backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Polifagia, Kondisi Lapar Berlebihan meski Sudah Makan Banyak

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan · General Practitioner · None


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 05/12/2023

Polifagia, Kondisi Lapar Berlebihan meski Sudah Makan Banyak

Pernahkah merasa masih lapar walaupun sudah makan banyak? Jika sering mengalaminya, kondisi nafsu makan yang terus meningkat bisa menandakan polifagia.

Apa itu polifagia?

Polifagia adalah istilah medis untuk menggambarkan rasa lapar berlebihan atau peningkatan nafsu makan lebih dari biasanya.

Rasa lapar adalah hal yang wajar dan semua orang pernah merasakannya. Namun, kondisi yang juga disebut hiperfagia ini jauh lebih ekstrem dari rasa lapar biasa.

Polifagia dapat menyebabkan rasa lapar yang intens, tapi tidak dapat terpuaskan dengan mengonsumsi makanan. 

Untuk mengatasi rasa lapar berlebihan ini, Anda perlu tahu penyebab yang mendasarinya.

Seberapa umumkah kondisi ini?

Polifagia merupakan kondisi yang bisa menyerang siapa saja, tetapi lebih umum pada orang dewasa yang memiliki masalah kesehatan tertentu. 

Daripada laki-laki, perempuan yang sudah pubertas lebih berisiko terhadap kondisi ini. 

Tanda dan gejala polifagia

Tanda dan gejala polifagia utamanya adalah peningkatan nafsu makan yang membuat Anda makan lebih sering dari biasanya. Hiperfagia juga dapat diartikan Anda menjadi sangat cepat lapar.

Sejumlah gejala lain mungkin akan Anda rasakan, tetapi tergantung dengan kondisi kesehatan yang mendasari kondisi ini.

Gejala-gejala lain dari polifagia dapat berupa:

  • kelelahan, 
  • susah tidur, 
  • kesulitan konsentrasi, 
  • kenaikan atau penurunan berat badan, dan
  • sering buang air kecil.
  • Kapan harus periksa ke dokter?

    Rasa lapar merupakan bagian dari naluri manusia. Namun, rasa lapar yang muncul lebih intens dari biasanya bisa menandakan polifagia.

    Jika Anda merasakan rasa lapar yang berlebihan disertai gejala yang mengganggu, jangan sungkan untuk memeriksakan diri ke dokter.

    Hal ini perlu segera Anda lakukan terutama bila merasakan gejala lain yang cukup serius, termasuk sering buang air kecil, berkeringat, dan kejang.

    Penyebab polifagia

    Polifagia bisa didasari oleh kondisi ringan hingga cukup berat, mulai dari gaya hidup buruk hingga masalah medis tertentu.

    1. Pola makan yang buruk

    Penyebab paling umum terutama dari pola makan yang buruk, misalnya terlalu banyak makan makanan tinggi karbohidrat dan lemak seperti makanan cepat saji.

    Makanan cepat saji umumnya sangat rendah protein dan serat sehingga membuat Anda cepat kembali lapar.

    2. Diabetes

    Kadar gula darah yang tinggi pada pasien diabetes bisa terus meningkatkan nafsu makan. Polifagia biasanya terjadi pada pasien diabetes yang tidak mengontrol kadar gula darah, seperti melewatkan konsumsi obat diabetes dan waktu makan.

    Kondisi gula darah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan tubuh tidak dapat menggunakan gula dalam darah (glukosa) dengan baik. 

    Penumpukan glukosa menyebabkan tubuh mengirim sinyal lapar ke otak sehingga nafsu makan meningkat. Oleh karena itu, waspadailah kondisi polifagia karena bisa menjadi salah satu gejala diabetes.

    3. Hipoglikemia

    Rendahnya kadar gula darah atau hipoglikemia juga bisa menyebabkan polifagia. Kondisi ini umumnya terjadi pada pasien diabetes yang mengonsumsi obat penurun gula darah.

    Namun, orang tanpa diabetes juga bisa mengalami hipoglikemia akibat minum obat malaria (quinine) dengan dosis berlebih, kecanduan alkohol, atau terkena hepatitis.

    4. Hipertiroid

    Hipertiroid adalah kondisi saat kelenjar tiroid bekerja terlalu aktif. Akibatnya, kadar hormon tiroid di dalam tubuh menjadi berlebih. 

    Kondisi tersebut dapat mengganggu metabolisme, salah satu dampaknya yaitu meningkatkan nafsu makan.

    5. Premenstrual syndrome (PMS)

    Wanita yang sedang mengalami premenstrual syndrome (PMS) berisiko lebih tinggi untuk mengalami nafsu makan berlebihan.

    Nafsu makan berlebih saat PMS terjadi akibat meningkatnya hormon estrogen dan progesteron, tetapi terjadi penurunan hormon serotonin.  Akibatnya, Anda mungkin ingin mengonsumsi makanan yang tinggi gula dan lemak.

    6. Stres dan depresi

    Polifagia juga bisa terjadi saat Anda mengalami stres kronis atau depresi. Hal ini karena keduanya bisa memicu hormon stres atau kortisol meningkat.

    Nafsu makan berlebihan akibat stres merupakan bagian dari respons emosional tubuh untuk mengalihkan diri dari emosi negatif. Hal ini bisa terjadi tanpa Anda sadari.  

    7. Gangguan tidur

    Sejumlah gangguan tidur, seperti sleep apnea atau insomnia, dapat membuat tubuh kesulitan mengontrol hormon yang mengatur rasa lapar. 

    Alhasil, kebiasaan kurang tidur ini dapat menyebabkan polifagia.

    8. Penyebab lainnya

    Penggunaan obat-obatan, seperti kortikosteroid, antihistamin, dan antidepresan jangka panjang bisa menjadi penyebab polifagia.

    Beberapa penyakit langka dapat menyebabkan nafsu makan berlebih, termasuk sindrom Kleine-Levin and sindrom Prader-Willi.

    Faktor risiko polifagia

    Berkaitan dengan sejumlah penyebab di atas, beberapa faktor risiko di bawah ini dapat meningkatkan peluang Anda terkena polifagia.

  • Menerapkan pola makan yang buruk.
  • Kualitas tidur buruk, terutama karena gangguan tidur.
  • Memiliki diabetes, tapi tidak menjalankan perawatan sesuai anjuran dokter.
  • Memiliki masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelenjar tiroid dan hormon yang mengatur nafsu makan.
  • Menggunakan kortikosteroid dan obat lainnya tanpa pengawasan dokter.
  • Diagnosis polifagia

    Pada kebanyakan kasus, polifagia merupakan kondisi yang membutuhkan penanganan dokter. Untuk mencari tahu penyebabnya, dokter akan lebih dahulu melakukan diagnosis.

    Dokter akan melihat riwayat kesehatan Anda secara terperinci, lalu mengamati berbagai hal, meliputi:

    Berdasarkan informasi tersebut, dokter dapat mengetahui penyebab polifagia yang Anda alami.

    Selain itu, tes lain mungkin Anda perlukan untuk mengetahui penyebab pastinya. Dokter bisa melakukan tes gula darah untuk mendiagnosis diabetes atau tes fungsi tiroid untuk mendeteksi kondisi hipertiroid.

    Pengobatan polifagia

    konsultasi dokter

    Pengobatan hiperfagia harus disesuaikan dengan kondisi yang mendasarinya.

    Pasien diabetes yang mengalami polifagia harus minum obat diabetes dan suntik insulin sesuai anjuran dokter.

    Sementara itu, pasien dengan gangguan tiroid akan diresepkan obat-obatan yang mengontrol kerja kelenjar tiroid.

    Jika Anda mengalami stres, depresi, atau gangguan kecemasan, pengobatan bisa dilakukan dengan minum obat antidepresan, mengikuti konseling, dan psikoterapi bila dibutuhkan.

    Pada wanita yang PMS, dokter mengarahkan untuk mengendalikan keinginan terhadap konsumsi makanan yang tidak sehat.

    Tidak hanya itu, Anda juga perlu mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat guna menjaga kadar gula darah dan stres tetap terkendali. 

    Perawatan rumahan polifagia

    Selain melakukan pengobatan, orang dengan gangguan nafsu makan juga perlu melakukan perawatan di rumah seperti berikut ini.

    • Ikuti aturan pola makan sehat, meliputi pilihan makanan bergizi dengan porsi dan waktu makan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
    • Pasien hipertiroid atau diabetes perlu menyesuaikan pola makan dengan berkonsultasi ke dokter atau ahli gizi.
    • Stres yang memengaruhi kebiasaan makan dapat diatasi dengan latihan pernapasan, meditasi, atau sekadar melakukan hobi, seperti membaca atau menonton film.
    • Meningkatkan kualitas tidur dengan sleep hygiene, seperti tidur lebih awal serta hindari bermain ponsel, menonton TV, atau makan besar sebelum tidur. 
    • Olahraga rutin pasien diabetes membantu mengendalikan kadar gula darah, meningkatkan kualitas tidur, dan membantu mengurangi stres.

    Apa pun pengobatannya, Anda tetap harus menerapkan pola hidup sehat untuk mengatasi polifagia. Bila ada pertanyaan lebih lanjut, konsultasikanlah ke dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

    Catatan akhir

    Polifagia bisa menjadi salah satu gejala diabetes. Gejala lainnya yaitu poliuria (sering buang air kecil) dan polidipsia (sering haus).

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Andreas Wilson Setiawan

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 05/12/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan