backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

4 Jenis Suplemen dan Vitamin Penambah Darah untuk Anemia

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fajarina Nurin · Tanggal diperbarui 28/10/2022

    4 Jenis Suplemen dan Vitamin Penambah Darah untuk Anemia

    Anemia adalah kondisi ketika Anda tidak memiliki cukup sel darah merah untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan tubuh. Anemia dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, termasuk kekurangan zat besi, vitamin B12, atau asam folat. Salah satu cara menangani anemia adalah dengan mengonsumsi suplemen atau vitamin tambahan. Lantas, apa saja suplemen atau vitamin yang berguna sebagai penambah darah? Simak penjelasannya berikut ini. 

    Apa saja suplemen dan vitamin penambah darah? 

    Suplemen dan vitamin penambah darah yang dapat mengatasi anemia adalah:

    1. Suplemen zat besi

    penderita anemia minum suplemen saat puasa

    Anemia biasanya mudah diatasi dengan menambah asupan zat besi dari makanan. Zat besi banyak terkandung dalam daging merah, sayuran berdaun hijau, buah-buahan dan kacang kering, serta makanan yang diperkaya dengan nutrisi ini

    Namun, dari makanan saja mungkin tidak cukup bagi orang yang lebih rentan terkena anemia, seperti ibu hamil, remaja dalam masa menstruasi, dan mereka yang punya penyakit kronis. Mereka juga memerlukan asupan zat besi tambahan dalam bentuk suplemen.

    Dikutip dari Cleveland Clinic, ada banyak jenis zat besi oral, yaitu pil, kapsul, tetes, dan tablet. Tujuan dari mengonsumsi suplemen zat besi oral adalah untuk mengobati gejala anemia dengan meningkatkan kadar zat besi dan hemoglobin dalam tubuh Anda. 

    Namun, Anda tak bisa minum suplemen zat besi tanpa tahu dosis yang tepat. Walaupun berguna untuk mencegah anemia, suplemen zat besi berbahaya bagi tubuh bila diminum sembarangan. Ini karena terlalu banyak zat besi dalam tubuh bisa menjadi racun dalam tubuh.

    Konsumsi suplemen zat besi tanpa anjuran dokter berisiko mengakibatkan overdosis. Dosis satu kali minum sebesar 10-20 miligram saja sudah dapat menimbulkan gejala keracunan zat besi seperti mual, muntah, dan sakit perut.

    2. Vitamin C

    mencegah infeksi virus

    Vitamin C membantu penyerapan dan penyimpanan zat besi di hati, sehingga konsumsi suplemen vitamin C dapat membantu menaikkan kadar hemoglobin karena zat besi tersebut akan diubah menjadi sel darah.

    Konsumsi suplemen vitamin C 25 mg dapat meningkatkan penyerapan zat besi hingga dua kali lipat, sedangkan konsumsi 250 mg vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi hingga lima kali lipat.

    Oleh karena itu, sebaiknya selalu cukupi kebutuhan vitamin C tubuh setiap hari, terutama bagi Anda yang memiliki anemia. 

    Meski demikian, asupan vitamin C harian sebenarnya lebih baik berasal dari makanan segar karena mampu bertahan lebih lama dalam tubuh. Vitamin C dari suplemen umumnya dapat cepat terbilas lewat urine.

    Jika hendak mengonsumsi vitamin C dari bahan alami, perhatikan proses memasaknya. Proses memasak yang salah dapat mengurangi hingga 50-80 % kandungan vitamin C dalam makanan tersebut.

    Ketika mengolah makanan, Anda perlu mengetahui cara yang tepat. Jangan memasak buah dan sayur yang tinggi vitamin C dalam api yang panas, pastikan suhunya tidak terlalu panas (low heat) dan tambahkan sedikit air untuk mengurangi jumlah vitamin C yang terbuang.

    Suplemen vitamin C dapat dikonsumsi bersamaan dengan suplemen zat besi untuk memperbaiki berbagai jenis anemia. Makanlah makanan tinggi vitamin C bersamaan dengan makanan tinggi zat besi tanaman untuk meningkatkan penyerapan.

    3. Vitamin B12

    vitamin b12

    Vitamin B12 merupakan vitamin yang larut dalam air dan berperan dalam pembentukan sel darah merah, metabolisme sel, fungsi saraf, dan produksi DNA. Anda dapat memenuhi kebutuhan vitamin B12 dengan mengonsumsi makanan sumber vitamin ini, seperti:

    • Unggas
    • Daging sapi
    • Ikan
    • Produk susu

    Jika Anda didiagnosis anemia akibat kekurangan vitamin B12, dokter mungkin akan merekomendasikan Anda memperbanyak konsumsi makanan di atas. Namun, dalam beberapa kondisi, Anda membutuhkan suplemen vitamin B12 sebagai penambah darah. Suplemen vitamin B12 biasanya direkomendasikan untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan vegetarian. 

    Suplemen vitamin B12 tergolong aman dikonsumsi dengan dosis yang tepat. Mayo Clinic menyebutkan, orang dewasa direkomendasikan mengonsumsi 2,4 mg suplemen vitamin B12, tapi dosisnya bisa ditambah, sesuai kondisi Anda. 

    Terlalu banyak mengonsumsi vitamin B12 dapat mengakibatkan:

  • Pusing
  • Sakit kepala
  • Cemas
  • Mual
  • Muntah
  • 4. Asam folat

    asam folat adalah

    Asam folat penting dalam pembentukan sel darah merah dan pertumbuhan serta fungsi sel yang sehat. Senyawa yang juga disebut dengan vitamin B9 ini banyak ditemukan dalam:

    • Sayuran hijau
    • Kacang-kacangan
    • Biji-bijian
    • Jeruk
    • Lemon
    • Pisang
    • Melon
    • Stroberi

    Anda direkomendasikan mengonsumsi asam folat sebanyak 400 mg, sedangkan wanita yang merencanakan kehamilan dianjurkan mengonsumsi 400-800 mg perhari. Jika Anda mengalami anemia akibat kekurangan asam folat, Anda mungkin bisa mengonsumsi suplemen tambahan sebagai pelengkap pengobatan anemia

    Konsumsi suplemen vitamin B9 dinyatakan aman. Namun, tetap ada efek samping yang mungkin Anda alami.

    Meski tidak selalu, beberapa efek samping asam folat yang mungkin terjadi, antara lain:

    • Rasa pahit dalam mulut
    • Mual
    • Nafsu makan hilang
    • Kebingungan
    • Mudah marah
    • Gangguan pola tidur

    Selain itu, suplemen vitamin B9 yang dapat menjadi penambah darah ini mungkin juga akan menimbulkan gejala alergi pada kulit. 

    Asupan asam folat yang tinggi dapat mengatasi kekurangan vitamin B12 yang belum parah. Anda juga dapat mengatasi masalah kekurangan vitamin B12 dan asam folat dengan mengonsumsi suplemen yang mengandung 100 persen kebutuhan harian vitamin b12 dan asam folat. 

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Fajarina Nurin · Tanggal diperbarui 28/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan