Namun begitu, kasus chimerism tidak hanya bisa terjadi pada anak kembar. Pada kehamilan tunggal, anak dalam kandungan bisa saja bertukar sel dengan si ibu. Seporsi kecil sel milik janin berpindah ke dalam aliran darah ibu dan berjalan ke organ yang berbeda. DNA bayi bisa berada di aliran darah ibu karena keduanya terhubung bersama melalui plasenta. Sebaliknya, bayi juga bisa mendapatkan beberapa DNA ibu. Sebuah studi 2015 menunjukkan bahwa ini terjadi pada hampir semua wanita hamil, setidaknya untuk sementara.
Seseorang juga bisa menjadi chimera jika mereka pernah menjalani transplantasi sumsum tulang, misalnya untuk mengobati leukemia. Setelah menjalani transplantasi, orang tersebut akan memiliki sisa sumsum tulang miliknya sendiri yang telah hancur (akibat kanker) dan diganti dengan sumsum tulang sehat dari orang lain. Sumsum tulang mengandung sel induk yang berkembang menjadi sel darah merah. Ini berarti bahwa orang yang mendapatkan transplantasi sumsum tulang akan memiliki sel-sel darah yang identik dengan milik pendonor, yang kode genetiknya tidak sama dengan sel-sel lain di dalam tubuh mereka sendiri.
Bagaimana dokter mendiagnosis chimerism?
Chimerism pada manusia termasuk sebagai kondisi genetik langka. Sulit bagi para ilmuwan untuk menentukan seberapa banyak orang di dunia yang memiliki chimerism karena kondisi ini biasanya tidak menimbulkan gejala atau masalah berarti. Maka, tidak menutup kemungkinan ada banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka adalah chimera sampai benar-benar menerima tes genetik, tes DNA, atau tes medis lainnya.
Dr. Brocha Tarsis, ahli genetika klinis di Nicklaus Children’s Hospital, Miami, menyatakan bahwa tanpa menjalani tes medis, akan sulit menentukan apakah seseorang mengalami chimerism atau tidak.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar