backup og meta
Kategori

6

Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

7 Ciri-Ciri Ibu Hamil Tidak Boleh Puasa yang Perlu Diwaspadai

Ditinjau secara medis oleh dr. Amanda Rumondang Sp.OG · Kebidanan dan Kandungan · Brawijaya Hospital Duren Tiga


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 01/02/2024

    7 Ciri-Ciri Ibu Hamil Tidak Boleh Puasa yang Perlu Diwaspadai

    Setiap orang yang mampu serta sehat secara fisik dan mental boleh menjalani puasa, termasuk ibu hamil. Meski begitu, ada beberapa kondisi yang mengharuskan ibu hamil untuk batal puasa. Lantas, apa saja ciri-ciri ibu hamil yang tidak boleh puasa?

    Kapan ibu hamil harus membatalkan puasa?

    Sebelum memutuskan puasa pada trimester pertama, kedua, atau ketiga, tentu sebaiknya Anda melakukan konsultasi dengan dokter kandungan terlebih dahulu.

    Apabila memang dokter mengizinkan, Anda masih perlu memperhatikan beberapa kondisi yang mungkin bisa terjadi selama menjalani ibadah puasa.

    Meneruskan puasa meski sedang memiliki kondisi kesehatan tertentu dapat berbahaya untuk ibu hamil dan janin dalam kandungannya.

    Berikut adalah beberapa tanda ibu hamil harus membatalkan puasa.

    1. Dehidrasi

    permen anti mual untuk ibu hamil

    Anda perlu memastikan kebutuhan air putih saat hamil terpenuhi selama puasa. Jangan sampai diri Anda mengalami dehidrasi yang bisa berakibat fatal.

    Pada kasus yang parah, dehidrasi saat hamil dapat menyebabkan komplikasi, salah satunya air ketuban terlalu sedikit yang bisa mengganggu perkembangan janin.

    Volume cairan ketuban yang menurun ini pada akhirnya berisiko menyebabkan cacat lahir pada bayi karena kurangnya asupan gizi selama kehamilan.

    Oleh sebab itu, ibu hamil sebaiknya batal puasa bila muncul ciri-ciri dehidrasi, seperti rasa haus berlebihan, tubuh lemas, pusing, merasa mau pingsan, sembelit, dan mual saat hamil.

    2. Mimisan

    Perubahan hormon selama kehamilan menyebabkan peningkatan volume darah. Ini membuat pembuluh darah hidung melebar sehingga gampang pecah dan memicu mimisan.

    Kurangnya minum air putih selama berpuasa juga bisa meningkatkan risiko mimisan saat hamil. Pasalnya, air membantu menjaga selaput lendir hidung tetap terhidrasi.

    Pembuluh darah yang terhidrasi tentu lebih kuat menampung aliran darah yang bertambah dan tidak mudah pecah.

    Ibu hamil harus batal puasa bila mengalami gejala mimisan yang parah, yakni perdarahan tidak berhenti setelah 30 menit, pusing, kulit pucat, sulit bernapas, atau nyeri dada saat mimisan.

    3. Pergerakan bayi berkurang

    Apabila Anda berpuasa pada trimester dua atau tiga, waspadai bila pergerakan janin berkurang atau bayi tidak bergerak dalam kandungan.

    Dilansir dari laman Tommy’s, bayi yang kurang gerak atau perubahan pada gerak bayi merupakan salah satu tanda gangguan pada janin.

    Jika jumlah tendangan dan gerakan janin berkurang ketika puasa, ibu hamil boleh atau bahkan diharuskan untuk membatalkan puasa.

    Lihat juga reaksi janin, apakah ia perlahan mulai bergerak dan menendang lagi setelah Anda membatalkan puasa. Jika tidak ada perubahan, segera hubungi dokter.

    4. Sakit kepala yang intens

    pusing saat hamil

    Ciri-ciri ibu hamil tidak boleh puasa yang lainnya yaitu muncul sakit kepala yang intens dan berkepanjangan. Gejala ini bisa disebabkan hipertensi dan bahkan preeklampsia.

    Sakit kepala timbul karena tekanan darah tinggi yang mengganggu aliran darah menuju ke otak.

    Puasa tidak direkomendasikan untuk ibu hamil yang memiliki kehamilan risiko tinggi. Kondisi ini dapat membahayakan diri sendiri dan janin dalam kandungan.

    Meski dokter Anda mungkin memberikan izin, segeralah berhenti puasa bila Anda mengalami gejala lain, seperti penglihatan buram, mual, muntah, kaki bengkak, dan nyeri perut bawah.

    5. Nyeri perut mirip kontraksi

    Kurangnya asupan cairan selama puasa dapat membuat volume darah berkurang. Aliran darah yang berkurang ke rahim bisa memicu nyeri perut dan kram yang mirip dengan kontraksi.

    Menurut American Pregnancy Association, dehidrasi yang parah bisa menjadi pemicu kontraksi palsu atau yang juga disebut kontraksi Braxton Hicks.

    Kontraksi ini umumnya terjadi pada trimester ketiga, yakni sejak usia kehamilan 35–36 minggu.

    Munculnya kram dan nyeri perut mirip kontraksi ini kadang menjadi tanda ibu hamil harus membatalkan puasa, terlebih bila dicurigai sebagai tanda kelahiran prematur.

    6. Berat badan turun

    Normalnya, berat badan pada ibu hamil akan terus meningkat selama kehamilan. Kenaikannya yaitu 1–2 kilogram pada trimester pertama dan 500 gram tiap minggu berikutnya.

    Berpuasa akan mengurangi asupan gizi dari makanan dan minuman yang penting untuk janin, apalagi jika Anda memaksakan diri.

    Berat badan ibu hamil yang tidak berubah atau justru turun bisa menimbulkan komplikasi serius, seperti kelahiran prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR).

    Oleh karena itu, penting untuk mengukur berat badan secara berkala. Jika berat badan Anda turun banyak saat hamil, segera konsultasikan dengan dokter kandungan.

    7. Lemas berkepanjangan

    Lemas berkepanjangan dapat menjadi tanda diabetes selama kehamilan atau diabetes gestasional.

    Ibu hamil yang berisiko tinggi mengalami diabetes gestasional biasanya tidak boleh puasa. Hal ini karena pola makan saat puasa bisa membuat gula darah jadi tidak stabil.

    Puasa dapat menyebabkan dehidrasi dan gula darah rendah (hipoglikemia). Sementara itu, kadar gula darah bisa melonjak secara drastis saat Anda berbuka puasa dan sahur.

    Selain tubuh yang terasa lemas atau lesu, Anda yang mengidap diabetes gestasional mungkin jadi lebih sering lapar, haus, atau buang air kecil berlebihan.

    Pilihan waktu yang tepat untuk berpuasa saat hamil

    Beberapa dokter tidak menganjurkan ibu hamil puasa saat trimester pertama atau ketiga. Pada masa-masa itu, kandungan sangat rentan bila Anda memaksakan berpuasa.

    Selama trimester pertama, tubuh ibu hamil masih berjuang dengan berbagai perubahan drastis yang diakibatkan oleh hormon kehamilan.

    Mual dan muntah karena morning sickness bisa berakibat pada hilangnya cairan dan elektrolit tubuh. Kondisi ini pada akhirnya bisa menyebabkan dehidrasi.

    Gejala yang muncul ketika puasa tidak akan memungkinkan Anda untuk minum sehingga bisa makin sulit bagi tubuh untuk mendapatkan kembali cairan yang hilang.

    Sementara pada trimester akhir, janin terus berkembang untuk menyempurnakan organ-organ penting. Alhasil, ibu hamil amat disarankan untuk makan dan minum secara teratur.

    Hal ini penting untuk memenuhi kebutuhan janin serta mempersiapkan kelahiran dengan baik.

    Oleh karena itu, puasa selama trimester tiga sering tidak direkomendasikan untuk menjamin kesehatan serta keselamatan ibu dan bayi yang akan lahir.

    Puasa idealnya dilakukan pada trimester kedua. Namun, selalu konsultasikan dengan dokter untuk menilai manfaat dan risiko dari puasa yang hendak Anda lakukan.

    Kesimpulan

    • Ciri-ciri ibu hamil tidak boleh puasa yaitu dehidrasi, mimisan, sakit kepala intens, nyeri perut, berat badan turun, dan berkurangnya pergerakan janin.
    • Puasa biasanya lebih berisiko bila ibu hamil melakukannya pada trimester pertama dan ketiga.
    • Konsultasikan dengan dokter sebelum melakukan puasa saat hamil untuk memastikan kesehatan ibu dan janin terjaga.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Amanda Rumondang Sp.OG

    Kebidanan dan Kandungan · Brawijaya Hospital Duren Tiga


    Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 01/02/2024

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan