backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Tak Diduga, 7 Makanan Ini Mengandung Bahan Kimia Berbahaya

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan · General Practitioner · None


Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 30/10/2022

    Tak Diduga, 7 Makanan Ini Mengandung Bahan Kimia Berbahaya

    Bahan kimia bisa ditemukan di mana saja, mulai dari peralatan rumah tangga, kosmetik, hingga asupan harian Anda. Namun, hati-hati dengan bahan kimia pada makanan sebab bisa saja beracun. Lantas, apa saja makanan yang kemungkinan mengandung bahan kimia berbahaya?

    Makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya

    Bahan kimia berbahaya pada makanan umumnya berasal dari kontaminasi atau cemaran yang berasal dari lingkungan atau proses pembuatan.

    Produsen makanan juga kerap menggunakan bahan kimia berbahaya untuk menekan modal produksi.

    Berikut beberapa makanan yang mengandung bahan kimia yang berisiko bagi kesehatan. 

    1. Makanan yang diasap

    Ada beberapa jenis contoh makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya, seperti daging, ikan, dan kerang yang diasap.

    Proses pengasapan makanan hewani dengan suhu tinggi bisa membentuk zat bernama polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH). Zat ini dianggap karsinogenik atau bisa memicu kanker.

    Tidak heran bila makanan yang dibakar atau makanan gosong picu kanker.

    2. Daging, telur, ikan, dan susu

    makanan yang mengandung bahan kimia kontaminasi daging susu telur

    Jenis makanan ini rentan mengandung bahan kimia berbahaya bernama dioxin

    Nah, dioxin adalah bahan kimia yang berasal dari cemaran lingkungan dan biasanya ditemukan pada jaringan lemak pada hewan. 

    Dioksin sangat beracun dan bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti:

    • gangguan perkembangan,
    • masalah sistem reproduksi,
    • merusak kekebalan tubuh,
    • mengganggu hormon, dan
    • memicu kanker.

    3. Olahan kentang atau sereal

    Proses memasak, seperti menggoreng, memanggang, atau membakar bisa menyebabkan terbentuknya senyawa kimia berbahaya.

    Saat kentang atau sereal dipanaskan, ada reaksi kimia yang terjadi antara gula dan asam amino.

    Reaksi ini menghasilkan senyawa berbahaya bernama akrilamida yang bisa menyebabkan kanker. 

    Meski begitu, pengujian efek akrilamida masih dilakukan pada hewan.

    Pada penelitian, peneliti menggunakan senyawa tersebut dalam jumlah yang sangat besar. Padahal, jumlahnya pada makanan bisa jauh lebih kecil.

    4. Produk olahan jagung dan kacang-kacangan

    Produk olahan jagung dan kacang-kacangan kerap berada di daftar makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya, yaitu aflatoksin. 

    Bahan kimia ini berasal dari jamur Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus yang tumbuh di daerah hangat dan lembap. Biasanya, aflatoksin mencemari ladang atau gudang penyimpanan.

    Paparan aflatoksin bisa meningkatkan risiko kanker liver.

    Tak hanya itu, produk yang terbuat dari jagung rentan terkontaminasi mikotoksin bernama fumonisin. Ini berupakan bahan kimia yang berasal dari jamur Fusarium.

    Racun ini bisa menyebabkan kanker kerongkongan, cacat tabung saraf, dan gangguan pada ginjal.

    5. Produk berbahan dasar gandum

    makanan yang mengandung bahan kimia sereal

    Ada beberapa jenis makanan berbahan gandum juga rentan tercemar bahan kimia bernama deoksinivalenol, seperti:

    • pastry,
    • roti,
    • biskuit,
    • sereal,
    • oatmeal,
    • pasta, dan
    • mi.

    Lagi-lagi, racun ini merupakan mikotoksin yang berasal dari jenis jamur Fusarium. Jamur ini bisa tumbuh di ladang atau di gudang penyimpanan.

    Efek langsung keracunan makanan akibat mikotoksin ini, yaitu:

    • mual,
    • muntah,
    • diare,
    • sakit perut,
    • sakit kepala,
    • pusing, dan
    • demam.

    Dalam kasus lebih parah, Anda bisa mengalami kekurangan sel darah putih, perdarahan saluran pencernaan, gangguan sistem saraf pusat, dan masalah sistem imun.

    6. Makanan kalengan

    Contoh makanan yang mengandung bahan kimia pada kemasan makanan kaleng, seperti:

    • saus, 
    • sup,
    • kopi, 
    • kacang-kacangan, 
    • pasta, hingga 
    • makanan bayi.

    Peneliti menduga kandungan furan berasal dari proses pengolahan pemanasan makanan yang dikalengkan.

    Proses ini sebenarnya penting agar produk tahan lama dan aman.

    Studi yang dilakukan pada hewan menunjukkan bahwa furan bisa memicu kanker. Namun, peneliti menggunakan senyawa furan dalam dosis yang tinggi. 

    Sementara itu, furan pada makanan ditemukan dalam jumlah kecil. Meski begitu, paparan asupan dalam jangka panjang bisa meningkatkan risiko kerusakan hati.

    Penting untuk diketahui!

    Agar tetap makan sehat dan mengurangi kadar furan, Anda bisa memanaskan makanan ke dalam baskom berisi air panas tanpa penutup. Proses ini bisa mengurangi furan sebanyak 15 – 30 persen.

    7. Minuman ringan

    Minuman ringan rentan tercemar kimia bernama benzena. Ini adalah bahan kimia yang biasa ditemukan dari sisa pembakaran kendaraan bermotor dan batubara.

    Benzena merupakan bahan yang bisa memicu kanker pada manusia.

    Beberapa jenis minuman yang rentan tercemar benzena adalah minuman dengan kandungan vitamin C, garam benzoat, dan asam erythorbic.

    Mengutip situs Food and Drug Administration (FDA), paparan panas dan cahaya pada ketiga bahan tersebut menyebabkan pembentukan benzena. 

    Meski begitu, kadar benzena yang ditemukan dalam minuman berada dalam jumlah yang sangat kecil dan tidak menimbulkan masalah kesehatan.

    Makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya jarang sekali berasal dari bahan aditif. Biasanya, bahan kimia ini berasal dari lingkungan, jamur, hingga reaksi kimia saat memasak.

    Ada beberapa bahan kimia yang perlu diteliti lebih lanjut. Namun, cemaran mikotoksin sudah terbukti menyebabkan keracunan hingga penyakit serius.

    Untuk itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun sudah memberikan aturan ketat terkait makanan yang rentan tercemar mikotoksin.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Andreas Wilson Setiawan

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 30/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan