Anda?

    Kanker payudara pada pria memang terbilang langka. Diperkirakan, hanya ada kurang dari satu persen kasus kanker payudara pada pria dari total kanker payudara di dunia.
    Diperkirakan sekitar 1 dari 100.000 pria di seluruh dunia didiagnosis kanker payudara.

    2. Ginekomastia

    Ketidakseimbangan hormon estrogen dan testosteron bisa meningkatkan jumlah jaringan kelenjar payudara pada pria. Akibatnya, muncul benjolan di dada pria yang mengalaminya.

    Kondisi yang dikenal sebagai ginekomastia ini dapat menimbulkan rasa nyeri ataupun tidak. Kondisi ini akan membuat ukuran payudara pria terlihat lebih besar.

    Selain ketidakseimbangan hormon, tepatnya penurunan jumlah testosteron, berikut adalah beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko seorang pria untuk mengalami ginekomastia.

    • Sirosis hati.
    • Gangguan tiroid seperti hipertiroidisme atau hipotiroidisme.
    • Penyakit ginjal kronis.
    • Tumor testis.

    Ginekomastia lebih banyak ditemukan pada pria yang memasuki masa remaja dan orang yang lebih tua.

    Benjolan karena ginekomastia umumnya bisa hilang dengan sendirinya. Namun, jika benjolan bertahan cukup lama, segera hubungi dokter.

    3. Mastitis (infeksi payudara)

    Benjolan yang ada pada puting payudara laki-laki bisa menandakan mastitis. Mastitis atau infeksi payudara adalah peradangan jaringan payudara yang sering ditemukan pada salah satu sisi payudara.

    Meski lebih banyak ditemukan pada wanita, khususnya yang sedang menyusui, seorang pria tetap memiliki risiko infeksi payudara.

    Selain benjolan, mastitis biasanya juga membuat payudara terasa hangat dan nyeri ketika disentuh. Tidak jarang, mastitis juga membuat tubuh demam dan menggigil.

    Mengutip dari laman National Health Services, mastitis yang tidak ditangani bisa menyebabkan abses (penumpukan nanah) pada payudara. Benjolan karena nanah ini biasanya terasa lunak dan dapat digerakkan.

    Penyebab infeksi payudara belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, beberapa kondisi berikut akan membuat pria lebih berisiko terkena infeksi payudara.

    4. Fibroadenoma

    payudara tumbuh

    Meski jarang ditemukan, fibroadenoma juga bisa menjadi penyebab munculnya benjolan di payudara pria. Benjolan karena fibroadenoma akan terasa lembut, kenyal, dan bahkan bisa bergerak saat ditekan.

    Benjolan karena salah satu jenis tumor payudara jinak (non-kanker) ini umumnya terbentuk pada jaringan stromal payudara. Fibroadenoma bisa terjadi pada salah satu maupun kedua payudara sekaligus.

    Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab fibroadenoma. Akan tetapi, beberapa kondisi berikut bisa memperbesar risiko pria untuk terkena fibroadenoma.

    • Berusia 15–35 tahun.
    • Hormon estrogen berlebihan (pada wanita, sering ditemukan fibroadenoma saat masa subur).
    • Riwayat keluarga dengan kondisi serupa.

    Meski tidak bersifat ganas dan bisa sembuh dengan sendirinya, tidak ada salahnya untuk segera periksa ke dokter jika Anda merasakan gejala fibroadenoma dan memiliki kondisi berisiko seperti di atas.

    5. Nekrosis lemak

    Benjolan pada payudara pria karena nekrosis lemak umumnya terasa keras dan bulat.

    Meski biasanya tidak disertai rasa sakit, beberapa orang yang mengalami nekrosis lemak tetap mengeluhkan rasa nyeri saat payudaranya disentuh.

    Kulit di sekitar benjolan mungkin terlihat menebal, memerah, atau bertekstur tidak rata. Terkadang, nekrosis lemak bisa menyebabkan puting tertarik ke dalam.

    Penyebab nekrosis lemak yaitu kerusakan pada jaringan lemak payudara. Kerusakan jaringan ini merupakan bentuk trauma setelah payudara menjalani biopsi, operasi, atau radioterapi.

    Memang tidak semua benjolan pada payudara bersifat kanker. Namun, jika Anda menemukannya, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter.

    Dengan begitu, dokter bisa memastikan kondisi Anda dengan serangkaian pemeriksaan, seperti mamografi (USG payudara), biopsi, hingga MRI.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 05/04/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan