backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Ini yang Akan Terjadi Pada Tubuh Manusia Jika Lari Secepat Kilat

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Irene Anindyaputri · Tanggal diperbarui 09/12/2020

    Ini yang Akan Terjadi Pada Tubuh Manusia Jika Lari Secepat Kilat

    Saat menonton film-film bertema pahlawan super, Anda mungkin sangat kagum sekaligus tergiur untuk meminjam kekuatan super mereka. Bagaimana tidak, punya kecepatan super seperti The Flash atau Quicksilver pasti berguna sekali kalau Anda sedang terlambat. Bisa lari secepat kilat tanpa bantuan alat memang terdengar menarik. Akan tetapi, tahukah Anda apa yang akan terjadi pada tubuh jika Anda lari secepat kilat? Yuk, cari tahu jawabannya di bawah ini.

    Berapa kecepatan lari manusia tercepat?

    Sejauh ini, manusia tercepat di dunia yang berhasil dicatat adalah Usain Bolt. Usain adalah seorang atlet lari peraih tiga medali emas Olimpiade asal Jamaika. Ia mencatat rekor dengan kecepatan lari 43 kilometer per jam. Kecepatan menakjubkan ini setara dengan kucing yang mampu berlari secepat 40-48 kilometer per jam.

    Sementara itu, orang dewasa yang sehat memiliki kecepatan lari rata-rata yaitu 16-24 kilometer per jam. Jika dibandingkan dengan binatang seperti cheetah yang mampu lari dengan kecepatan 120 kilometer per jam, manusia tercepat sedunia pun masih kalah jauh.

    Pahlawan super di film-film produksi Hollywood memiliki kecepatan yang masih diperdebatkan. Ada yang percaya mereka bisa lari 14.727 kilometer per jam, tapi ada juga yang meyakini pahlawan-pahlawan tersebut bisa lari dengan kecepatan cahaya. Kecepatan cahaya sendiri adalah 299.792 kilometer per jam. Ini setara dengan mengelilingi Bumi tujuh setengah kali dalam waktu sedetik!

    Apa yang terjadi jika manusia lari secepat kilat?

    Mustahil bagi manusia untuk lari secepat kilat tanpa bantuan alat dan teknologi. Bahkan jika dengan semacam kekuatan super, seorang manusia bisa lari secepat kilat, ini yang akan terjadi pada tubuhnya.

    1. Kerusakan otot, sendi, dan tulang

    Menurut seorang pakar biomekanika dari Loughborough University, Dr. Sam Allen, untuk lari secepat kilat ada beberapa kombinasi yang dibutuhkan manusia. Misalnya bentuk tubuh, kekuatan otot, panjang serat otot, panjang urat, lebar kaki, dan kekuatan tulang.

    Otot dan urat manusia tak mampu menahan gesekan dan daya berlebihan ketika Anda bergerak super cepat. Selain itu, kaki manusia tidak cukup kokoh untuk menahan beban ketika Anda memijakkan kaki sebagai tumpuan selama sepersekian detik. Yang ada justru kerusakan otot, sendi, urat dan tulang karena pergerakan yang tidak wajar.  

    2. Jantung tak sanggup memompa darah

    Selain itu, jantung juga tak sanggup memompa darah ke seluruh tubuh ketika Anda bergerak secepat kilat. Padahal, aliran darah sangat diperlukan untuk menyuplai oksigen ke otak sekaligus menjalankan fungsi otot dan sendi.

    3. Anda akan langsung menabrak karena kecepatan otak dan daya penglihatan tidak bisa menyesuaikan

    Tantangan lainnya adalah otak manusia harus bisa berpikir sepuluh kali lebih cepat dan mata harus bisa melihat sepuluh kali lebih jauh ke depan. Saat Anda lari secepat kilat, Anda harus menghindari bangunan, orang, pohon, mobil, dan hal-hal lain yang menghalangi jalan. Sementara otak manusia baru bisa bereaksi 1,5 detik setelah melihat suatu kejadian. Dalam 1,5 detik ini Anda sudah lari sejauh 5 kilometer lebih. Jadi meskipun Anda bisa lari super cepat, Anda akan menabrak segala rintangan di hadapan Anda.

    4. Kulit terbakar dan terkoyak

    Udara di sekitar Anda terdiri dari ribuan partikel halus tak kasat mata. Mulai dari butiran gas, debu, kotoran, dan partikel kimia lainnya mengambang di udara. Ketika Anda lari sangat cepat, kulit akan langsung bergesekan dengan partikel-partikel tersebut. Gesekan ini menghasilkan panas yang bisa membakar dan mengiris kulit Anda. Sayangnya, kulit manusia tidak dirancang sekuat dan setahan itu terhadap gesekan dan panas.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh Irene Anindyaputri · Tanggal diperbarui 09/12/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan