backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Apakah Boleh Makan Cokelat Setiap Hari?

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan · General Practitioner · None


Ditulis oleh Annisa Nur Indah Setiawati · Tanggal diperbarui 25/08/2023

Apakah Boleh Makan Cokelat Setiap Hari?

Rasa cokelat yang manis dan sedikit pahit membuat cokelat menjadi camilan yang digemari banyak orang. Akan tetapi, tentu ada dampak dari terlalu sering makan cokelat, apalagi jika cokelat tersebut tinggi gula dan lemak jenuh. Ketahui seperti apa efek makan cokelat setiap hari untuk tubuh.   

Apakah boleh makan cokelat tiap hari?

Makan cokelat tiap hari tentu boleh. Namun, harus dibatasi asupan jumlah dan jenis cokelat yang dikonsumsi. 

Cokelat memang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Cokelat bantu menurunkan berat badan, menaikkan suasana hati, meningkatkan kesehatan jantung, dan menurunkan tekanan darah.

Hanya saja, rata-rata cokelat yang dijual di pasaran mengandung kalori yang cukup tinggi. Hampir tiga potong cokelat atau sebesar kurang lebih 37 gram mengandung 170 kkal, di mana 110-nya berasal dari lemak. 

Jika makan 37 gram cokelat setiap hari tanpa mengurangi kalori lainnya, Anda menambahkan 1190 kkal ke dalam tubuh Anda selama satu minggu.

Jika dihitung-hitung lagi, berat badan akan naik 1 kg jika asupan Anda bertambah sekitar 7000 kkal selama satu minggu.

Nah, bila Anda makan cokelat tiap hari selama 6 minggu, berat badan Anda akan naik 1 kg setiap 6 minggu sekali atau 7 kg dalam satu tahun.

Bagaimana dengan pertanyaan apakah makan cokelat setiap hari bikin gemuk? Jawabannya tergantung pada porsi dan jenis cokelat yang Anda makan.

Oleh sebab itu, jika Anda ingin merasakan manfaat kesehatan dari mengonsumsi cokelat, pastikan Anda mengonsumsi dengan jumlah yang tepat.

Hanya dengan makan cokelat tiap hari sebanyak satu potong kecil (30 kkal), Anda tetap bisa merasakan manfaat camilan ini, tanpa meningkatkan risiko kesehatan.

Daftar bahaya jika terlalu banyak konsumsi cokelat

Dark chocolate dan sesendok cokelat bubuk

Berikut adalah beberapa potensi risiko dan masalah yang bisa timbul akibat konsumsi cokelat tinggi gula secara berlebihan.

1. Kenaikan berat badan

Dikutip dari Harvard Medical School, cokelat tinggi gula mengandung kalori yang tinggi, konsumsinya setiap hari, tanpa mempertimbangkan jumlah dan jenisnya, dapat menyebabkan peningkatan berat badan.

Pasalnya, cokelat yang dijual di pasaran rata-rata tinggi kandungan gulanya. Konsumsi makanan tinggi gula berkontribusi lebih pada penumpukan lemak yang menyebabkan kenaikan berat badan.

2. Peningkatan risiko diabetes tipe 2

Konsumsi gula berlebihan dalam cokelat juga meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2.

Cokelat tinggi gula dapat memicu lonjakan gula darah dan menyebabkan resistensi insulin jika dikonsumsi secara teratur dalam jumlah besar.

Resistensi insulin sendiri merupakan kondisi hormon insulin yang tidak bekerja dengan baik dalam membantu penyerapan gula darah ke dalam sel tubuh. Akibatnya, glukosa menumpuk di pembuluh darah.

3. Detak jantung tidak teratur

Cokelat kaya akan kafein. Jika kafein dikonsumsi dalam jumlah yang tepat kafein bisa meningkatkan sistem fokus otak. Anda lebih mudah konsentrasi dan pikiran lebih awas. 

Sebaliknya, kafein berlebih bisa menyebabkan detak jantung cepat, tidak teratur, pusing, berkeringat, dan meningkatkan kecemasan.

4. Meningkatkan risiko penyakit jantung

manfaat jagung ungu untuk jantung

Konsumsi gula berlebihan dalam cokelat juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung

Pasalnya, cokelat tinggi lemak jenuh yang dapat menyumbat pembuluh darah. Penyumbatan ini bisa menjadi faktor risiko munculnya penyakit jantung.

5. Muncul ketergantungan gula

Makan cokelat tiap hari  juga dapat membuat Anda ketergantungan gula.

Anda mungkin akan merasa tidak bersemangat atau tidak produktif jika belum mengonsumsi cokelat. Hal ini akan membuat Anda lebih sulit mengontrol asupan gula sehari-hari.

Cara sehat makan cokelat

dark cokelat dan hipertensi

Bagi Anda yang telanjur ketergantungan cokelat, ada beberapa tips yang bisa Anda lakukan untuk menyiasatinya. Berikut ini beberapa cara yang bisa Anda lakukan.

1. Atur porsi makan cokelat

Apa pun alasan makan cokelat setiap hari, sebaiknya Anda atur porsi cokelat setiap kali makan.

Anda cukup mengonsumsi 1 potong cokelat dengan kandungan 5 gram gula saja setiap hari. Pastikan aturan ini tidak dilanggar agar tidak menimbulkan efek samping.

2. Pilih dark chocolate tanpa tambahan kalori lain

Kalori pada cokelat yang mengandung susu dan gula lebih tinggi dibandingkan kalori pada dark chocolate, sehingga pilihlah dark chocolate jika Anda ingin mengonsumsi cokelat setiap hari.

Cokelat hitam memiliki keuntungan lebih banyak daripada cokelat tinggi gula dan susu. Manfaatnya berupa mengurangi risiko diabetes dan menjaga kesehatan jantung.

3. Imbangi dengan makanan sehat

Meski Anda ingin makan cokelat tiap hari, usahakan untuk mengimbangi asupan gizi harian Anda dengan makanan sehat lain seperti sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan.

Dengan begitu, asupan zat gizi yang Anda konsumsi bisa seimbang.

4. Konsumsi cokelat dalam bentuk lain

Cara sehat makan cokelat lainnya yaitu mengonsumsi cokelat dalam bentuk lain, misalnya minuman cokelat atau es krim rasa cokelat.

Dengan cara ini, Anda lebih bisa menyiasati asupan gula dan susunya tanpa menghilangkan rasa cokelatnya.

5. Kurangi asupan makanan lainnya

Jika lebih memilih untuk makan cokelat setiap hari, Anda harus rela mengurangi asupan kalori Anda pada makanan lainnya.

Ingatlah bahwa gula juga dapat ditemukan dalam makanan dan minuman lainnya. Jadi, perhatikan keseluruhan asupan gula harian Anda dari berbagai sumber.

Mengonsumsi cokelat bisa menjadi cara self reward kepada diri sendiri. Namun, bukan berarti ini harus dilakukan setiap hari.

Kesimpulan

Makan cokelat setiap hari sebenarnya diperbolehkan. Namun, sebaiknya atur porsi harian dan pilih jenis cokelat hitam tanpa tambahan gula atau susu. Hal ini untuk menghindari efek kegemukan dan diabetes.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan

General Practitioner · None


Ditulis oleh Annisa Nur Indah Setiawati · Tanggal diperbarui 25/08/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan