backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

3

Tanya Dokter
Simpan

Bukan Hanya Ibu, Ayah Pun Berisiko Menularkan HIV Pada Bayi yang Baru Lahir

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 21/12/2020

    Bukan Hanya Ibu, Ayah Pun Berisiko Menularkan HIV Pada Bayi yang Baru Lahir

    Wanita yang memiliki HIV positif sangat mungkin menularkan virus ini pada sang bayi ketika hamil, persalinan, ataupun saat menyusui si kecil. Ibu memang kerap kali disebut-sebut sebagai penyebab dari penularan HIV/AIDS pada sang bayi. Namun, nyatanya virus ini juga bisa ditularkan ke bayi dari sang ayah, meski si ibu tidak terinfeksi HIV sama sekali.

    Memang aneh dan langka, tapi bukan tidak mungkin terjadi. Sebuah penelitian membuktikan bahwa sang bayi tertular HIV akibat sang ayah positif HIV, sementara ibunya bersih dari infeksi penyakit ini.

    Penularan HIV/AIDS bisa saja tak terduga

    Selama ini, faktor kehamilan, persalinan, serta menyusui yang digadang-gadang sebagai perantara penularan HIV/AIDS dari ibu pada bayi yang baru lahir. Akan tetapi kini, hal tersebut tidak lagi menjadi satu-satunya penyebab seorang bayi baru lahir langsung didiagnosis mengidap penyakit HIV.

    Sang bayi bisa tertular HIV/AIDS dari ayahnya langsung, meski si ibu bersih dan tidak terinfeksi virus ini. Fakta tersebut dimuat dalam AIDS Research and Human Retroviruses. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa seorang ayah ternyata turut memiliki peluang untuk menularkan virus HIV pada buah hatinya yang baru lahir, walaupun terbilang sangat jarang.

    Thomas Hope, selaku pemimpin redaksi dari AIDS Research and Human Retroviruses, mengimbau seluruh masyarakat untuk mulai menyadari bahwa orang yang sudah terjangkit virus HIV bisa dengan mudah menularkan penyakitnya — khususnya dari cairan di dalam tubuh. Baik itu darah, air mani (sperma), cairan praejakulasi, cairan rektum, cairan vagina, dan air susu ibu (ASI).

    Singkatnya, ketika cairan yang berasal dari tubuh orang dengan HIV masuk ke dalam tubuh Anda, artinya Anda berisiko terinfeksi HIV. Sebagian besar kasus penularan HIV ini bisa terjadi melalui cara apa saja, bahkan yang tidak terduga sekali pun.

    Kontak langsung adalah penyebab utamanya

    Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata memang ada penyebab khusus di balik penularan HIV/AIDS dari ayah ke bayinya. Pasalnya, tidak lama usai bayi tersebut lahir, sang ayah dinyatakan positif terserang HIV. Sementara di saat yang bersamaan, pria tersebut sedang rutin menjalani pengobatan untuk cacar air dan sifilis.

    Para peneliti menyimpulkan bahwa HIV yang diderita bayi baru lahir tersebut, bermula saat ia bersentuhan langsung dengan cairan yang berasal dari luka cacar air dan sifilis sang ayah. Cairan tersebut dicurigai memiliki virus HIV dan sangat mudah menyebar.

    Para peneliti menyebutkan bahwa sang ayah memiliki virus HIV yang cukup tinggi di dalam tubuhnya, sehingga cairan dari luka cacar air pun bisa mengandung virus tersebut. Mereka juga menyatakan bahwa penularan HIV/AIDS pada sang anak terjadi ketika si kecil terkena cairan luka sang ayah.

    Nuno Taveira, salah seorang dosen dari University of Lisbon’s Research Institute for Medicines, menegaskan kembali bahwa virus HIV gampang sekali berpindah dari lepuhan kulit penderita HIV yang pecah. Meski begitu, tidak semua lepuhan berisiko menularkan virus HIV. Sebab biasanya, virus HIV hanya ada dalam cairan lepuhan yang tergolong di tingkat berbahaya.

    tes darah HIV

    Mungkinkah perpindahan virus HIV dari orangtua ke anak bisa dicegah?

    Penyakit HIV yang diturunkan dari orangtua, baik ayah ataupun ibu, pada buah hatinya terdengar berbahaya. Namun setidaknya, ada beberapa hal yang bisa Anda upayakan guna meminimalkan penularan HIV/AIDS ke anak. Jika Anda sedang hamil dan didiagnosis memiliki HIV positif, dokter akan merekomendasikan berbagai perawatan yang harus rutin Anda jalani.

    Perawatan selama kehamilan yang dilakukan dengan tepat mungkin akan menurunkan tingkat keparahan HIV dalam tubuh, sehingga memperkecil risiko penularan virus pada bayi. Tidak hanya berhenti di masa kehamilan saja, saat persalinan dan menyusui pun Anda masih tetap harus melakukan perawatan khusus guna mencegah penyebaran virus HIV pada si kecil.

    Umumnya ada dua alternatif yang bisa dipilih saat persalinan, yakni dengan persalinan normal melalui vagina atau persalinan caesar. Jika dokter memperkirakan risiko yang dimiliki bayi cukup besar untuk terkena HIV, maka persalinan caesar adalah pilihan yang tepat.

    Begitu pula bila Anda dan pasangan memiliki penyakit menular yang berbahaya, seperti HIV, sifilis, herpes, dan lain sebagainya. Sebisa mungkin, batasi kontak langsung dengan si kecil yang baru lahir untuk sementara waktu sampai kondisi Anda mulai membaik.

    Intinya, lebih hati-hati dengan setiap perlakuan yang Anda berikan pada si kecil. Segera bicarakan dengan dokter bila bayi menunjukkan gejala dan kondisi kesehatan yang tidak biasa di kemudian hari.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 21/12/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan