backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Ini Bedanya Makan Berlebihan dan Binge Eating Disorder

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 22/07/2022

    Ini Bedanya Makan Berlebihan dan Binge Eating Disorder

    Overeating atau makan berlebihan tidak sama dengan binge eating disorder (BED). Meskipun keduanya sama-sama melibatkan konsumsi makanan yang terlalu banyak, orang yang melakukan overeating tidak bisa serta-merta dikatakan memiliki BED. Lantas, apa saja perbedaan makan berlebihan dan binge eating disorder?

    Perbedaan makan berlebihan dan binge eating disorder (BED)

    Kebanyakan orang tentunya pernah makan berlebihan. Tindakan ini bahkan kerap dilakukan sebagai salah satu cara untuk mencari kenyamanan atau mendapatkan kepuasan.

    Memang, makanan khususnya yang manis dan mengandung karbohidrat dapat mendorong produksi serotonin dalam tubuh.

    Serotonin merupakan hormon yang menimbulkan perasaan senang. Karena itu, tak heran jika Anda merasa lebih tenang atau berkurang stresnya setelah makan.

    Timbulnya keinginan untuk makan lebih banyak dari biasanya merupakan hal yang normal. Tentu kondisi ini tidak bisa langsung disamakan dengan gangguan makan seperti binge eating disorder.

    Agar lebih jelas, berikut berbagai perbedaan antara makan berlebihan dan binge eating disorder yang perlu Anda ketahui.

    1. Perbedaan frekuensi dan intensitasnya

    mengunyah makanan

    Overeating biasanya hanya dilakukan sesekali. Mungkin, Anda pernah makan terlalu banyak pada satu hari, lalu melakukannya lagi pada hari berikutnya. Namun, ini tidak sampai menjadi rutinitas dan terjadi pada beberapa waktu saja.

    Sementara itu, kebiasaan makan berlebihan pada pengidap binge eating disorder sudah menjadi episode yang berulang.

    Ketika gejala binge-eating berlangsung, mereka bisa terus makan dengan porsi besar sampai dua jam lamanya.

    Seseorang dikatakan memiliki BED bila telah mengalami episode binge-eating setidaknya satu kali seminggu dalam waktu tiga bulan atau lebih.

    Pada kasus yang parah, episode binge-eating bisa mencapai delapan kali atau lebih per minggunya.

    Dalam kondisi normal, orang yang makan terlalu banyak akan berhenti makan ketika perut begah karena kekenyangan.

    Di sisi lain, pengidap BED sering merasa kesulitan mengendalikan apa yang dimakan dan kapan harus berhenti makan. Mereka juga cenderung mengonsumsi makanannya dengan cepat atau terburu-buru.

    2. Perbedaan penyebab

    Terdapat berbagai faktor yang membuat seseorang makan berlebihan. Penyebabnya bisa berasal dari kebiasaan makan banyak saat stres dan rasa lapar berlebih.

    Ada pula orang yang pola makannya yang berantakan hingga timbul keinginan untuk “membayar” waktu makan yang terlewat, atau sesepele telanjur membeli makanan terlalu banyak.

    Sementara itu, penyebab gangguan makan yang satu ini belum diketahui secara pasti. Stres dan reaksi terhadap perasaan tertentu memang kerap menjadi pemicu episode binge-eating, tapi penyebab kemunculan kondisinya sendiri cukup kompleks.

    Umumnya, pengidap BED memiliki pandangan yang negatif tentang diri mereka sendiri, baik dari segi penampilan dan bentuk tubuh (gangguan citra tubuh) maupun kemampuan.

    BED juga kerap dikaitkan dengan beberapa masalah mental, seperti depresi dan gangguan kecemasan. Ketiganya saling terhubung sebagai sebab-akibat.

    Selain itu, dipercaya bahwa orang-orang yang orang tuanya memiliki riwayat BED berisiko lebih tinggi untuk terkena gangguan yang sama.

    3. Perbedaan dampak

    diagnosis obesitas penunjang pada anak

    Makan berlebihan dan binge eating disorder sama-sama menyebabkan sakit perut. Ketika ada terlalu banyak makanan yang masuk ke dalam tubuh, perut akan membesar.

    Perut Anda bisa membesar melebihi ukuran normalnya guna menyesuaikan diri dengan jumlah makanan. Pembesaran ini lantas mendorong organ lain di dekatnya sehingga muncul perasaan tidak nyaman.

    Ditambah lagi, organ tubuh juga harus bekerja lebih keras untuk mencerna makanan. Alhasil, asam lambung bisa naik ke kerongkongan.

    Bedanya dengan overeating, binge-eating disorder bisa memberikan dampak psikis. Pengidap BED biasanya mengalami perasaan bersalah, malu, dan jijik pada diri sendiri setelah makan banyak.

    Kemudian, mereka melampiaskan perasaan bersalahnya dengan kembali makan untuk mencari kenyamanan.

    Orang yang makan berlebihan saja biasanya tidak merasakan hal tersebut. Meski demikian, overeating juga bisa berkembang menjadi binge-eating disorder bila tidak terkendali.

    Dalam jangka panjang, binge eating disorder bisa menimbulkan komplikasi seperti obesitas, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes, dan berbagai masalah kesehatan lainnya.

    Terkadang, sulit membedakan makan berlebihan dengan tanda-tanda binge eating disorder. Maka dari itu, Anda perlu mengenali setiap perubahan yang ada dalam diri sendiri maupun orang-orang terdekat.

    Kapan Anda perlu ke dokter atau psikolog?

    Carilah bantuan medis bila kebiasaan makan berlebihan sudah mulai sulit dikendalikan. Begitu pun bila ada kecenderungan untuk menghindar dari orang lain, terutama saat Anda makan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 22/07/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan