backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

3

Tanya Dokter
Simpan

10 Kondisi yang Mengharuskan Anda Rawat Inap di Rumah Sakit

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 30/10/2022

    10 Kondisi yang Mengharuskan Anda Rawat Inap di Rumah Sakit

    Dokter biasanya akan menganjurkan untuk opname alias rawat inap di rumah sakit bila kondisi yang Anda alami cukup parah. Opname juga dokter pertimbangkan sebagai tindakan preventif untuk mencegah penularan penyakit. 

    Lantas, jenis penyakit apa saja yang mewajibkan pasien menginap di rumah sakit? Simak ulasan selengkapnya berikut ini.

    Ragam kondisi yang mengharuskan rawat inap

    Penyakit menular adalah penyebab utama dari kebanyakan kasus rawat inap di rumah sakit. 

    Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat infeksi saluran pernapasan bawah menjadi penyakit menular paling mematikan di seluruh dunia. 

    Kondisi ini menempati peringkat ke-4 sebagai penyebab kematian utama yang merenggut 2,6 juta jiwa pada 2019.

    Penyakit menular memerlukan penanganan ekstra untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Meski begitu, rujukan opname tidak terbatas pada kasus penyakit menular saja. 

    Berikut ini merupakan beberapa daftar kondisi dan penyakit yang umum terjadi di Indonesia yang mengharuskan pasien menjalani rawat inap.

    1. Diare dan muntaber

    puasa saat diare

    Anda tidak akan langsung diopname bila terkena diare atau muntaber. Hal ini karena kebanyakan diare dan muntaber bisa cepat sembuh dengan pengobatan rumahan sederhana. 

    Namun, bila penyakitnya tidak kunjung sembuh atau gejalanya malah bertambah parah, seperti disertai dehidrasi, barulah dokter akan merujuk Anda untuk rawat inap.

    Muntaber dan diare bisa menyerang siapa saja tanpa pandang bulu, mulai dari bayi, anak-anak, sampai orang dewasa. 

    Namun, dibanding orang dewasa, anak-anak dan bayi merupakan kelompok usia yang paling sering diopname akibat gangguan pencernaan ini.

    2. Gagal jantung

    Gagal jantung merupakan kondisi yang membuat otot jantung tidak bekerja semestinya sehingga jantung tak dapat memompa darah dengan baik ke seluruh tubuh. 

    Tanda dan gejala umum dari gagal jantung yaitu sesak napas, kelelahan, dan pembengkakan pada kaki, perut, pergelangan kaki, atau daerah punggung bawah.

    Saat organ jantung gagal berfungsi, kondisi ini tentu memerlukan rawat inap di rumah sakit agar tim dokter bisa terus memantau kondisi Anda. 

    Hal ini juga untuk mencegah perkembangannya yang makin parah agar tidak berakibat fatal.

    3. Pneumonia

    Pneumonia merupakan infeksi paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur. Gejala khas dari penyakit ini ialah “paru-paru basah”, yakni suatu kondisi ketika peradangan akibat infeksi menyebabkan paru-paru memproduksi lebih banyak lendir.

    Tahap awal pneumonia masih bisa ditangani dengan berobat jalan dan minum obat antibiotik, seperti amoxicillin

    Namun, bila setelah minum obat Anda tetap demam melebihi 40ºC, mengalami sesak napas, dan terus batuk tanpa henti, dokter akan menganjurkan Anda untuk opname. 

    Bayi, anak kecil, dan orang dewasa berusia 65 tahun ke atas merupakan kelompok orang yang lebih berisiko menjalani rawat inap terlepas dari kondisi tubuh dan keparahan gejalanya.

    4. Sepsis

    mandi saat sakit demam

    Sepsis merupakan keracunan darah sebagai komplikasi dari infeksi atau luka yang bisa berakibat fatal. Gejala sepsis meliputi demam, sulit bernapas, sakit perut, dan detak jantung abnormal.

    Peradangan yang disebabkan oleh sepsis bisa merusak berbagai sistem organ dan memicu kegagalan fungsi organ tubuh.

    Tanpa perawatan medis yang baik, sepsis bisa berkembang makin parah menjadi syok septik (septic shock) dan menyebabkan kematian pada akhirnya. 

    Itu sebabnya orang dengan kondisi sepsis biasanya harus menjalani rawat inap di rumah sakit.

    5. Gagal ginjal

    Gagal ginjal menyebabkan hilangnya kemampuan ginjal untuk menyaring racun dari dalam tubuh. Seiring waktu, racun yang menumpuk bisa menyebabkan kerusakan organ tubuh lainnya. 

    Penyakit ini perkembangannya sangat cepat dan bisa terus memburuk. Jika tidak segera ditangani, gagal ginjal berpotensi besar menimbulkan komplikasi.

    Orang dengan kondisi ini memerlukan rawat inap. Sekembalinya dari rumah sakit, pasien juga harus berobat jalan agar dokter bisa memantau perkembangannya. 

    Sebaiknya, konsultasikan dengan dokter bila Anda mengalami gejala gagal ginjal, seperti tubuh lemah, sesak napas, sakit perut, serta pergelangan kaki dan tangan membengkak.

    6. Anemia

    Kebanyakan kasus anemia tidak memerlukan rawat inap. Namun, Anda mungkin membutuhkan perawatan di rumah sakit bila gejala anemia yang dialami begitu parah.

    Anemia bisa menimbulkan gejala seperti penurunan atau hilang kesadaran, perubahan denyut jantung yang tidak normal, hingga gangguan pernapasan serius.

    Rawat inap umumnya hanya diperlukan pada pasien yang jumlah sel darah merah atau hemoglobinnya sangat rendah sehingga membutuhkan transfusi darah.

    Dokter akan menganjurkan Anda untuk opname di rumah sakit sampai kondisi Anda kembali pulih.

    7. Tuberkulosis (TBC)

    Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang biasanya menyerang organ paru-paru. Penyakit ini juga dikenal sebagai TB paru.

    Jika infeksi bakteri juga menyerang organ tubuh lainnya, seperti jantung, ginjal, dan tulang, inilah yang dinamakan dengan TB ekstra paru.

    Infeksi TBC sangat mudah menular sehingga orang dengan kondisi ini akan dianjurkan rawat inap untuk mengkarantina penyebaran bakterinya. 

    Hal ini perlu Anda lakukan terlebih bila gejala TBC malah makin memburuk meski sebelumnya sudah minum obat dan rutin berobat jalan.

    8. Stroke

    penyebab sakit kepala dan mata serta pusing

    Stroke merupakan masalah yang terjadi akibat gangguan aliran darah ke otak. Sel-sel otak yang tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi dari darah perlahan mati dalam hitungan menit. 

    Gejala stroke dapat terjadi secara tiba-tiba, meliputi pusing, kesemutan atau mati rasa pada bagian tubuh, serta hilang kemampuan untuk menggerakan wajah, lengan, atau kaki.

    Jika tidak cepat ditangani, stroke dapat menyebabkan kerusakan otak permanen atau kematian. Itulah alasan pasien stroke harus segera mendapat penanganan dokter. 

    Biasanya, dokter juga menyarankan rawat inap agar pasien sekaligus mendapatkan terapi fisik untuk pasien stroke. Hal ini bertujuan supaya fungsi tubuh pasien bisa kembali normal.

    9. Lahir mati

    Bayi yang mati pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu disebut bayi lahir mati atau stillbirth

    Kondisi yang dalam istilah medis disebut intrauterine fetal death (IUFD) ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain kondisi ibu, janin, dan juga masalah plasenta.

    Jika ibu mengalami IUFD, dokter akan menjalankan proses persalinan untuk mengeluarkan tubuh bayi. Setelah itu, dokter umumnya akan mewajibkan opname.

    Alasan dari melakukan rawat inap ini ialah untuk memulihkan kesehatan fisik dan emosional ibu setelah melahirkan.

    10. Perdarahan dalam

    Perdarahan dalam terjadi pada jaringan, organ, atau rongga tubuh yang mengalami cedera atau trauma, misalnya akibat kecelakaan, pukulan benda tumpul, atau efek samping obat-obatan keras.

    Karena terjadi di dalam tubuh, pendarahan ini sulit untuk dideteksi dan didiagnosis, tidak seperti pendarahan luar yang menembus kulit.

    Anda umumnya membutuhkan rawat inap untuk kondisi ini supaya dokter dapat mengetahui penyebab dan sumber perdarahannya.

    Perawatan di rumah sakit juga sekaligus membantu memperbaiki kerusakan akibat perdarahan dan mencegah perburukan kondisi.

    Selain daftar di atas, masih terdapat berbagai kondisi dan masalah kesehatan lain yang membutuhkan rawat inap atau opname.

    Dokter hanya akan menyatakan perawatan di rumah sakit bila kondisi yang Anda alami membutuhkan penanganan dan pemantauan lebih lanjut.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 30/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan