backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Mengenal DHT, Hormon Pemicu Kebotakan: Apakah Anda Memilikinya?

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Arinda Veratamala · Tanggal diperbarui 17/05/2021

    Mengenal DHT, Hormon Pemicu Kebotakan: Apakah Anda Memilikinya?

    Saat usia pria sudah semakin tua, salah satu masalah yang muncul adalah mulai mengalami kebotakan. Kebotakan bisa membuat pria menjadi kurang percaya diri dengan penampilannya. Sehingga untuk mencegahnya, banyak pria menggunakan produk perawatan rambut untuk merangsang pertumbuhan rambutnya kembali. Namun, tahukah Anda apa yang menjadi pemicu kebotakan? Salah satunya adalah hormon dihydrotestosterone (DHT).

    Apa itu hormon dihydrotestosterone (DHT)?

    Dihydrotestosterone atau DHT merupakan hormon androgen atau hormon yang memicu perkembangan karakteristik pria, seperti pertumbuhan rambut pada dada, suara yang berat, dan peningkatan massa otot. Hormon ini dihasilkan dengan mengubah testosterone menjadi dihydrotestosterone oleh bantuan enzim tertentu.

    Sekitar 10% testosterone dalam tubuh pria maupun wanita diubah menjadi dihydrotestosterone. Saat pubertas jumlah hormon yang diubah mungkin jauh lebih tinggi untuk mendukung perubahan yang terjadi saat pubertas. Hormon DHT memiliki efek yang lebih kuat dibandingkan dengan testosterone.

    Apa fungsi hormon DHT dalam tubuh?

    Hormon DHT sudah mulai bekerja pada tubuh sejak masa janin. Selama perkembangan janin, hormon DHT berperan dalam perkembangan penis dan prostat. Selanjutnya, DHT berperan dalam perubahan yang terjadi pada pria di awal masa pubertas.

    DHT memicu penis dan prostat pria berkembang saat mulai memasuki usia puber. Selain itu, hormon ini juga merangsang pertumbuhan rambut pada kemaluan dan pada tubuh pria.

    Pada wanita, hormon DHT juga ditemukan namun perannya tidak begitu dikenal. Beberapa penelitian menunjukkan hormon DHT dapat menyebabkan pertumbuhan rambut kemaluan saat pubertas pada wanita.  

    Bagaimana hormon DHT bisa memicu kebotakan?

    Hormon DHT sebenarnya berperan penting pada tubuh. Tanpa kehadiran hormon ini, rambut kemaluan, rambut di ketiak, dan rambut jenggot tidak bisa tumbuh. Namun, kehadiran hormon ini rupanya juga membawa masalah bagi sebagian orang.

    Sebuah penelitian menemukan bahwa folikel di kulit kepala yang botak mengandung kadar hormon DHT yang lebih tinggi daripada hormon DHT yang ada di kulit kepala yang tidak botak. Beberapa peneliti percaya bahwa pola kebotakan pria pada beberapa individu disebabkan oleh kerentanan terhadap kadar androgen (terutama DHT) normal yang dipindahkan secara genetis.

    Terdapat beberapa cara yang mungkin membuat efek hormon DHT lebih besar pada beberapa individu sehingga bisa menjadi pemicu kebotakan seperti di bawah ini.

    • Meningkatnya reseptor hormon DHT pada folikel rambut di kepala
    • Meningkatkan produksi hormon DHT di tempat asalnya
    • Terjadi peningkatan sensitivitas reseptor androgen
    • Terjadi peningkatan testosteron yang bertindak sebagai prekursor hormon DHT
    • Meningkatnya hormon DHT yang diproduksi tubuh di tempat lain

    Walaupun wanita memiliki kadar hormon DHT yang lebih rendah dibandingkan pria, namun kadar hormon DHT yang normal sekalipun dapat menyebabkan kerontokan rambut yang berujung pada kebotakan pada wanita. Ini dikarenakan beberapa wanita relatif sensitif terhadap hormon ini.

    Ya, kadar hormon DHT yang tidak seimbang pada tubuh pria maupun wanita dapat memicu kebotakan. Hormon bekerja dengan cara yang paling baik saat dalam keseimbangan, termasuk pada hormon DHT.

    Semakin banyak testosterone yang diubah menjadi DHT oleh tubuh, semakin besar risiko Anda mengalami kebotakan. DHT merupakan musuh folikel rambut di kepala Anda. DHT dapat mengecilkan folikel rambut di kepala, sehingga rambut sehat tidak mungkin bisa bertahan. Akibatnya, hal ini menyebabkan kerontokan rambut. Jadi, walaupun kebotakan dipengaruhi oleh hormon testosterone dalam tubuh, tapi hormon DHT bisa dianggap sebagai salah satu pemicu utama kebotakan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh Arinda Veratamala · Tanggal diperbarui 17/05/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan