backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Berapa Lama Manusia Dapat Bertahan Hidup Tanpa Makan dan Minum?

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan · General Practitioner · None


Ditulis oleh Ajeng Quamila · Tanggal diperbarui 05/01/2021

    Berapa Lama Manusia Dapat Bertahan Hidup Tanpa Makan dan Minum?

    Manusia dapat bertahan hidup selama tiga menit tanpa udara. Di lingkungan yang sangat ekstrem, misalnya Anda terjebak di antah berantah pegunungan Everest saat badai salju, Anda memiliki waktu tiga jam untuk bertahan hidup tanpa tempat berlindung. Lalu, berapa lama manusia dapat bertahan hidup jika tidak makan dan minum sama sekali?

    Durasi hidup tanpa makanan sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti berat badan, variasi genetik, pertimbangan kesehatan lainnya dan yang paling penting, ada atau tidak adanya dehidrasi. Pada usia 74 dan tubuh sedikit berisi, Mahatma Gandhi mampu bertahan hidup selama 21 hari mogok makan total (namun minum beberapa teguk air) sebagai aksi protesnya demi kemerdekaan India. Aksi mogok makan lainnya yang didokumentasikan dalam sejarah dunia mencatat tingkat keberhasilan bertahan hidup berkisar antara 46 jam sampai 70 hari.

    Meskipun banyak faktor yang hadir dalam menentukan berapa lama manusia bisa hidup tanpa makan, tubuh kita melalui proses metabolisme tertentu yang membantu kita untuk menghemat energi ketika makanan tidak tersedia dalam jangkauan. Pada dasarnya, tubuh mengulur waktu untuk mencari nutrisi. Begini kira-kira kronologisnya.

    Yang terjadi pada tubuh ketika Anda tidak makan dan minum sama sekali

    6 jam setelah terakhir makan

    Hal ini terjadi hampir setiap hari dengan kebanyakan orang. Kita makan, dan kemudian biasanya ada jeda beberapa jam sebelum kita makan lagi.

    Setelah makan, tubuh mencerna makanan untuk menghasilkan glukosa — sumber energi utama dan diserap ke dalam aliran darah. Setelah 6 jam berjalan tidak makan dan minum, kita akan mulai tubuh akan mulai memecah cadangan lemak tubuh untuk mengubahnya menjadi glukosa dan disebar ke sel dan jaringan melalui aliran darah. Sekitar 25% dari energi yang dihasilkan digunakan hanya untuk otak Anda, dan sisanya untuk otot dan sel-sel darah merah. Cadangan glukosa tubuh dapat menyediakan energi untuk Anda selama 24-48jam. Di tahap ini, fungsi kognitif otak akan mulai menurun seiring bertambahnya durasi Anda beraktivitas tanpa makan dan minum.

    BACA JUGA: ‘Hangry’: Kenapa Anda Mudah Marah Saat Kelaparan

    3 hari tidak makan sama sekali

    Setelah 3 hari tanpa makanan, simpanan lemak hilang tapi otak masih perlu glukosa untuk berfungsi. Tidak hanya akan Anda hungry sepanjang waktu, tetapi tubuh Anda juga akan memasuki tahap ketosis. Ketika tubuh tidak memiliki cukup glukosa dari makanan untuk diproses menjadi energi, maka lemak akan dibakar — yang kemudian dipecah menjadi asam lemak. Namun, otak Anda tidak dapat berfungsi hanya dari asam lemak ini sebagai sumber energi, sehingga ini pada gilirannya fungsi otak normal akan terganggu.

    Di tahap ini, Anda akan mulai memiliki penglihatan ganda dan berhalusinasi. Demi tetap “menyala”, otak akan terus menggunakan simpanan glukosa yang tersisa dalam tubuh Anda hingga tetes terakhir, terutama di hati. Hal ini akan memberikan sekitar 30 persen energi untuk otak. Ini adalah suatu respon penyesuaian tubuh yang penting selama kelaparan.

    Setelah 3 hari, Anda akan membutuhkan air untuk bisa bertahan hidup atau ini adalah hari terakhir Anda di dunia.

    Tidak makan lebih dari tiga hari

    Di hari keempat, otak Anda akan mendapatkan hampir 70 persen dari energi dari proses ketosis. Setelah 3 hari, bahan bakar cadangan yang ada di hati akan terkuras habis. Dengan hanya air untuk bertahan hidup, tubuh kita pada dasarnya memakan dirinya dirinya sendiri — dikenal sebagai autophagy.

    Autophagy adalah proses pemecahan protein dalam tubuh yang akan digunakan sebagai bahan bakar untuk semua sistem tubuh. Protein yang dipecah berasal dari penghancuran jaringan otot, yang merupakan salah satu jaringan tubuh yang mengandung paling banyak protein. Menariknya, tubuh akan kehilangan paling banyak protein dalam 72 jam pertama sebelum prosesnya melambat lagi demi melestarikan persediaan energi terakhir. Namun demikian, meskipun otak Anda akan mampu bertahan hanya dari memakan protein tubuh, otot Anda akan perlahan menghilang.

    BACA JUGA: Pentingnya Mindful Eating, Makan dengan Kesadaran Penuh

    Setelah 3 minggu tidak makan

    Setelah 3 minggu tidak makan, tubuh terus mencari sumber protein untuk diubah menjadi bahan bakar. Setelah otot hilang, satu-satunya sumber energi tersisa adalah jaringan dan organ tubuh sebagai penyimpan protein terbesar kedua dalam tubuh. Dengan memecah protein jaringan dan organ tubuh, Anda mungkin dapat bertahan hingga tiga minggu atau bahkan sampai 70 hari, tergantung pada apakah Anda tetap terhidrasi atau masih memiliki banyak cadangan lemak untuk digunakan sebagai energi.

    Namun, pada titik tertentu, sistem kekebalan tubuh Anda akan mulai mati karena kurangnya vitamin dan mineral. Tanpa persediaan vitamin atau mineral, bersamaan dengan “kematian’ sistem imun, fungsi tubuh ‘yang tidak perlu’, seperti menstruasi dan libido juga akan berhenti total.

    BACA JUGA: 5 Vitamin yang Anda Perlukan untuk Hati yang Sehat

    Biasanya, dua penyakit dapat terjadi pada stadium akhir kelaparan: marasmus dan kwashiorkor. Marasmus adalah bentuk parah malnutrisi dan defisiensi energi, ditandai dengan hilangnya massa otot dan edema, atau perut kembung. Kwashiorkor adalah bentuk paling umum dari kekurangan gizi di negara berkembang, disebabkan oleh tidak adanya cukup asupan protein dan juga ditandai dengan kelelahan, edema, dan penurunan massa otot.

    Jika dengan suatu keajaiban Anda tidak jatuh sakit dari kelaparan ekstrem, tubuh Anda akan perlahan jatuh ke dalam keadaan vegetatif — fungsi biologisnya sebagai manusia masih bekerja baik, namun otak Anda secara umum tidak berfungsi lagi — yang kemudian diikuti dengan kematian.

    Tidak, ini tidak berarti Anda harus mencobanya untuk membuktikan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Andreas Wilson Setiawan

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Ajeng Quamila · Tanggal diperbarui 05/01/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan