backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Autisme

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 04/01/2024

Autisme

Mungkin Anda sudah tidak asing dengan autism spectrum disorder atau yang lebih dikenal dengan nama autisme. Kondisi ini bisa mulai terdeteksi sejak awal masa kanak-kanak dan berlangsung hingga dewasa. Simak informasi selengkapnya mengenai autisme dalam ulasan berikut ini.

Apa itu autisme (gangguan spektrum autis)?

Autisme atau autism spectrum disorder (ASD) adalah gangguan fungsi otak dan saraf serius dan kompleks yang memengaruhi perilaku dan proses berpikir manusia.

Gangguan ini memengaruhi kemampuan seseorang dalam berkomunikasi, bersosialisasi, berperilaku, dan belajar.

Gangguan perkembangan ini umumnya dimulai pada masa kanak-kanak dan bertahan seumur hidup. 

Umumnya, orang dengan ASD memiliki cara berkomunikasi, berinteraksi, berperilaku, dan belajar yang berbeda dari kebanyakan orang. Mereka sering kali tampak berada di “dunianya sendiri”.

Adapun kondisi ini disebut dengan gangguan spektrum karena memiliki berbagai gejala dan tingkat keparahan yang berbeda pada setiap penderitanya.

Ini juga mencakup berbagai kondisi yang sebelumnya dianggap terpisah, antara lain gangguan autistik, sindrom Asperger, dan gangguan perkembangan pervasif (PPD-NOS).

Anak autis (sebutan lama bagi anak pengidap autisme) cenderung kesulitan untuk menuangkan pikiran dan mengekspresikan diri, baik dengan kata-kata, gerak tubuh, ekspresi wajah, dan sentuhan.

Mereka juga cenderung kesulitan untuk memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain.

Mereka sangat sensitif sehingga lebih mudah terganggu, bahkan tersakiti oleh suara, sentuhan, bau, atau pemandangan yang tampak normal bagi orang lain. 

Selain itu, anak dengan kelainan ini juga cenderung melakukan hal yang diulang-ulang dan memiliki ketertarikan yang sempit dan obsesif.

Seberapa umum penyakit ini?

Secara peluang, anak laki-laki umumnya lima kali lebih mungkin memiliki autisme daripada anak perempuan. 

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), sekitar 1 dari 100 anak mengidap autisme.

Para pakar percaya jika kondisi ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Hal ini dapat dilihat dari angka kunjungan di rumah sakit umum, rumah sakit jiwa, termasuk pada klinik tumbuh kembang anak dari tahun ke tahun.

Tanda dan gejala autisme

anak dengan autisme

Gejala autisme cukup beragam. Setiap anak mungkin memiliki gejala yang berbeda-beda, dengan tingkat keparahan yang ringan hingga berat.

Akan tetapi, umumnya pada penderita menunjukkan beberapa gejala autis seperti dikutip dari National Health Service, seperti berikut ini.

1. Gejala autisme pada bayi dan anak yang lebih muda

  • Tidak memberi respons ketika namanya dipanggil.
  • Menghindari kontak mata dengan orang lain.
  • Tidak tersenyum, meskipun Anda memberikan senyum pada mereka.
  • Melakukan gerakan berulang, seperti mengepakkan tangan, menjentikkan jari, atau mengayunkan tubuh.
  • Cenderung pendiam, tidak banyak berceloteh seperti bayi kebanyakan.
  • Sering mengulang kata atau frasa yang sama.

Umumnya, ciri-ciri bayi autis yang paling terlihat adalah berkurangnya kontak mata saat diajak bicara, tidak merespons saat dipanggil, atau tidak peduli pada orang di sekitarnya.

Namun, ada pula yang baru menunjukkan gejala autis saat sudah berusia 2 tahun.

Ini biasanya ditunjukkan dengan sifat agresif atau anak hiperaktif secara tiba-tiba maupun perkembangan bahasa anak yang menurun.

2. Gejala autisme pada anak yang lebih besar

  • Sulit mengungkapkan perasaan dan mengekspresikan emosi.
  • Sulit mengerti apa yang diucapkan, dipikirkan, dan dirasakan orang lain.
  • Memiliki minat tinggi pada suatu kegiatan sehingga terkesan obsesif dan melakukan suatu perilaku secara berulang (stimming).
  • Menyukai rutinitas yang terstruktur dan sama. Jika rutinitas terganggu, ia akan sangat marah.
  • Sulit untuk menjalin pertemanan dan lebih suka menyendiri.
  • Sering kali menjawab sesuatu yang tidak sesuai dengan pertanyaan. Alih-alih menjawab, mereka lebih sering mengulang apa yang dikatakan orang lain.
  • Sulit mengungkapkan kebutuhannya dengan kata-kata atau gerakan.
  • Tidak melakukan permainan “pura-pura”, seperti tidak berpura-pura memberi makan pada boneka saat anak main boneka.
  • Sering melakukan gerakan yang berulang.
  • Sulit beradaptasi ketika rutinitas berubah.
  • Memiliki reaksi yang tidak biasa terhadap bau, rasa, tampilan, perasaan, atau suara.
  • Anak kehilangan keterampilan yang pernah mereka miliki, seperti berhenti mengucapkan kata-kata yang pernah mereka gunakan.

Gejala autis pada anak laki-laki dan perempuan terkadang sedikit berbeda.

Anak perempuan cenderung lebih tenang dan pendiam, sedangkan anak laki-laki cenderung lebih hiperaktif. Gejala pada anak perempuan yang “samar-samar” ini menyebabkan diagnosis jadi lebih sulit.

Adapun setiap anak dengan autism spectrum disorder menunjukkan gejala yang bervariasi, entah lebih rendah atau tinggi dari anak seusianya.

Misalnya, ASD bisa menimbulkan gangguan belajar pada anak dengan tingkat kecerdasan yang lebih rendah dari teman seusianya.

Namun, ada pula anak autis lainnya yang justru menunjukkan tingkat kecerdasan di atas normal.

3. Gejala autisme pada orang dewasa

  • Sulit memahami apa yang dipikirkan atau dirasakan orang lain.
  • Sangat cemas dengan berbagai situasi sosial atau kegiatan di luar rutinitas.
  • Sulit berteman atau lebih suka menyendiri.
  • Sering kali berbicara blak-blakan dan kasar dan menghindari kontak mata dengan orang lain.
  • Sulit menunjukkan perasaan pada orang lain.
  • Lebih suka tidak dipeluk, kecuali jika mereka mau.
  • Seperti tidak menyadari jika ada yang berbicara dengannya dan cenderung merespons suara lain.
  • Sering mengulang kata atau frasa saat berbicara, termasuk kata-kata lawan bicaranya (echolalia).
  • Saat berbicara dengan orang lain, posisi tubuhnya akan sangat dekat dengan Anda. Bisa juga sebaliknya, tidak suka orang lain berada terlalu dekat atau melakukan kontak fisik, seperti menyentuh atau memeluk.
  • Sangat teliti pada suatu hal yang kecil, berpola, dan mudah terganggu oleh bau atau suara yang dianggap normal oleh orang lain.

Kapan harus ke dokter?

Anda harus menghubungi dokter bila Anda merasa anak Anda mengalami keterlambatan perkembangan. Beberapa gejala dapat dilihat dalam 2 tahun pertama. Tanda dan gejala yang menjadi pertimbangan Anda untuk membawa si Kecil ke dokter, yakni sebagai berikut.
  • Tidak merespons saat dipanggil.
  • Perkembangan komunikasi lambat.
  • Sulit bersikap dan berperilaku atau mengalami beberapa gejala seperti yang sudah disebutkan di atas.
Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya, konsultasikanlah kepada dokter Anda. 

Penyebab autisme

autisme ringan

Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari autisme.

Namun, para ilmuwan dan pakar kesehatan sepakat bahwa faktor genetik dan lingkungan berperan dalam menyebabkan gangguan ini.

Para ilmuwan menemukan sejumlah gen yang kemungkinan berperan dalam kelainan ini.

Gen-gen ini memengaruhi perkembangan otak atau cara sel-sel otak berkomunikasi sehingga menimbulkan tanda-tanda khas pada anak yang mengalami ASD.

Selain itu, faktor lingkungan dianggap berperan dalam menyebabkan ASD, seperti konsumsi obat-obatan tertentu, terinfeksi virus, atau komplikasi selama kehamilan.

Polusi udara juga mungkin berperan memicu gangguan ini. Meski demikian, para peneliti masih meneliti kembali kemungkinan faktor-faktor tersebut sebagai pemicu autisme.

Faktor risiko autisme

Meski penyebabnya belum pasti, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami autisme atau gangguan spektrum autisme (ASD).

  • Jenis kelamin. Autisme terjadi empat kali lebih sering pada laki-laki dibanding perempuan.
  • Riwayat keluarga. Keluarga yang memiliki anak autis mungkin akan memiliki anak autis lain.
  • Penyakit lain. Autis cenderung terjadi lebih sering pada anak dengan genetik atau kondisi kromosom tertentu, seperti tuberous sclerosis, sindrom fragile X, Down syndrome, atau sindrom Rett.
  • Bayi prematur. Autisme lebih sering terjadi pada bayi prematur dan biasanya lebih berisiko pada bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 26 minggu.
  • Berat lahir rendah. Bayi dengan berat badan lahir rendah lebih berisiko mengalami ASD.
  • Paparan bahan kimia dan obat tertentu. Paparan logam berat, obat valproic acid (Depakene) atau thalidomide (Thalomid) pada janin dapat meningkatkan risiko terjadinya autis.
  • Di sisi lain, beberapa studi menunjukkan bahwa vaksin atau imunisasi pada anak tidak akan meningkatkan risiko autism spectrum disorder.

    Diagnosis autisme

    Tidak ada tes laboratorium khusus untuk mendiagnosis autis pada anak. Akan tetapi, dokter dapat melakukan berbagai tes pendekatan yang bisa membantu menegakkan diagnosis.

    Berbagai cara yang umumnya dilakukan dokter, antara lain sebagai berikut.

    • Skrining perkembangan umum selama anak diperiksa oleh dokter anak saat masa kanak-kanak. Anak yang menunjukan beberapa masalah perkembangan dirujuk untuk evaluasi tambahan.
    • Mengamati kebiasaan anak serta caranya berinteraksi dan berkomunikasi.
    • Menguji kemampuan anak dalam mendengar, berbicara, dan mendengarkan.
    • Melakukan tes genetik untuk mengetahui adanya kelainan genetik yang menjadi faktor risiko dari ASD.
    • Evaluasi dari tim dokter dan dokter spesialis lain. Pada tahap ini, anak dapat didiagnosis mengalami autisme atau gangguan perkembangan lain.

    Selama proses ini, dokter akan mengamati perilaku dan gejala yang dirasakan anak dengan mengajukan pertanyaan pada orangtua.

    Sejalan dengan ini, dokter akan mengamati bagaimana anak berinteraksi dan berkomunikasi.

    Dokter akan menguji kemampuan anak mendengar, berbicara, dan mendengarkan apa yang dikatakan orang lain.

    Selanjutnya, tes pencitraan akan dilakukan untuk mencari tahu kondisi atau penyakit tertentu.

    Pengobatan autisme

    Tidak ada pengobatan khusus yang bisa menyembuhkan autisme. Meski begitu, beberapa perawatan tertentu dapat mengurangi keparahan gejala dan membuat kualitas hidup pengidapnya jadi lebih baik.

    Ini sangat perlu dilakukan secepat mungkin, mengingat kelainan ini memengaruhi berbagai aspek kehidupan, seperti sosial, pendidikan, dan kesejahteraan diri.

    Anak yang tidak mendapatkan perawatan yang tepat akan kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain, menerima pelajaran di sekolah, dan menjalin pertemanan.

    Bila terus dibiarkan, hal ini memengaruhi prestasi anak di sekolah, masa depannya, dan hubungannya dengan orang yang disayangi.

    Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), pilihan pengobatan dan perawatan yang bisa dijalani oleh orang dengan autisme, antara lain sebagai berikut.

    1. Perawatan untuk meningkatkan perilaku dan komunikasi

    Orang dengan autisme biasanya memiliki kemampuan berkomunikasi yang rendah dan kerap kali berperilaku tidak seperti orang-orang pada umumnya.

    Untuk mengatasi hal ini, dokter dapat merekomendasikan berbagai jenis terapi autisme, seperti berikut ini.

    • Terapi okupasi. Ini merupakan terapi yang mengajarkan berbagai keterampilan berpakaian, makan, mandi, dan menjalin hubungan dengan orang lain.
    • Terapi integrasi sensoris. Ini untuk membantu mengolah informasi dari pemandangan, suara, sentuhan, dan bau sehingga kurang tingkat sensitivitasnya pada hal tersebut.
    • Terapi wicara. Ini untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi, baik verbal maupun nonverbal (bahasa dan gerak tubuh).

    2. Penggunaan obat-obatan

    Tidak ada obat-obatan yang dapat menyembuhkan autisme. Akan tetapi, beberapa obat bisa digunakan untuk meringankan gejala tertentu.

    Misalnya, obat untuk antidepresan untuk mengurangi kecemasan, obat antikejang, atau obat untuk membantu meningkatkan konsentrasi.

    Obat-obatan ini tidak boleh digunakan secara sembarangan. Pasalnya, kelebihan dosis maupun efek samping dapat terjadi. Untuk itu, selalu gunakan obat di bawah pengawasan dokter.

    3. Perawatan tambahan

    Untuk meringankan gejala autisme, beberapa perawatan tambahan mungkin direkomendasikan.

    Sebelum dilakukan, dokter dan ahli kesehatan lain akan mempertimbangkan manfaat yang didapat pasien. Beberapa perawatan tambahan yang biasanya dilakukan, meliputi berikut ini.

    • Terapi nutrisi, yakni pemenuhan nutrisi tertentu yang dibutuhkan sekaligus membantu pasien dari kebiasaan makan yang tidak sehat.
    • Chelation, yaitu perawatan khusus untuk menghilangkan logam berat di dalam tubuh. Sayangnya, pengobatan ini sangat berisiko sehingga perlu pertimbangan yang matang jika ingin dilakukan.

    Pengobatan rumahan untuk autisme

    Beberapa gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda dalam menangani anak autisme adalah sebagai berikut. 

    • Buat rutinitas yang teratur di rumah. Buat jadwal kegiatan rutin dan sebisa mungkin menghindari kegiatan mendadak. Hal ini dapat membantu mengurangi perilaku berulang pada anak autis.
    • Mengikuti pengobatan sesuai arahan dokter. Perawatan yang dibutuhkan anak bisa berbeda. Selalu buat catatan mengenai berbagai perilaku dan gejala yang terjadi pada pasien selama masa perawatan untuk dilaporkan ke dokter.
    • Buat kegiatan di rumah yang bermanfaat. Misalnya membaca buku bersama untuk membantunya mengolah bahasa dan kata atau mengenalkannya pada bunyi-bunyian dari benda yang ada di sekitar untuk mengurangi tingkat kepekaan pasien pada bunyi-bunyian normal.
    • Penuhi kebutuhan pasien sesuai dengan kondisinya. Tidak hanya pengobatan dan pemenuhan nutrisi, anak autis tetap membutuhkan pendidikan. Cari sekolah khusus dan pengajar terlatih yang bisa membantunya.
    • Mengikuti komunitas autis. Terjun ke dalam suatu komunitas bisa membantu orangtua atau pengasuh untuk memperbanyak pengetahuan seputar kelainan neurologis ini, termasuk berbagai cara merawatnya.

    Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah kepada dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Carla Pramudita Susanto

    General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


    Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 04/01/2024

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan