backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Waspadai Gejala Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Anak

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Atifa Adlina · Tanggal diperbarui 10/11/2022

    Waspadai Gejala Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Anak

    Menurut Infodatin Kemenkes 2017, anak-anak berusia kurang dari 15 tahunlah yang paling rentan kena demam berdarah dengue (DBD). Apa saja gejala DBD pada anak yang perlu diketahui orangtua?

    Gejala demam berdarah dengue (DBD) pada anak sesuai jenisnya

    gejala demam berdarah dbd pada anak

    Tahukah Anda bahwa Indonesia menjadi salah satu habitat ideal nyamuk demam berdarah Aedes aegypti karena merupakan negara beriklim tropis?

    Perlu diingat bagi orangtua bahwa demam berdarah menjadi penyakit infeksi yang terjadi setiap tahun dan paling umum terjadi di Asia Tenggara.

    Mengutip Mayo Clinic, penyebab terjadinya demam berdarah adalah karena virus dengue yang disebarkan oleh nyamuk melalui aliran darah.

    Maka dari itu, virus tidak bisa menyebar langsung dari orang ke orang.

    Dalam kasus yang jarang terjadi, demam berdarah dapat menyebabkan kondisi yang lebih serius pada orang dewasa maupun anak-anak.

    Ada 3 jenis penyakit demam berdarah yakni demam dengue, demam berdarah dengue (DBD), dan dengue shock syndrome.

    Berikut ciri-ciri serta gejala DBD pada anak yang perlu diketahui orangtua.

    1. Gejala demam dengue pada anak

    Demam dengue yaitu bentuk DBD ringan yang tidak atau belum menyebabkan perdarahan.

    Pada awalnya, kondisi ini tidak menimbulkan gejala atau ciri apa pun. Terlebih jika anak Anda sama sekali tidak pernah mengalami demam berdarah sebelumnya.

    Terkadang, gejala dbd atau pun demam dengue pada anak dapat disalahartikan sebagai penyakit flu atau infeksi virus lain.

    Berikut gejala demam dengue pada anak yang harus diwaspadai.

    • Demam tinggi akut 3 – 14 hari setelah digigit nyamuk.
    • Anak mengeluh sakit kepala dan mual.
    • Anak mengeluh nyeri otot dan pegal linu di sekujur tubuh.
    • Muncul ruam merah pada kulit.
    • Kelenjar getah bening anak bengkak.

    Selain itu, anak Anda mungkin terjangkit demam dengue apabila saat tes darah jumlah sel darah putihnya rendah.

    Gejala dari jenis dbd pada anak yang satu ini biasanya berlangsung 2 – 7 hari.

    2. Gejala demam berdarah dengue (DBD) pada anak

    Apabila demam dengue anak bertambah parah, gejala dapat disertai pendarahan pada beberapa bagian tubuh sehingga disebut sebagai demam berdarah dengue (DBD).

    Kemunculan gejala demam berdarah dengue pada anak bisa disebabkan oleh diagnosis yang terlambat.

    Demam berdarah dengue juga dapat terjadi karena sistem imun anak tidak cukup kuat untuk melawan virus meski sudah mendapat perawatan medis.

    Risiko DBD pada anak bisa fatal apabila terlambat mendapatkan penanganan. Maka, orangtua harus memperhatikan betul ciri-ciri atau gejala dbd pada anak di rumah.

    Gejala pada anak umumnya dimulai dalam 24 – 48 jam setelah suhu tubuh mulai menurun.

    Berikut gejala DBD pada anak yang harus Anda waspadai.

    • Anak mengeluh sakit perut, atau perutnya terasa nyeri saat ditekan.
    • Suhu tubuh berubah drastis, dari kondisi demam bisa menjadi hipotermia.
    • Muntah terus menerus.
    • Muntah berupa darah, atau feses yang keluar saat BAB mengandung darah.
    • Anak mimisan terus.
    • Gusi anak berdarah tiba-tiba tanpa sebab.
    • Dokter menemukan adanya kebocoran plasma saat diperiksa.
    • Jumlah trombosit darah menurun.
    • Kerusakan pada sistem kerja organ limpa.
    • Anak kelihatan lelah, merasa gelisah, lekas marah, atau mudah tersinggung.

    Hal lainnya yang perlu diperhatikan orangtua mengenai gejala DBD pada anak yaitu risiko yang bisa terjadi.

    Apabila daya tahan tubuh anak lemah atau sebelumnya pernah mengalami demam dengue, peluangnya lebih besar mengalami demam berdarah dengue.

    3. Gejala demam berdarah pada anak disertai syok (dengue shock syndrome)

    Gejala demam berdarah dengue pada anak yang tidak ditangani dapat berubah fatal. Kondisi ini dikenal sebagai dengue shock syndrome atau DSS.

    Dengue shock syndrome merupakan jenis demam berdarah paling parah.

    Pada anak, gejala dari kondisi ini meliputi semua gejala demam dengue dan demam berdarah dengue. Ditambah pula dengan syok yang ditandai tanda di bawah ini.

    • Perdarahan tiba-tiba dan terus menerus dari bagian tubuh mana pun (hidung, gusi, mulut, feses).
    • Tekanan darah menurun drastis yang menyebabkan kesadaran anak menurun cepat.
    • Adanya kebocoran pada pembuluh darah.
    • Adanya kegagalan fungsi organ dalam.
    • Jumlah trombosit bisa merosot hingga di bawah angka 100.000/mm3.
    • Denyut nadi anak melemah.

    Ciri-ciri demam berdarah syok pada anak ini dapat menyebabkan kematian bila tidak segera mendapat penanganan medis.

    Harus bagaimana jika anak mengalami gejala DBD?

    Jika anak tiba-tiba mengalami demam tinggi, muncul bintik merah, atau mengalami pegal linu serta nyeri otot, sebaiknya segera bawa anak ke dokter.

    Dokter akan melakukan sejumlah tes untuk memeriksa apakah ciri-ciri tersebut benar menunjukkan gejala demam berdarah pada anak atau bukan.

    Tidak ada pengobatan spesifik yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan DBD. Dokter mungkin akan meresepkan paracetamol untuk menurunkan demam pada anak.

    Selain itu, untuk membantu menyembuhkan gejala DBD pada anak, Anda bisa melakukan hal-hal di bawah ini.

    • Memastikan anak cukup istirahat.
    • Memberikan anak makanan yang bergizi, mudah ditelan dan dicerna, serta mengandung vitamin C.
    • Memberikan jus jambu untuk menaikkan trombosit.
    • Beri anak minum air putih atau cairan elektrolit yang banyak untuk mencegah dehidrasi.

    Jangan sepelekan gejala demam berdarah dengue pada anak. Orangtua disarankan untuk selalu memerhatikan kebersihan lingkungan di sekitar rumah agar anak tidak tergigit nyamuk.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Atifa Adlina · Tanggal diperbarui 10/11/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan