backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Memahami Hot Flashes, Fenomena Saat Tubuh Mendadak Terasa Panas

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 30/05/2022

    Memahami Hot Flashes, Fenomena Saat Tubuh Mendadak Terasa Panas

    Bagi sebagian wanita, fenomena hot flashes identik dengan masa menopause, yaitu ketika siklus menstruasi sudah berhenti. Kondisi ini biasanya dirasakan sebagai suatu sensasi hangat atau panas secara tiba-tiba. Lantas, seperti apa sebenarnya hot flashes itu?

    Apa itu hot flashes?

    perempuan atau wanita dengan kondisi kelebihan zat besi

    Hot flashes adalah munculnya rasa hangat secara tiba-tiba yang biasanya paling terasa di wajah, leher, dan dada. Kulit wajah pun umumnya akan memerah seperti merona.

    Hangatnya tubuh sering kali menyebabkan Anda berkeringat. Bahkan, Anda pun mungkin merasa menggigil setelahnya.

    Lama terjadinya gejala ini bisa berbeda pada setiap orang. Namun umumnya, gejala ini sering berlangsung dalam beberapa menit atau lebih lama.

    Terkadang, kondisi ini dapat mengganggu aktivitas penderitanya. Bila terjadi pada malam hari, hangatnya tubuh secara tiba-tiba kerap mengganggu waktu tidur Anda.

    Gejala ini dapat terjadi karena kondisi medis tertentu. Meski begitu, kondisi ini paling sering disebabkan oleh perimenopause dan menopause yang mulai terjadi pada wanita usia 40-an.

    Faktanya, hot flashes memang merupakan gejala menopause yang paling umum. Bahkan, beberapa wanita mengalami gejala ini selama beberapa bulan atau tahun lamanya.

    Seperti apa gejala hot flashes?

    Rasa hangat tubuh umumnya muncul secara tiba-tiba dan dalam waktu yang bervariasi.

    Setiap kali terjadi, rasa hangat ini bisa berlangsung selama satu hingga lima menit atau lebih lama. Gejala ini bisa muncul pada siang atau malam hari.

    Rasa hangatnya pun bisa terasa ringan atau sangat intens hingga mengganggu aktivitas sehari-hari maupun waktu tidur Anda.

    Hot flashes pada malam hari pun sering kali membangunkan tidur Anda dan menyebabkan gangguan tidur jangka panjang.

    Selain rasa hangat yang tiba-tiba dan menyebar ke dada, leher, dan wajah, kondisi ini juga sering menimbulkan berbagai gejala yang khas, seperti berikut.

    • Warna kemerahan pada kulit.
    • Jantung berdebar.
    • Keringat berlebih pada tubuh bagian atas.
    • Tubuh terasa dingin atau menggigil setelahnya.
    • Perasaan cemas.

    Gejala hot flashes pada menopause sering hilang-timbul dalam beberapa tahun. Beberapa wanita melaporkan bahwa dirinya mengalami gejala ini setiap hari selama lebih dari 7 tahun.

    Bahkan, John Hopkins Medicine menyebut, rata-rata wanita hidup dengan gejala ini selama 10-15 tahun hingga sering membuatnya frustasi.

    Apa penyebab hot flashes?

    merawat kulit saat menopause

    Penyebab hot flashes masih belum diketahui pasti. Namun, kondisi ini diduga terkait dengan pengaturan suhu tubuh oleh bagian otak bernama hipotalamus yang dipengaruhi oleh hormon.

    Hot flashes saat menopause diduga terjadi akibat perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron sebelum, selama, dan setelah menopause.

    Kondisi ini menyebabkan hipotalamus menjadi lebih sensitif terhadap perubahan suhu tubuh. Ketika hipotalamus menganggap suhu tubuh terlalu hangat, ia berupaya mendinginkannya.

    Cara yang dilakukan hipotalamus termasuk dengan menghasilkan keringat serta meningkatkan aliran darah ke permukaan kulit.

    Hal inilah yang kemudian membuat kulit wajah Anda tampak merah dan merona.

    Selain menopause, gejala ini juga kadang terjadi karena penyebab lainnya, seperti di bawah ini.

    • Efek samping pengobatan, seperti obat osteoporosis raloxifene, obat kemoterapi kanker payudara tamoxifene, dan beberapa obat antidepresan.
    • Gangguan tiroid.
    • Penyakit infeksi.
    • Penyakit kanker tertentu dan pengobatannya.

    Faktor risiko hot flashes

    Tidak semua wanita akan mengalami hot flashes saat menopause. Belum dapat dijelaskan pula mengapa hanya sebagian wanita yang mengalami gejala ini.

    Meski begitu, beberapa faktor berikut disebut dapat meningkatkan risiko seorang wanita untuk mengalaminya serta dapat memperburuk gejala.

    • Wanita yang merokok.
    • Mengalami obesitas.
    • Mengonsumsi alkohol.
    • Kurang aktivitas fisik, terutama setelah memasuki masa menopause.
    • Mengonsumsi makanan pedas atau minuman berkafein.

    Apakah hot flashes hanya dialami oleh wanita?

    tips perawatan rambut pria

    Pada dasarnya, pria juga dapat mengalami gejala tubuh hangat ini seperti wanita. Ini bisa terjadi ketika hormon testosteron pada pria mengalami penurunan yang signifikan.

    Meski begitu, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memastikan penurunan testosteron pada pria yang menyebabkan gejala ini.

    Namun, sejauh ini, beberapa obat memang diketahui dapat menimbulkan hot flashes pada beberapa pria, seperti goserelin atau obat anti-androgen (bicalutamide).

    Bagaimana dokter mendiagnosis kondisi ini?

    Dokter biasanya dapat mendiagnosis kondisi ini berdasarkan deskripsi dari gejala-gejala Anda.

    Untuk memastikan apa yang menjadi penyebab dari gejala ini, dokter mungkin akan menyarankan tes darah untuk mengetahui apakah Anda sedang dalam transisi menopause.

    Meski begitu, seperti penjelasan sebelumnya, tidak semua tubuh yang menghangat disebabkan oleh menopause. Pastikan Anda berkonsultasi kepada dokter jika mengalami gejala yang tak biasa.

    Bagaimana cara mengatasi hot flashes?

    Ada beberapa cara untuk mengatasi hot flashes saat menopause. Namun, cara yang diberikan tidak dapat menyembuhkan gejala ini, tetapi hanya membantu meredakannya.

    Bahkan, pada beberapa kasus, pengobatan apa pun tak dibutuhkan, terutama jika gejala tak mengganggu. Apalagi, gejala ini dapat menghilang dengan sendirinya.

    Jika memang dibutuhkan pengobatan, berikut adalah beberapa perawatan medis serta perubahan gaya hidup yang dapat membantu mengatasi hot flashes. 

    • Terapi hormon untuk menopause. Terapi menggunakan hormon estrogen atau progesteron dengan estrogen untuk mengurangi gejala.
    • Obat antidepresan, seperti venlafaxine, paroxetine, atau citalopram.
    • Obat resep lainnya, seperti obat antikejang gabapentin atau clonidine untuk mengatasi tekanan darah tinggi.
    • Menjaga suhu badan dan lingkungan tetap sejuk, seperti menggunakan AC atau minum minuman dingin.
    • Mengenakan baju berbahan serat alami daripada bahan sintetis serta pakaian berlapis sehingga mudah dilepas saat mulai merasakan gejala
    • Tidak merokok.
    • Hindari konsumsi alkohol, kafein, dan makanan pedas yang bisa memicu dan memperburuk gejala.
    • Menjaga berat badan tetap ideal dan sehat.
    • Akupunktur, meditasi, atau terapi lainnya untuk menenangkan pikiran.

    Konsultasikan kepada dokter untuk jenis pengobatan yang tepat sesuai kondisi Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Carla Pramudita Susanto

    General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 30/05/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan