backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Suka Menggoreng dengan Minyak Jelantah? Ini 4 Bahaya yang Mengintai

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Irene Anindyaputri · Tanggal diperbarui 12/04/2021

    Suka Menggoreng dengan Minyak Jelantah? Ini 4 Bahaya yang Mengintai

    Banyak penjual gorengan biasanya jarang mengganti minyak goreng yang sudah dipakai, bahkan sampai berhari-hari. Padahal minyak yang disebut dengan minyak jelantah ini sangat berisiko buat kesehatan. Apa saja bahaya minyak jelantah?

    Apa saja bahaya minyak jelantah jika dipakai untuk menggoreng?

    Makanan yang digoreng rasanya memang lebih menggoyang lidah. Tak heran kalau kebanyakan jenis lauk yang Anda konsumsi biasanya digoreng dulu.

    Karena sering masak gorengan, Anda mungkin jarang mengganti minyak goreng. Bila dibiarkan, minyak tersebut akan menjadi minyak jelantah.

    Semakin sering Anda mengonsumsi gorengan yang dimasak dengan minyak jelantah, semakin besar pula bahayanya buat tubuh Anda. Berikut sejumlah bahaya minyak jelantah bagi kesehatan.

    1. Infeksi bakteri

    Minyak yang sudah dipakai berkali-kali akan jadi sarang untuk perkembangbiakan berbagai jenis bakteri. Salah satunya yaitu Clostridium botulinum, bakteri penyebab penyakit botulisme.

    Bakteri-bakteri tersebut akan makan dari partikel dan remah-remah sisa gorengan yang ada pada panci atau minyak. Maka itu, menggoreng dengan minyak bekas pun akan membuat Anda lebih rentan kena infeksi bakteri.

    2. Meningkatkan risiko kanker

    Selain bakteri, minyak jelantah juga jadi sumber radikal bebas. Radikal bebas akan ikut terserap ke dalam makanan yang digoreng, masuk ke dalam tubuh Anda, dan menyerang sel-sel dalam tubuh. Zat tersebut akan menjadi karsinogen penyebab kanker.

    Semakin sering Anda menggoreng dengan minyak jelantah, makin banyak pula radikal bebas yang menumpuk dalam tubuh dan menyebabkan mutasi gen. Sel dalam tubuh Anda pun lebih rentan berubah jadi sel kanker.

    3. Meningkatkan risiko penyakit degeneratif

    Menurut penelitian oleh para ahli dari University of the Basque Country di Spanyol, minyak jelantah mengandung senyawa organik aldehid. Senyawa ini diketahui dapat berubah menjadi zat karsinogen dalam tubuh manusia.

    Selain itu, aldehid bisa memicu penyakit degeneratif. Contoh beberapa penyakitnya yaitu penyakit jantung, penyakit Alzheimer, dan penyakit Parkinson.

    4. Kelebihan berat badan atau obesitas

    Bahaya minyak jelantah yang tak disadari yaitu kadar kalori dan lemak trans yang akan terus meningkat. Menurut penelitian dalam jurnal Food Chemistry pada 2016, minyak zaitun yang bebas lemak trans pun akhirnya akan menghasilkan lemak trans setelah dipakai menggoreng berkali-kali.

    Kalori dan lemak trans yang berlebihan akan memicu kelebihan berat badan, bahkan sampai terkena kondisi obesitas. Obesitas sendiri bisa menyebabkan berbagai komplikasi serius seperti penyakit diabetes dan penyakit jantung. 

    Tips menggoreng agar lebih sehat

    kenapa makan gorengan bikin batuk

    Meski bahaya, bukan berarti Anda tidak boleh makan gorengan sama sekali. Anda boleh menggoreng tapi usahakan untuk selalu pakai minyak baru. Namun, jika benar-benar terpaksa, Anda boleh menggoreng sekali lagi dengan minyak yang sudah terpakai.

    Supaya Anda bisa terhindar berbagai bahaya minyak jelantah, simak tips menggoreng sehat di bawah ini.

    1. Disaring dulu. Sebelum menggoreng lagi, saring remah-remah dan ampas hitam yang biasanya ada di dasar penggorengan. Semakin banyak sisa remah dan ampas, semakin banyak pula kalori dan lemak yang ikut terlepas saat menggoreng.

    2. Jangan terlalu panas. Usahakan agar minyak goreng tidak terlalu panas. Ukur suhu agar minyak tidak lebih dari 190º Celsius. Anda bisa pakai termometer khusus masak untuk mengukur suhunya.

    3. Matikan api kalau sudah matang. Jangan biarkan minyak dipanaskan terlalu lama karena struktur kimianya akan cepat berubah.

    4. Simpan minyak goreng dengan benar. Setelah menggoreng pertama kali, tutup penggorengan sampai minyaknya agak dingin. Setelah itu, pindahkan ke wadah khusus yang tertutup dan simpan dalam suhu ruangan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh Irene Anindyaputri · Tanggal diperbarui 12/04/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan