backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Bronkospasme

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 07/09/2023

Bronkospasme

Pengertian

Apa itu bronkospasme?

Bronkospasme adalah kondisi mengencang dan menegangnya otot-otot yang melapisi bronkus pada paru-paru. Saat otot ini mengencang, saluran udara (bronkus) akan menyempit, sehingga udara sulit untuk keluar masuk. Oksigen yang seharusnya masuk ke paru dan karbondioksida yang seharusnya dikeluarkan jadi terhambat dan terbatas jumlahnya.

Penyempitan saluran udara tersebut dapat mengurangi jumlah aliran udara sebesar 15 persen atau lebih. Hal ini pula yang membuat bronkospasme menjadi salah satu penyebab sesak napas pada kebanyakan orang.

Seberapa umum terjadinya bronkospasme?

Bronkospasme rentan terjadi pada orang dengan penyakit asma, alergi, atau penyakit saluran pernapasan lainnya. Kondisi tersebut biasanya sering menyerang anak-anak dan orang dewasa usia di atas 65 tahun.

Tanda-tanda dan gejala

Apa saja tanda-tanda dan gejala bronkospasme?

Gejala bronkospasme sangat bervariasi, tergantung tingkat keparahan penyakit, seberapa banyak saluran bronkus yang menyempit atau seberapa banyak aliran udara yang berkurang.

Gejala bronkospasme yang umum, meliputi:

  • Rasa sesak dan kencang pada dada
  • Rasa sakit pada dada bisa menembus ke punggung
  • Mengeluarkan suara mengi saat bernapas
  • Batuk
  • Mudah pusing dan juga lelah
  • Sesak napas, sehingga sulit untuk bernapas lega seperti orang normal lainnya

Penyebab

Apa penyebab bronkospasme?

Penyebab bronkospasme adalah adanya pembengkakan, peradangan, iritasi pada saluran pernapasan. Beberapa penyakit berikut bisa menjadi penyebab bronkospasme, seperti:

Selain itu, para ahli juga meyakini bahwa berolahraga dapat menjadi pemicu utama bronkospasme. Bahkan, kondisi ini sering dikaitkan dengan salah satu gejala asma.

Namun, sebuah studi yang tercantum dalam jurnal Clinical and Experimental Allergy menyatakan bahwa hal tersebut mungkin tidak benar. Dalam penelitian tersebut, diperkirakan menegangnya otot usai berolahraga mungkin saja adalah kondisi yang berbeda dengan asma.

Masih dari studi yang sama, kondisi ini juga dikaitkan dengan rhinitis atopik. Rhinitis atopik adalah kondisi kronis yang menyebabkan munculnya kerak kering di dalam rongga hidung, serta berkurangnya produksi lendir seiring dengan berjalannya waktu.

Para peneliti juga masih berupaya mencari tahu apakah rokok elektrik dapat menjadi penyebab menegangnya otot saluran pernapasan ini. Pasalnya, kandungan nikotin di dalam rokok elektrik dapat merangsang saraf-saraf utama dalam paru, sehingga terjadi penegangan pada otot-otot paru.

Sebuah penelitian yang terdapat di American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine menguji efek rokok elektrik pada guinea pig, yaitu hewan sejenis tikus. Hasilnya, rokok elektrik dengan kandungan nikotin 12 mg/ml dapat memicu terjadinya bronkospasme pada hewan yang dibius terlebih dahulu.

Faktor risiko

Apa saja faktor-faktor risiko dari kondisi ini?

Sementara itu, faktor lainnya yang dapat membuat seseorang berisiko terkena bronkospasme antara lain:

  • Sering terpapar asap dari bahan kimia atau pembakaran
  • Memiliki kebiasaan merokok, baik itu dari tembakau maupun rokok elektrik
  • Mendapatkan anestesi umum selama operasi yang bisa mengiritasi saluran pernapasan
  • Menggunakan obat pengencer darah

Diagnosis

Bagaimana cara dokter mendiagnosis kondisi ini?

Untuk mendapatkan diagnosis bronkospasme, Anda sebaiknya berkonsultasi pada dokter spesialis penyakit saluran pernapasan atau ahli paru.

Dokter akan menanyakan gejala yang Anda alami serta mencari tahu riwayat kesehatan Anda, apakah Anda memiliki asma, alergi, atau penyakit saluran pernapasan lainnya atau tidak. Selanjutnya, dokter akan melihat bagaimana Anda bernapas.

Beberapa tes kesehatan untuk mengukur seberapa baik fungsi paru-paru Anda juga mungkin perlu dilakukan untuk memastikan diagnosis bronkospasme, seperti:

  • Tes bernapas dengan tabung spirometri untuk mengukur kekutan udara saat Anda bernapas
  • Tes volume paru untuk mengukur seberapa banyak oksigen dapat ditangkap oleh paru-paru
  • Tes kapasitas difusi paru-paru unuk mengetahui kadar hemoglobin dalam darah
  • Tes pulse oximetry untuk mengukur tingkat oksigen dalam darah
  • Tes eucapnis voluntary hyperventilation, mendiagnosis bronkospasme dengan menghirup campuran oksigen dan karbondioksida untuk merangsang pernapasan sata berolahraga
  • Rontgen thorax dan CT Scan untuk mencari tanda atau masalah lain pada paru-paru

Pengobatan

Bagaimana cara mengobati bronkospasme?

Walaupun bronkospasme bisa diatasi dengan obat-obatan bentuk tablet ataupun injeksi, obat hirup adalah yang paling efektif. Biasanya dokter akan meresepkan bronkodilator untuk mengatasi bronkospasme.

Obat ini dapat membantu melebarkan saluran udara yang menyempit sehingga aliran udara akan meningkat. Ada tiga jenis bronkodilator yang umum digunakan, yaitu beta-agonis, antikolinergik, dan teofilin.

Ada dua tipe perawatan bronkodilator untuk mengobati bronkospasme, yaitu:

1. Bronkodilator kerja pendek

Obat ini akan mulai bekerja dalam beberapa menit dan efeknya bisa bertahan hingga beberapa jam. Dokter akan meresepkan perawatan ini, jika pasien mengalami sesak tiba-tiba dan hanya boleh digunakan satu atau dua kali dalam seminggu. Bronkodilator kerja singkat yang umumnya digunakan, meliputi:

  • Metaproterenol
  • Xopenex
  • Maxair
  • Ventolin

2. Bronkodilator kerja panjang

Untuk bronkospasme kronis, dokter akan memberikan perawatan jangka panjang, yaitu kombinasi antara bronkodilator dengan kortikosteroid inhalasi. Penggunaan bronkodilator dilakukan dua atau tiga kali per hari dan pada waktu-waktu yang sudah dijadwalkan oleh dokter. Kombinasi obat dapat membantu menghilangkan gejala tegang pada otot bronkus dengan cepat.

Bronkodilator kerja panjang dan obat kortikosteroid inhalasi yang umum digunakan, meliputi:

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 07/09/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan