backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Infeksi Bakteri Pemakan Daging

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 07/09/2023

Infeksi Bakteri Pemakan Daging

Bakteri pemakan daging dapat menyebabkan infeksi parah hingga menimbulkan komplikasi seperti amputasi atau kematian.

Meskipun termasuk langka di Indonesia, penting bagi Anda untuk mengetahui seluk beluk bakteri ini agar bisa menghindari infeksi yang disebabkan olehnya.

Apa itu bakteri pemakan daging?

Bakteri pemakan daging atau flesh eating bacteria adalah sebutan untuk beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan penyakit necrotizing fasciitis

Necrotizing fasciitis merupakan infeksi bakteri parah yang mampu menyebar dengan cepat serta menghancurkan otot, kulit, dan jaringan lain di bawahnya. 

Istilah necrotizing mengacu pada kematian jaringan, sedangkan fasciitis berarti radang fasia atau jaringan di bawah kulit yang membungkus otot, saraf, lemak, dan pembuluh darah.

Seseorang berisiko lebih tinggi mengalami infeksi bakteri ini bila mengidap masalah kesehatan serius yang mampu menurunkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi.

Beberapa contoh masalah kesehatan tersebut yakni diabetes, kanker, ginjal, serta kondisi kesehatan kronis lainnya yang melemahkan sistem kekebalan tubuh

Seberapa umum kondisi ini?

Necrotizing fasciitis dapat terjadi pada semua kelompok usia. Studi dalam jurnal Risk Management and Healthcare Policy (2020) menyebutkan kasus infeksi bakteri pemakan daging di seluruh dunia berkisar antara 0,30–15 kasus per 100.000 populasi.

Jenis bakteri pemakan daging

gambar bakteri pemakan daging

Salah satu jenis bakteri yang biasanya menyebabkan necrotizing fasciitis ialah Streptococcus kelompok A. 

Kelompok bakteri ini mampu mengakibatkan infeksi kulit serta penyakit yang langka dan parah, termasuk sindrom syok toksik (toxic shock syndrome). 

Selain itu, masih ada bakteri lain yang bisa menyebabkan necrotizing fasciitis, antara lain:

  • Aeromonas hydrophila,
  • Clostridium,
  • Escherichia coli (E. coli),
  • Klebsiella, dan
  • Staphylococcus aureus.

Bagaimana cara bakteri menyerang tubuh?

Bakteri pemakan daging bisa masuk ke dalam tubuh setelah seseorang mengalami luka akibat cedera, setelah operasi, dan bahkan gigitan serangga.

Akan tetapi, pada beberapa kasus, tidak diketahui bagaimana awal penyakit infeksi ini menyerang tubuh. 

Infeksi mungkin saja bisa tiba-tiba menyebar dengan cepat, kemudian mulai menghancurkan jaringan otot, saraf, lemak, dan pembuluh darah yang berada di bawah kulit.

Tanda dan gejala infeksi bakteri pemakan daging

flesh eating bacteria adalah

Infeksi bakteri pemakan daging yang menjadi awal dari penyakit necrotizing fasciitis bisa timbul secara tiba-tiba dan menyebar dengan cepat.

Pada umumnya, beberapa gejala awal yang akan terjadi dalam 24 jam pertama setelah Anda terinfeksi bakteri yakni:

  • rasa sakit yang tak tertahankan pada luka kecil, lecet, atau daerah kulit yang terbuka,
  • kemerahan dan rasa hangat di sekitar luka terbuka atau pada area tubuh lainnya,
  • terdapat lepuhan atau bintik hitam di sekitar kulit yang terinfeksi,
  • demam tinggi,
  • badan terasa panas dingin,
  • merasakan kelelahan,
  • mual dan muntah,
  • pusing, serta
  • rasa haus yang berlebih karena dehidrasi.

Sementara itu, gejala lain yang biasanya terjadi di sekitar lokasi infeksi dalam tiga hingga empat hari setelah infeksi meliputi:

  • pembengkakan disertai ruam keunguan,
  • warna keunguan pada kulit yang berubah menjadi lecet berisi cairan berbau busuk, dan
  • perubahan warna, pengelupasan, dan adanya serpihan kulit saat terjadi kematian jaringan pada area kulit yang terinfeksi.

Apabila tidak segera diobati, pasien mungkin mengalami penurunan tekanan darah secara drastis dan penurunan kesadaran dalam empat sampai lima hari setelah terinfeksi bakteri pemakan daging.

Jika Anda merasakan gejala-gejala seperti yang telah disebutkan di atas setelah mengalami luka, segera temui dokter untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.

Faktor risiko infeksi bakteri pemakan daging

Selain penyakit kronis yang telah disebutkan sebelumnya, ada beberapa faktor lain yang membuat seseorang berisiko mengalami necrotizing fasciitis, yaitu:

  • mengonsumsi alkohol dan narkoba kelas berat,
  • berusia lebih tua atau lansia,
  • mengalami kekurangan gizi,
  • berat badan berlebih atau obesitas,
  • baru menjalani operasi, dan
  • mengidap penyakit arteri perifer.

Diagnosis infeksi bakteri pemakan daging

Diagnosis infeksi bakteri pemakan daging

Dokter akan melakukan beberapa tes untuk mendiagnosis penyakit necrotizing fasciitis. Salah satu metode yang biasanya digunakan ialah biopsi. 

Biopsi merupakan prosedur pengambilan sampel kecil dari jaringan yang bermasalah untuk diperiksa di laboratorium. Dalam kasus ini, sampel diambil dari jaringan kulit yang terinfeksi.

Pada saat yang sama, tes darah juga bisa dilakukan untuk menunjukkan apakah otot tubuh mengalami kerusakan atau tidak. 

CT scan dan MRI juga mungkin dilakukan untuk memperkuat diagnosis yang telah dilakukan.

Pengobatan infeksi bakteri pemakan daging

Pasien yang terinfeksi bakteri pemakan daging akan menjalani beberapa tahapan pengobatan. Tahapan tersebut akan tergantung pada tingkat infeksi saat pengobatan dimulai.

Pemberian antibiotik dan pembedahan akan menjadi pengobatan utama yang dokter lakukan jika Anda terdiagnosis mengalami necrotizing fasciitis.

1. Antibiotik

Pada tahapan awal, dokter Anda akan memberikan obat antibiotik untuk menghentikan infeksi.

Dokter biasanya akan memberikan antibiotik dalam sediaan infus. Ini memungkinkan obat untuk mengalir melalui pembuluh darah ke bagian tubuh yang terinfeksi.

2. Pembedahan

Terkadang, antibiotik tidak mampu menjangkau semua area yang terinfeksi karena bakteri telah membunuh terlalu banyak jaringan dan mengurangi aliran darah. 

Saat ini terjadi, dokter harus mengangkat jaringan yang mati melalui pembedahan. Orang yang mengidap necrotizing fasciitis sering kali membutuhkan banyak tindakan operasi.

3. Pengobatan lainnya

Selain pemberian antibiotik dan pembedahan, dokter mungkin juga akan menyarankan metode pengobatan sebagai berikut.

  • Pemberian obat untuk meningkatkan tekanan darah.
  • Tranfusi darah.
  • Amputasi bagian tubuh yang terkena infeksi bila diperlukan.
  • Terapi oksigen hiperbarik untuk menjaga jaringan yang sehat.
  • Penggunaan alat bantu jantung dan pernapasan.
  • Infus imunoglobulin untuk mendukung kemampuan tubuh melawan infeksi.

Pencegahan infeksi bakteri pemakan daging

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan bahwa cara mencegah infeksi bakteri pemakan daging yaitu dengan memastikan bahwa Anda merawat luka dengan benar. 

Beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka yakni seperti berikut.

  • Jangan menunda untuk memberikan pertolongan pertama pada luka, bahkan bila itu luka ringan seperti lecet dan tergores.
  • Untuk luka kecil, bersihkan luka lalu tutup dengan perban kering dan bersih sampai sembuh.
  • Jika luka cukup besar dan dalam, pergilah ke dokter untuk mendapatkan perawatan medis. Dokter akan memberikan antibiotik untuk mencegah penyebaran bakteri lewat kulit.
  • Hindari bermain-main dan menghabiskan waktu di kolam renang, bak air panas, dan sumber air lainnya (seperti danau atau sungai) bila Anda memiliki luka terbuka atau infeksi kulit.

Selain itu, Anda juga perlu menerapkan pola hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan dengan sabun dan air maupun cairan antiseptik berbahan alkohol.

Penting juga untuk menerapkan gaya hidup sehat, termasuk dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan rutin berolahraga agar sistem imun bekerja dengan optimal.

Kesimpulan

  • Infeksi bakteri pemakan daging adalah istilah yang merujuk pada necrotizing fasciitis.
  • Streptococcus kelompok A merupakan jenis bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi perusak jaringan otot di bawah kulit.
  • Pengobatan necrotizing fasciitis pada tahapan awal membantu mencegah komplikasi serius, seperti amputasi dan bahkan kematian.
  • Penting untuk segera memberikan pertolongan pertama pada luka atau pergi ke dokter bila kondisi luka cukup parah.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 07/09/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan