backup og meta
Kategori

3

Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

5 Mitos Aborsi yang Ternyata Salah Besar dan Menyesatkan

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Risky Candra Swari · Tanggal diperbarui 15/07/2021

    5 Mitos Aborsi yang Ternyata Salah Besar dan Menyesatkan

    Ada berbagai alasan mengapa seseorang memilih melakukan aborsi dibanding melahirkan calon jabang bayinya. Sayangnya, kebanyakan wanita yang melakukan aborsi tidak benar-benar memahami apa itu aborsi secara medis dan tidak bisa mengakses informasi yang akurat seputar aborsi. Akibatnya, banyak wanita hanya mengandalkan berbagai mitos aborsi yang tentu saja menyesatkan sekaligus membahayakan. 

    Berbagai mitos aborsi yang keliru

    1. Aborsi bisa dilakukan kapan pun

    Aborsi tak bisa dilakukan sembarangan waktu atau kapanpun saat seorang wanita menginginkannya.

    Di beberapa negara, dokter diperbolehkan melakukan aborsi pada saat usia kandungan masih sangat muda, yaitu pada trimester pertama. Ada juga yang memperbolehkannya sampai trimester kedua.

    Melakukan aborsi pada usia kandungan mencapai trimester ketiga sangat dilarang karena berkaitan dengan kehidupan janin dan ibu yang tengah mengandung. 

    2. Semua wanita hamil boleh melakukan aborsi

    Dalam dunia medis aborsi hanya dapat dilakukan karena kondisi medis tertentu, seperti terjadinya kehamilan di luar rahim (kehamilan ektopik), risiko keguguran, bayi cacat, serta kondisi kesehatan ibu yang dapat membahayakan nyawa keduanya.

    Selain itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi juga dijelaskan bahwa seorang wanita bisa melakukan aborsi apabila kehamilannya akibat perkosaan. Namun kondisi ini hanya dapat dilakukan apabila usia kehamilan paling lama berusia 40 hari dihitung sejak hari pertama haid terakhir.

    3. Aborsi bisa bikin mandul

    Jika aborsi dilakukan secara ilegal sesuai dengan prosedur medis rumah sakit, belum ada bukti ilmiah bahwa aborsi bisa menyebabkan seseorang mandul atau tidak bisa hamil lagi. Pasalnya, abrosi tidak akan mempengaruhi kemampuan seseorang wanita untuk hamil, maupun kesehatan ibu dan janin pada saat kehamilan selanjutnya.

    Namun jika Anda melakukan aborsi sendiri (ilegal), bersiaplah untuk beragam risiko yang akan mengintai Anda setelahnya. Pasalnya aborsi yang dilakukan secara ilegal tidak hanya bisa merusak kandungan Anda, tapi juga membahayakan diri hingga menyebabkan kematian. 

    4. Aborsi lebih berbahaya dari melahirkan

    Sama seperti melahirkan, aborsi memang bisa menyebabkan komplikasi. Meskipun begitu, beberapa penelitian tidak menunjukkan bahwa aborsi lebih bahaya daripada melahirkan. Pasalnya ini akan bergantung pada praktik aborsi yang Anda lakukan.

    Justru hal paling berbahaya adalah ketika Anda melakukan aborsi di tempat praktik-praktik ilegal yang ditangani oleh orang yang tidak memiliki kemampuan medis mupuni dan tidak didukung dengan peralatan yang sesuai dengan standar bedah. Akan tetapi, bila dilakukan dalam lingkungan terkontrol dengan para ahli, misalnya di klinik bersalin atau rumah sakit, berbagai risiko dan komplikasi aborsi sangat bisa diminimalisir.

    5. Aborsi menyebabkan depresi dan trauma psikologi berkepanjangan

    Faktanya, seperti yang dilansir dari Huffington Post, 95 persen wanita yang melakukan aborsi pada akhirnya merasa telah membuat keputusan yang tepat. Ibu hamil yang memiliki kondisi medis tertentu, justru akan merasakan stres saat kehamilannya tidak berjalan normal dan malah membahayakan dirinya sendiri dan janin.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Risky Candra Swari · Tanggal diperbarui 15/07/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan