backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Mengapa Pria Lebih Cepat Tidur Setelah Bercinta (Tapi Wanita Tidak)

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Ajeng Quamila · Tanggal diperbarui 11/12/2020

    Mengapa Pria Lebih Cepat Tidur Setelah Bercinta (Tapi Wanita Tidak)

    Ladies, pernahkah Anda memperhatikan bahwa setelah sesi bercinta yang panas, pasangan Anda malah langsung tertidur pulas di samping Anda tanpa banyak ba-bi-bu? Memang sih, seks disebut-sebut sebagai aktivitas yang dapat membuat tidur lebih nyenyak karena pelepasan sejumlah hormon yang membuat Anda merasa lebih santai dan ngantuk sehingga Anda lebih mudah terlelap. Tapi kenapa fenomena tidur setelah seks ini lebih sering terjadi pada pria — sementara Anda ditinggal tidur, terbengong-bengong meratapi langit? Ternyata ada penjelasan biologis di balik hal ini.

    Kenapa pria lebih cepat tidur setelah seks daripada wanita?

    1. Insting primitif manusia

    Secara evolusioner, tujuan utama pria di muka bumi ini adalah untuk menghasilkan keturunan sebanyak mungkin, dan teknisnya tidur akan menghalangi pencariannya. Tapi tidur dapat disiasati sebagai cara untuk dirinya beristirahat dan mengisi ulang tenaga sebelum memulai kembali ronde berikutnya.

    2. Seks lebih melelahkan untuk pria daripada wanita

    Sederhananya, aktivitas seksual sering terjadi di malam hari dan di tempat tidur, dua hal yang terkait erat dengan waktu tidur atau istirahat. Malam hari adalah satu-satunya waktu di mana  Anda dan pasangan bisa berhubungan intim dengan lebih leluasa dan nyaman tanpa harus repot memikirkan rutinitas harian lainnya atau kemungkinan kepergok anak.

    Dan bagaimanapun juga, aktivitas seks itu sendiri cenderung melelahkan secara fisik, terutama bagi pria daripada wanita. Mark Leyner dan Billy Goldberg, M.D., penulis buku Why Do Men Fall Asleep After Sex?, menjelaskan lebih lanjut bahwa pengerahan tenaga saat berhubungan seks dan setelah klimaks menguras habis glikogen penghasil energi yang ada dalam otot. Dan karena pria memiliki lebih banyak massa otot daripada wanita, pria menjadi lebih lelah setelah berhubungan seks. Jadi saat seks usai, wajar bila seorang pria merasa mengantuk.

    3. Pria lebih cepat (dan mudah) orgasme daripada wanita

    Penelitian yang menggunakan pemindaian tomografi emisi positron (PET) menunjukkan bahwa agar Anda bisa mencapai orgasme, persyaratan utamanya adalah melepaskan “semua ketakutan dan kecemasan.’ Melakukan hal itu, selain menghabiskan energi mental, juga cenderung merilekskan perasaan yang mungkin dapat menjelaskan kecenderungan seseorang untuk lebih cepat tidur setelah seks.

    Kemudian, ada beberapa saraf yang memainkan peran penting selama terjadinya orgasme. Salah satunya adalah nucleus accumbens, suatu wilayah otak yang berhubungan dengan kenikmatan dan penghargaan melalui pelepasan transmitter, yang disebut dopamin. Selain seks, dopamin juga bisa dilepaskan oleh rangsangan obat-obatan, seperti amfetamin dan kokain, kafein, nikotin, dan cokelat.

    Ini yang mungkin menjadi salah satu faktor mengapa orgasme bisa terasa melelahkan. Saat semua saraf otak dirangsang secara bersamaan, hal ini dapat mengaburkan perbedaan antara masing-masing fungsi saraf. Saat klimaks, area otak lateral orbitofrontal cortex yang terletak di belakang mata dinonaktifkan. Area ini bertanggung jawab terhadap kontrol perilaku dan alasan. Ini mungkin sebabnya mengapa Anda tidak bisa fokus pada hal lain di sekitar (termasuk pasangan yang ingin menghabiskan waktu untuk bermesraan), dan hanya ingin langsung tidur saja.

    4. Efek setelah orgasme pada pria berbeda dengan apa yang dialami wanita

    Bagian penting dari orgasme adalah semacam penglihatan terowongan — dan ini tidak hanya meredam gangguan dari luar, seperti ketokan pintu rumah dan kebisingan konstruksi di luar. Pada wanita khususnya, efek pasca orgasme justru membuat mereka jadi sangat fokus. Alasannya, orgasme benar-benar dibangun dengan fokus penuh untuk mencapai kepuasan, membuat kita menjadi buta terhadap stimulan lain, baik secara fisik atau mental.

     Sebuah studi di tahun 2005 dari Belanda menunjukkan bahwa bagian otak wanita yang mengatur perasaan, amigdala dan hippocampus, sebenarnya dimatikan begitu membangun orgasme. Kita menjadi sangat terfokus pada sensasi dan kesenangan, daripada memikirkan cinta, kekhawatiran, atau hal lainnya. Bagian dari perilaku mengatur otak juga mati, jadi kita juga tidak mengendalikan diri karena takut dihakimi. Begitu kita turun dari klimaks, kita kembali ke tubuh kita, kesadaran kita diatur ulang, dan kecerdasan emosional kita kembali seperti sediakala.

    Sementara itu, setelah pria mengalami orgasme biasanya mereka mengalami masa pemulihan (refraktori), yang membuat mereka tidak dapat kembali terangsang dengan cepat. Ini ditambah dengan faktor kelelahan, membuat pria pada umumnya cenderung “menyerah” dan ingin langsung tidur. Sebaliknya, wanita tak selalu bisa mencapai orgasme setelah seks (yang mencegah mereka menghasilkan hormon pemicu ngantuk), tapi juga tidak memiliki masa pemuliihan seperti laki-laki.

    Oleh karena itu, mereka cenderung lebih waspada dan segar setelah seks karena tidak melewati periode orgasme yang sama, dan menginginkan babak selanjutnya untuk bisa mencapai orgasme yang dinanti di saat pasangan mereka hanya ingin berisitirahat.

     5. Wanita memiliki dorongan yang lebih besar untuk bermesraan setelah seks (afterplay)

     Setelah orgasme, baik pria maupun wanita melepaskan zat kimia oksitosin, prolaktin, gamma amino butyric acid (GABA), dan endorfin. Masing-masing berkontribusi pada perasaan santai dan mengantuk setelah seks. Hormon oksitosin diketahui memiliki beberapa efek, termasuk pembentukan perilaku ngemong, stimulasi kontraksi otot polos rahim saat persalinan dan stimulasi letdown ASI pada perempuan.

    Hal ini juga disebut sebagai “hormon berpelukan’ karena cenderung menimbulkan kebutuhan untuk memperkuat ikatan batin dengan pasangan. Tapi dalam sebuah penelitian, oksitosin terbukti justru dapat menumpulkan perilaku intim pria karena memicu pelepasan melatonin, hormon pemicu ngantuk.

    Prolaktin adalah faktor lainnya yang menjadi alasan kenapa pria lebih cepat tidur setelah seks. Hormon ini diproduksi di kelenjar pituitari, dan fungsinya yang paling terkenal adalah stimulasi produksi susu. Prolaktin dipercaya bisa meringankan gairah seksual setelah orgasme dan melepaskan pikiran dari seks. Tingkat prolaktin naik saat tidur, dan binatang percobaan yang disuntikkan hormon ini bisa langsung kecapekan dan mengantuk setelahnya. Jadi prolaktin sepertinya bisa jadi pelakunya.

    Terlebih lagi, tubuh pria secara alami memproduksi prolaktin yang lebih banyak hingga empat kali lipat setelah orgasme dari bersenggama daripada setelah masturbasi untuk alasan yang tidak diketahui, menurut sebuah penelitian baru-baru ini.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh Ajeng Quamila · Tanggal diperbarui 11/12/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan