backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Penyakit Autoimun, Saat Sistem Imun Menyerang Sel Sehat dalam Tubuh

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    Penyakit Autoimun, Saat Sistem Imun Menyerang Sel Sehat dalam Tubuh

    Meski jarang dibicarakan, penyakit autoimun bisa menyebabkan kerusakan organ dan bahkan kematian bila dibiarkan. Belum banyak orang sadar betul mengenai gangguan kesehatan ini sehingga penting untuk tahu gejala dan cara penanganannya.

    Apa itu penyakit autoimun?

    penyebab penyakit auotoimun

    Autoimun adalah suatu kondisi saat sistem kekebalan atau imun tidak dapat menjalankan fungsinya untuk melawan virus, bakteri, dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh secara normal. 

    Kegagalan ini kemudian mengakibatkan sistem imun menyerang sel dan jaringan sehat dalam tubuh sehingga menimbulkan gangguan kesehatan.

    Gangguan autoimun termasuk penyakit kronis yang mengganggu kesehatan secara bertahap.

    Ada lebih dari 80 jenis penyakit dalam kelompok besar autoimun dengan gejala berbeda. Akan tetapi, secara garis besar penyakit ini terbagi ke dalam dua kategori berikut.

    • Autoimun organ spesifik. Gangguan menyerang satu organ tubuh saja, seperti vitiligo yang hanya menyerang kulit.
    • Autoimun sistemik. Gangguan menyerang seluruh organ tubuh, seperti lupus dan rheumatoid arthritis.

    Siapa yang berisiko mengalami gangguan autoimun?

    Meski dapat menyerang siapa saja, sebanyak 78% kasus penyakit autoimun terjadi pada wanita.

    Kondisi ini kemungkinan juga diturunkan secara genetik meski gangguan yang diderita tidak selalu sama.

    Sebagai contoh, seorang wanita yang mengidap penyakit autoimun berupa penyakit Hashimoto bisa sama memiliki anak dengan diabetes tipe 1 atau ibu dengan psoriasis.

    Tanda dan gejala awal penyakit autoimun

    obat nyeri sendi

    Penyakit autoimun menjadi masalah kesehatan yang berjalan sangat lambat. Artinya, gangguan kesehatan ini sering kali sulit diagnosis pada tahap awal kemunculannya. 

    Di samping itu, gejalanya pun mirip dengan masalah kesehatan lain sehingga sulit untuk Anda kenali.

    Gangguan sistem imun ini juga dapat menyebabkan penyakit yang berbeda-beda. Oleh karena itu, gejalanya tidak bisa disamaratakan.

    Adapun gejala yang paling sering muncul tergantung dari jenis penyakit autoimun yang dialami seperti berikut.

    1. Lupus

    Lupus bisa ditandai dengan gejala awal seperti nyeri sendi kronis, sering sariawan, rambut rontok, demam berulang, kelainan kulit yang sulit sembuh, dan kulit pucat.

    Jika tidak segera ditangani, lupus bisa membuat Anda mengalami kerusakan organ vital, termasuk otak, ginjal, paru-paru, dan jantung

    2. Rheumatoid arthritis

    Jenis penyakit autoimun ini menyerang persendian pada seluruh tubuh, terutama pada tangan. 

    Adapun gejala awal rheumatoid arthritis yaitu rasa nyeri dan kaku pada jari tangan yang lebih sering terjadi pada pagi hari. 

    Jika tidak segera diobati, penyakit ini bisa mengakibatkan kerusakan permanen dan cacat sendi.

    3. Ankylosing spondylitis

    Ankylosing spondylitis biasanya lebih sering menyerang pria usia muda. Gejala awalnya berupa sakit pinggang pada pagi hari yang akan membaik setelah melakukan aktivitas fisik.

    Apabila tidak segera diobati, penyakit autoimun ini bisa membuat ruas tulang belakang menyatu seperti bambu. Akibatnya, tulang jadi kaku dan pengidapnya sulit membungkuk.

    4. Skleroderma

    Di awal kemunculannya, skeloderma umumnya ditandai dengan pengerasan dan penebalan pada kulit. Akibatnya, kulit menjadi lebih kencang dan mengilat.

    Selain itu, gejala lainnya yang kerap muncul berupa perubahan warna kulit saat cuaca dingin. 

    Ketika kondisinya berlanjut, lama-kelamaan akan terbentuk jaringan parut pada organ-organ tertentu, seperti paru dan ginjal. Hal ini bisa memicu kegagalan fungsi organ yang tak terhindarkan.

    5. Sjorgen syndrome

    Penyakit autoimun ini biasanya ditandai dengan badan lemas, nyeri sendi, serta mata dan mulut yang kering. 

    Jika tidak ditangani, Sjorgen syndrome bisa menyebabkan kerusakan pada mata dan gigi serta organ lainnya, seperti ginjal dan paru.

    Penyebab gangguan autoimun

    penyebab mati muda

    Hingga saat ini belum ditemukan secara pasti penyebab penyakit autoimun. Namun, salah satu faktor yang berperan dalam kemunculan gangguan ini ialah unsur genetik.

    Riwayat keluarga yang mengidap gangguan autoimun cenderung membuat seseorang memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena masalah kesehatan ini. 

    Namun, tidak semua orang dengan orang tua yang memiliki riwayat penyakit autoimun pasti ikut terkena masalah sistem kekebalan tubuh.

    Selain faktor genetik, infeksi bakteri dan virus juga diduga memicu timbulnya penyakit autoimun. 

    Teori lain juga menyebutkan bahwa paparan terhadap bahan kimia tertentu menyebabkan kemunculan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh ini.

    Diagnosis gangguan autoimun

    periksa ke dokter autoimun

    Proses diagnosis penyakit autoimun tidak bisa dokter lakukan dalam sekali waktu. Butuh proses panjang dan berkelanjutan untuk menentukan diagnosis secara tepat.

    Hal ini karena perkembangan gangguan sistem kekebalan tubuh yang sangat pelan dan gejala yang muncul pun tidak khas. Artinya, gejala mirip-mirip dengan penyakit lainnya.

    Untuk membantu diagnosis, Anda dapat mencatat semua gejala yang dirasakan. Beri tahu dokter riwayat kesehatan pribadi dan keluarga, terlebih bila ada anggota keluarga yang mengidap penyakit autoimun.

    Dikutip dari Cleveland Clinic, dokter biasanya juga menyarankan pasien untuk melakukan tes laboratorium, meliputi:

    • pemeriksaan darah lengkap, 
    • tes antibodi antinuklear (antinuclear antibody/ANA), dan
    • tes laju endap darah (erythrocyte sedimentation rate/ESR).

    Dengan menggabungkan gejala, riwayat kesehatan, dan hasil tes laboratorium, dokter bisa menentukan kondisi autoimun mana yang Anda alami.

    Pengobatan penyakit autoimun

    aturan minum obat

    Tanpa bermaksud menakuti, hingga saat ini memang belum ditemukan obat yang bisa menyembuhkan penyakit autoimun.

    Namun, obat-obatan untuk autoimun bisa meringankan dan mengendalikan gejalanya. Konsumsi obat juga bertujuan agar Anda tetap bisa beraktivitas harian seperti biasa.

    Semakin cepat penyakit ini didiagnosis, dokter bisa menentukan pengobatan yang tepat agar kondisi tidak makin parah.

    Sebagai contoh, pengobatan rheumatoid arthritis dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

    • obat untuk menghilangkan gejala, seperti obat pereda nyeri, dan
    • obat untuk memengaruhi atau memperlambat perjalanan penyakit, misalnya methotrexate, dan azatioprin.

    Sementara itu, dokter akan menyesuaikan jenis obat berdasarkan gejala yang dialami, organ tubuh yang terpengaruh, keparahan penyakit, dan apakah Anda sedang hamil atau tidak.

    Dalam kebanyakan kasus, rata-rata pasien autoimun terlambat mendapatkan golongan obat penekan respons kekebalan dan hanya minum obat penghilang nyeri saja. 

    Akibatnya, pasien yang datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi yang cukup parah.

    Pencegahan dan gaya hidup penyakit autoimun

    diet autoimun

    Pencegahan penyakit autoimun terbilang cukup sulit karena penyebab pastinya tidak diketahui.

    Namun, Anda dapat menurunkan risikonya dengan menjaga berat badan ideal, berhenti merokok, dan penuhi asupan zat gizi penting, seperti vitamin D.

    Sementara itu, tetaplah tenang ketika dokter mendiagnosis Anda dengan autoimun. Usahakan untuk memeriksakan diri secara teratur dengan dokter yang menangani Anda.

    Dokter umumnya menyarankan Anda untuk menerapkan gaya hidup sehat, seperti mengikuti diet autoimun, rutin berolahraga, dan mengurangi stres.

    Ingat, jangan tergoda oleh metode pengobatan autoimun yang belum terbukti secara ilmiah.

    Sebaiknya, pelajari penyakit yang Anda alami dari dokter yang bersangkutan atau melalui sumber bacaan yang tepercaya dan terverifikasi secara medis.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


    Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan