backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Gejala Penyakit Tiroid yang Kerap Tak Terdeteksi dan Disepelekan

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 19/05/2022

    Gejala Penyakit Tiroid yang Kerap Tak Terdeteksi dan Disepelekan

    Kelenjar tiroid yang berada pada bagian depan leher bisa mengalami gangguan. Hal ini sering dianggap sepele sehingga penyakit tiroid jarang terdeteksi sejak awal. Lalu, kondisi apa saja yang perlu Anda curigai sebagai gejala penyakit tiroid? 

    Ragam gejala awal gangguan kelenjar tiroid

    Secara umum, penyakit tiroid terjadi ketika kelenjar tiroid tidak berfungsi dengan baik. Meski bisa disembuhkan, masalah ini bisa memicu komplikasi bila tidak segera diobati.

    Penyakit umumnya terjadi saat kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon (hipertiroidisme) atau terlalu sedikit hormon (hipotiroidisme).

    Berbagai gejala dari kedua gangguan tiroid tersebut umumnya hampir sama, tapi tetap ada hal-hal yang membedakannya seperti berikut.

    1. Perubahan berat badan

    perubahan berat badan gejala tiroid

    Apabila Anda mengalami perubahan berat badan secara drastis tanpa alasan apa pun, bisa saja kondisi ini merupakan gejala gangguan tiroid.

    Penurunan berat badan yang tidak disengaja bisa menjadi gejala hipertiroidisme (hipertiroid). Kondisi ini bahkan terjadi saat nafsu makan Anda tetap sama atau meningkat.

    Sementara itu, hipotiroidisme dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang drastis bagi pengidapnya.

    Menurunya produksi hormon tiroid membuat Anda kesulitan untuk menurunkan berat badan meski telah menjalani diet dan gaya hidup sesuai anjuran.

    2. Suhu badan naik-turun

    Penyakit tiroid juga bisa menimbulkan gejala berupa perubahan suhu badan. Jika Anda merasa suhu badan tinggi dan sering berkeringat, Anda perlu waspada terhadap hipertiroid.

    Perubahan suhu umumnya terjadi meski cuaca atau lingkungan di sekitar Anda normal pada saat itu.

    Sebaliknya, hipotiroid kemungkinan besar akan membuat Anda sulit beradaptasi pada cuaca atau lingkungan yang bersuhu lebih dingin.

    Ini karena hipotiroid membuat metabolisme tubuh melambat dan pembuluh darah pada permukaan kulit mengecil.

    3. Demam dan gangguan tidur

    Perubahan suhu tubuh sebagai salah satu gejala tiroid juga bisa menyebabkan demam dan gangguan tidur. Kedua gejala ini tentu sangat berpengaruh pada aktivitas harian Anda.

    Suhu tubuh yang meningkat pada pengidap hipertiroid membuat mereka rentan mengalami demam. Kondisi ini juga bisa membuat kualitas tidur menurun akibat kesulitan tidur dan sering terbangun pada malam hari.

    Anda mungkin bisa tidur dengan durasi yang cukup lama bila terkena hipotiroid. Namun, tubuh biasanya masih terasa lelah meski Anda sudah bangun atau tidur berkali-kali.

    4. Perubahan detak jantung

    gagal jantung

    Gejala tiroid lainnya ialah perubahan detak jantung, baik lebih cepat, lambat, atau tidak teratur.

    Apabila Anda mengidap hipertiroid, detak jantung biasanya terasa lebih cepat (takikardia) dan bisa mencapai lebih dari 100 kali per menit. Detak jantung juga bisa menjadi tak beraturan sehingga jantung terasa berdebar sangat kuat (palpitasi).

    Sementara itu, orang dengan hipotiroid lebih sering mengalami detak jantung yang lebih lambat (bradikardia) atau kurang dari 60 kali per menit.

    Perubahan detak jantung ini pada akhirnya bisa memicu kelelahan dan kelemahan otot.

    5. Pembengkakan leher

    Selain gejala-gejala di atas, gangguan kesehatan pada kelenjar tiroid, baik hipertiroid maupun hipotiroid bisa memicu pembengkakan leher

    Kondisi ini juga bisa membuat leher terasa membesar, tidak nyaman saat memakai pakaian berkerah, suara serak, hingga kesulitan menelan.

    Pembengkakan leher memang jadi salah satu gejala utama bahwa Anda kemungkinan besar mengidap gangguan tiroid. Oleh karena itu, segera konsultasikan dengan dokter bila Anda mengalami kondisi tersebut.

    Apa saja komplikasi dari gangguan tiroid?

    komplikasi gangguan tiroid

    Gejala tiroid pada awalnya memang terlihat sepele dan tidak begitu membahayakan kesehatan. Sayangnya, bila Anda mengabaikannya, justru hal ini bisa makin parah. 

    Berikut ini komplikasi berbahaya dari penyakit tiroid yang perlu Anda waspadai. 

    Komplikasi hipertiroidisme

    Beberapa komplikasi yang mungkin muncul akibat hipertiroidisme antara lain sebagai berikut.

    • Osteoporosis. Hormon tiroid yang terlalu banyak dapat mengganggu penyerapan kalsium dalam tubuh sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
    • Fibrilasi atrium. Gangguan kardiovaskular yang ditandai dengan gangguan irama jantung (aritmia). Kondisi ini dapat meningkatkan risiko stroke dan gagal jantung di kemudian hari. 
    • Komplikasi kehamilan. Kelebihan kadar tiroid dapat meningkatkan risiko keguguran, kelainan pada janin, dan kelahiran prematur.

    Komplikasi hipotiroidisme

    Sementara itu, hipotiroidisme bisa menyebabkan komplikasi berikut ini.

    • Neuropati. Dalam jangka panjang, kadar hormon tiroid yang rendah bisa menyebabkan gangguan saraf yang ditandai dengan kesemutan, mati rasa, serta sakit lengan dan kaki.
    • Gangguan jantung. Hipotiroid terkait dengan meningkatnya risiko penyakit jantung dan gagal jantung akibat peningkatan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh.
    • Kesulitan hamil. Ovulasi atau proses pelepasan sel telur bisa terganggu akibat kadar tiroid yang rendah sehingga menyebabkan gangguan kesuburan (infertilitas).
    • Komplikasi kehamilan. Bayi yang terlahir dari ibu dengan hipotiroid berisiko lebih tinggi mengalami cacat lahir. Hal ini juga bisa memicu keguguran hingga kelahiran prematur.

    Tentunya, Anda tidak mau terkena komplikasi dari penyakit tiroid seperti di atas. Oleh sebab itu, segera konsultasikan ke dokter bila Anda mengalami gejala gangguan tiroid. 

    Mulailah untuk menyadari bahwa setiap kondisi yang Anda alami bisa saja menjadi gejala gangguan kesehatan serius yang harus diwaspadai.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 19/05/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan