backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Apakah Anda Orang yang Narsis, Sosiopat, Atau Hanya Egois?

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Ajeng Quamila · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Apakah Anda Orang yang Narsis, Sosiopat, Atau Hanya Egois?

    Setiap orang punya kepribadian yang berbeda-beda. Ada yang tertutup dan mudah bergaul, yang kalem dan serius atau penuh banyolan, serta ada juga yang cuek bebek dan yang penuh belas kasih. Egois juga menjadi salah satu karakteristik kepribadian klasik yang ada dalam diri banyak orang, terlepas dari apakah ia seorang yang ekstrovert atau introvert.

    Tingkat keegoisan setiap orang bisa berbeda satu dengan yang lainnya. Beberapa orang semata murni hanya keras kepala, tapi ada segelintir orang yang begitu manipulatif sehingga cenderung jatuh ke dalam kategori gangguan kepribadian ekstrim — seperti narsisistik atau bahkan sosiopati.

    Apa bedanya orang yang egois dengan orang yang narsis dan sosiopat

    Untuk lebih memahami perbedaan antara ketiganya, perlu dipahami lebih dulu bahwa konsep narsisme di sini bukanlah kelompok orang yang selalu mengunggah foto selfie di berbagai akun medsosnya. Dalam dunia psikologi modern, seseorang yang memiliki kepribadian narcissistic personality disorder adalah orang-orang yang memiliki ego besar, dengan kesombongan dan rasa mementingkan diri sendiri yang juga sama besarnya. Orang-orang narsis ini mendambakan untuk terus-menerus dikagumi oleh orang lain.

    Sosiopat memiliki sifat mirip — menganggap dirinya adalah yang terbaik, segalanya, pusat dunia. Keduanya cenderung menyalahkan orang lain atas kesalahan mereka sendiri, atau lihai memengaruhi orang lain untuk memercayainya dan/atau menawarkan “fakta alternatif” yang ia rangkai sedemikian rupa sehingga terlihat nyata. Baik orang yang narsis atau sosiopat tidak memiliki rasa empati, alias kepedulian dan welas asih terhadap orang lain.

    Menurut Psychology Today, sifat empati merupakan tolak ukur penting dari apakah seseorang benar-benar hanya murni sekadar keras kepala, atau memang memiliki gangguan kepribadian nyata. Jika misalnya Anda dipertemukan dengan situasi yang memunculkan sifat egois Anda, lalu Anda mampu menunjukkan penyesalan, dan mungkin sungguh-sungguh bertekad mengubah perilaku dan kebiasaan buruk ini di masa depan, besar kemungkinan Anda seseorang murni yang keras kepala atau egois.

    Orang-orang yang egois masih bisa merasakan empati. Sementara orang-orang dengan gangguan kepribadian seperti sosiopati atau narsisisme tidak. Yang ada, mereka mungkin akan meledak marah ketika sifat mereka dikritik, atau mereka mungkin memalsukan rasa empati tersebut demi mendapat poin plus dari masyarakat. Mereka mungkin saja menunjukkan penyesalan, iba, atau murah hati, tapi tidak ingin atau gagal membuat perubahan nyata dalam sikapnya.

    Orang yang keras kepala dan egois masih punya kontrol diri

    Indikator lain yang bisa mengukur seberapa egoisnya Anda adalah dengan menilai seberapa baik kontrol diri Anda. Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang egois memiliki kurang kontrol diri karena mereka bahkan tidak akan mempertimbangkan perasaan pribadi mereka nantinya di masa depan. Dengan demikian, mereka kurang mampu menunda kepuasan mereka dan menunggu imbalan yang lebih baik di kemudian hari daripada yang disajikan kepada mereka di saat ini. Intinya, apa yang mereka mau, harus ada sekarang.

    Meski orang-orang sosiopat dan narsistik juga menunjukkan karakteristik yang sama, mereka tidak berpikir bahwa hukum dan aturan sosial berlaku untuk mereka karena mereka menganggap diri mereka “spesial” dan lebih tinggi dari orang lain. Orang dengan gangguan kepribadian ini sangat arogan, tidak memiliki kasih sayang. Mereka tidak memedulikan keselamatan orang lain, mengabaikan kebutuhan atau perasaan orang lain. Di atas semua itu, narsisisme dan sosiopati sering ditandai dengan rasa malu dan penyesalan yang minim.

    Oleh karena itu, mereka cenderung memperlakukan orang lain dengan kasar atau dengan ketidakpedulian. Mereka biasanya terlibat dalam perilaku agresif, impulsif, tidak bertanggung jawab atau berisiko terjerat hukum, dan cenderung menempatkan orang lain dalam bahaya demi menguntungkan diri sendiri, seringnya hanya untuk kesenangan sementara. Sedangkan orang-orang yang keras kepala akan memiliki batas-batas moral; mereka tahu mana yang salah dan benar, hanya saja sedikit terbutakan dengan iming-iming imbalan yang lebih cepat — dan mungkin menampilkan penyesalan dan rasa malu atas tindakan semena-menanya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh Ajeng Quamila · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan