backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Apakah Rokok Bisa Memicu Gejala Skizofrenia, atau Malah Mengobati?

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Ajeng Quamila · Tanggal diperbarui 29/06/2021

    Apakah Rokok Bisa Memicu Gejala Skizofrenia, atau Malah Mengobati?

    Perokok berat sudah sejak lama dikaitkan dengan risiko gangguan psikosis yang mengarah ke skizofrenia. Namun apakah merokok sebenarnya justru memicu atau malah mengobati gejala skizofrenia, ini masih terus menjadi perdebatan panas di antara para ahli. Mengapa demikian?

    Mereka yang bilang merokok mengobati gejala skizofrenia

    Satu studi tahun 2014 milik peneliti dari Washington University School of Medicine menemukan bahwa orang dengan penyakit mental berat seperti skizofrenia lima kali lipat lebih mungkin untuk menjadi perokok berat. Kecenderungan ini kemudian dipelajari lebih lanjut oleh sebuah tim ilmuwan gabungan dari mancanegara, yang menjelaskan bahwa mungkin kandungan nikotin dalam rokok bekerja memperbaiki area otak yang rusak akibat gejala skizofrenia.

    Akar percobaan mereka adalah apa yang disebut dengan hypofrontality. Hypofrontality adalah penurunan aktivitas pada korteks prefrontal otak yang mengarah ke masalah kognitif seperti gangguan memori dan kesulitan mengambil keputusan. Dengan mengamati tikus lab, para ilmuwan dari Institut Pasteur di Paris dan dari University of Colorado menunjukkan bahwa mutasi genetik CHRNA5 (yang sebelumnya dikaitkan dengan peningkatan risiko gejala skizofrenia), juga terkait dengan penurunan fungsi pada lobus frontal.

    Gangguan pada lobus frontal telah dikaitkan dengan masalah penalaran dan pemecahan masalah, serta kontrol diri dan emosi. Gangguan pada dua bagian otak inilah yang dicurigai memicu timbulnya gejala psikosis yang mengacu ke skizofrenia, seperti halusinasi, delusi, dan waham.

    Peneliti mengatakan nikotin membalikkan masalah ini, setidaknya pada tikus, karena nikotin memengaruhi reseptor di daerah otak tertentu untuk menjalankan fungsi kognitif yang sehat. Ketika tikus lab yang menunjukkan gejala skizofrenia diberikan dosis nikotin harian, aktivitas otak yang tadinya lamban berhasil memperlihatkan peningkatan dalam dua hari. Dan dalam satu minggu, ungkap peneliti, aktivitas otak kembali normal.

    Pada dasarnya, peneliti menduga bahwa nikotin bekerja melawan efek samping dari obat-obatan skizofrenia atau penurunan fungsi kognitif otak akibat cacat genetik dari skizofrenia itu sendiri.

    Mereka yang berpendapat bahwa merokok justru memicu gejala skizofrenia

    Di sisi lain, sebuah studi tinjauan yang diterbitkan dalam jurnal Lancet Psychiatry melaporkan bahwa orang yang merokok memiliki peningkatan risiko hingga tiga kali lipat untuk mengalami gejala skizofrenia daripada mereka yang bukan perokok.

    Tim peneliti merekap ulang hasil temuan dari 61 studi terdahulu yang melibatkan 15 ribu perokok dan 273 ribu non-perokok. Mereka menemukan bahwa hampir 57% dari pasien yang mengalami episode pertama dari gejala skizofrenia adalah perokok. Para peneliti juga menemukan bahwa perokok berat menampilkan gejala penyakit skizofrenia rata-rata satu tahun lebih cepat daripada non-perokok.

    Temuan ini kemudian menumpahkan keraguan pada teori bahwa hubungan antara merokok dan psikosis ada karena pasien skizofrenia menggunakan rokok sebagai cara mengobati diri sendiri. Singkat cerita, menurut tim peneliti, orang-orang ini lebih dulu mengembangkan kebiasaan merokok rutin, baru menunjukkan gejala skizofrenia sebagai dampak merokok pada kesehatan mental mereka.

    Peneliti menduga bahwa dopamin memainkan peran kunci dalam perkembangan gejala skizofrenia. Kelebihan dopamin adalah faktor biologis terbaik yang dimiliki dunia kedokteran sampai saat ini untuk menjelaskan penyakit psikotik seperti skizofrenia. Ada kemungkinan bahwa nikotin meningkatkan pelepasan dopamin, yang menyebabkan gejala skizofrenia bisa berkembang.

    Jadi, mana yang benar?

    Bisa dibilang, jalan untuk menentukan kepastian arah sebab-akibat dari hubungan antara merokok berat dengan gejala skizofrenia masih harus terus ditelusuri. Yang manapun hasilnya menunjukkan bahwa kebiasaan merokok harus tetap dianggap faktor risiko serius yang mungkin berperan dalam pengembangan gejala psikotik dan skizofrenia, dan tidak disepelekan begitu saja hanya sebagai konsekuensi dari penyakit tersebut. Demikian ungkap banyak pakar kesehatan.

    Sebaliknya, peneliti mendesak agar para profesional kesehatan mental dan tenaga kesehatan yang berhadapan langsung dengan pasien skizofrenia untuk mulai mendorong mereka berhenti merokok sebagai tindakan pencegahan yang lebih diutamakan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh Ajeng Quamila · Tanggal diperbarui 29/06/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan