backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Tes Kepadatan Tulang

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 09/11/2021

    Tes Kepadatan Tulang

    Osteoporosis atau pengeroposan tulang seringkali tidak menimbulkan gejala awal. Terkadang orang-orang tidak menyadari adanya masalah pada tulang dan terlambat memeriksakan kondisinya. Sebelum pengeroposan tulang memburuk, Anda perlu menjalani tes kepadatan tulang agar bisa mendeteksi masalah ini lebih dini.

    Apa itu tes kepadatan tulang?

    Tes kepadatan tulang adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis osteoporosis sebelum patah tulang terjadi. Tes ini membantu memperkirakan seberapa padat tulang Anda dan risiko timbulnya patah tulang.

    Prosedur pengukuran kepadatan tulang menggunakan mesin khusus. Hasil tes ini akan akan menunjukkan perkiraan kualitas tulang di pinggul, tulang belakang, dan terkadang tulang di bagian tubuh lainnya.

    Tes kepadatan tulang berbeda dengan prosedur pemindaian tulang. Pemindaian tulang memerlukan suntikan terlebih dahulu dan biasanya dilakukan untuk mendeteksi patah tulang, kanker, infeksi tulang, dan kelainan pada tulang.

    Sementara prosedur ini terdiri dari dua jenis, yaitu central DXA (dual energy x-ray absorptiometry) untuk mengetahui kepadatan tulang pinggul dan tulang belakang serta peripheral DXA untuk mengukur kepadatan tulang lengan bawah, pergelangan tangan, jari atau tumit.

    Kapan tes kepadatan tulang harus dilakukan?

    National Osteoporosis Foundation menyarankan Anda untuk menjalani tes kepadatan tulang bila Anda:

    • berjenis kelamin wanita dan berusia 65 tahun ke atas,
    • berjenis kelamin pria dan berusia 70 tahun ke atas,
    • wanita yang memiliki faktor risiko dan sudah menopause,
    • wanita pascamenopause di bawah usia 65 tahun dengan faktor risiko, dan
    • pria berusia 50-69 tahun dengan faktor risiko.

    Namun, terlepas dari faktor usia, Anda juga harus melakukan tes ini bila mengalami hal di bawah ini.

    • Kehilangan tinggi badan setidaknya 1,5 inci atau sekitar 3,8 cm, sebab kemungkinan ini disebabkan oleh fraktur kompresi pada tulang belakang.
    • Pernah mengalami patah tulang atau memiliki tulang yang rapuh.
    • Mengonsumsi obat-obatan seperti steroid yang dapat mengganggu proses pembentukan tulang dalam jangka panjang.
    • Mengalami penurunan kadar hormon seperti estrogen pada wanita dan testosteron pada pria.
    • Memiliki penyakit kronis yang dapat berisiko membuat patah tulangm seperti lupus, arthritis, penyakit hati, dan penyakit ginjal.

    Apa yang harus diketahui sebelum menjalani tes ini?

    Dokter biasanya akan menyarankan Anda untuk menjalani central DXA, sebab hasilnya dianggap lebih akurat. Namun, biayanya lebih mahal daripada peripheral DXA.

    Hasil tes ini belum tentu akurat pada orang yang memiliki kelainan struktural seperti radang sendi parah, skoliosis, atau bila pasien pernah menjalani operasi tulang belakang sebelumnya.

    Tes ini hanya akan memberi informasi mengenai seberapa padat tulang Anda, tanpa memberi tahu penyebabnya. Maka dari itu, Anda mungkin perlu pemeriksaan lainnya untuk benar-benar memahami masalah pada tulang Anda.

    Bila menggunakan asuransi, pastikan Anda menghubungi pihak layanan asuransi untuk menanyakan apakah tes ini termasuk dalam polis kesehatan Anda. Terkadang, asuransi tidak mencakup biaya tes tulang.

    Karena adanya paparan radiasi, ibu hamil mungkin tidak disarankan untuk menjalani tes ini.

    Bagaimana prosedur pemeriksaan ini berlangsung?

    Anda tidak perlu melakukan banyak persiapan untuk menjalani tes kepadatan tulang. Namun, dokter mungkin akan menyarankan Anda untuk berhenti mengonsumsi suplemen kalsium atau obat antasida 24 jam sebelum menjalani tes. Obat ini dikhawatirkan bisa mempengaruhi hasil tes.

    Kemudian kenakan pakaian yang longgar dan nyaman. Lepas juga perhiasan Anda termasuk anting, kalung, atau jam tangan. Jangan lupa beri tahu dokter bila Anda sedang mengonsumsi suplemen dan obat-obatan atau memiliki kondisi tertentu.

    Pada prosedur central DXA, dokter akan meminta Anda untuk berbaring di atas ranjang khusus. Kemudian, tempatkan kaki Anda di atas kotak yang sudah disediakan. Lalu, mesin radiasi akan mulai bergerak melewati tubuh Anda.

    Sedangkan pada peripheral DXA, Anda cukup menempatkan bagian yang ingin diukur di bawah sinar radiasi atau mesin pembaca selama beberapa menit.

    Umumnya, tes akan berlangsung kurang dari 30 menit. Anda tidak akan merasakan sakit, hanya saja Anda mungkin harus bertahan pada posisi yang membuat tubuh sedikit tidak nyaman selama beberapa menit.

    Setelah menjalani tes, Anda bisa langsung pulang ke rumah dan melakukan aktivitas seperti biasanya.

    Seperti apa hasil tes kepadatan tulang?

    Hasil tes kepadatan tulang akan dilaporkan dalam dua angka, yaitu skor T dan skor Z. Skor T adalah jumlah unit yang menunjukkan apakah kepadatan tulang Anda berada di atas atau di bawah rata-rata.

    Bila skor T Anda adalah -1 ke atas, berarti kepadatan tulang Anda termasuk normal. Bila hasilnya di antara -1 dan -2,5, kemungkinan Anda telah mengalami tanda osteopenia, di mana kepadatan tulang berada di bawah normal dan berisiko terhadap osteoporosis.

    Sedangkan, bila Anda mendapatkan skor T -2,5 ke bawah, kemungkinan Anda telah mengalami osteoporosis.

    Di sisi lain, skor Z merupakan nilai yang membandingkan kepadatan tulang Anda dengan tulang orang sehat yang memiliki ukuran tubuh dan usia yang sama dengan Anda. Bila skor Anda lebih tinggi atau lebih rendah dari rata-rata secara signifikan, maka Anda memerlukan tes tambahan untuk mengetahui penyebab masalahnya.

    Setelah mendapatkan hasil tes, dokter akan menjelaskan kembali kepada Anda apa makna dari hasil yang Anda dapatkan. Kemudian, dokter akan menentukan apakah Anda memerlukan pemeriksaan lainnya atau tidak.

    Bila Anda memang terdiagnosis osteoporosis, dokter akan memberikan Anda pilihan pengobatan osteoporosis untuk mengatasinya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 09/11/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan