backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

5

Tanya Dokter
Simpan

Obat dan Perawatan untuk Mengatasi Alergi Kulit

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Yuliati Iswandiari · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Obat dan Perawatan untuk Mengatasi Alergi Kulit

    Reaksi alergi pada kulit berupa ruam kemerahan dan gatal-gatal memang cukup mengganggu. Terlebih ketika gejala berkembang hingga kulit mengelupas yang mengganggu penampilan. Apa saja pilihan obat dan perawatan untuk mengatasi alergi kulit?

    Obat dan perawatan alergi pada kulit

    Salep kortikosteroid

    Pada umumnya, obat dan perawatan alergi digunakan untuk meringankan gejala alergi kulit yang dialami dan mengurangi risiko reaksi alergi yang parah. Jika hal ini terjadi dan tidak segera ditangani, tentu dapat membahayakan jiwa Anda. 

    Oleh sebab itu, Anda diharapkan langsung mendapatkan pengobatan ketika mengalami gejala alergi ringan, seperti ruam dan gatal. Berikut ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengobati alergi pada kulit. 

    Hindari penyebab alergi

    Salah satu cara yang paling tepat sebelum mengonsumsi obat untuk alergi kulit yakni menghindari penyebab alergi kulit

    Begini, Anda mungkin akan mengembangkan tanda-tanda alergi pada kulit begitu tubuh terpapar langsung pada alergen. Jika Anda sudah mengetahui penyebabnya, sebaiknya hindari hal tersebut agar gejala tidak kembali muncul. 

    Sebagai contoh, ketika memiliki alergi terhadap logam, seperti nikel, artinya Anda perlu menghindari pemakaian nikel di kulitnya. Dengan begitu, Anda bisa lebih fokus mengatasi alergi kulit, seperti bentol dan kulit kemerahan. 

    Apabila belum mengenali faktor pemicu alergi, Anda bisa melakukan serangkaian pemeriksaan alergi. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan dengan memberikan paparan berbagai alergen dalam jumlah yang terbatas untuk melihat reaksi tubuh.

    Steroid

    Salah satu obat yang paling sering digunakan untuk mengatasi alergi pada kulit adalah steroid atau kortikosteroid. Kortikosteroid adalah obat buatan manusia yang dibuat mirip dengan kortisol, yaitu hormon yang diproduksi kelenjar adrenal secara alami. 

    Dengan begitu, hormon kortisol yang berasal dari steroid ini akan membantu tubuh meringankan efek peradangan akibat alergi. Oleh sebab itu, kortikosteroid disebut cukup berguna dalam mengobati gejala alergi di kulit. 

    Steroid terdiri atas berbagai varian, tetapi salah satu jenis yang sering digunakan untuk mengatasi alergi kulit yaitu salep atau krim kortikosteroid. Salep kortikosteroid dapat terserap dengan baik pada bagian kulit yang tipis, seperti wajah dan leher. 

    Selalu gunakan obat-obatan sesuai dengan aturan, baik yang obat yang dijual bebas maupun yang diresepkan oleh dokter. Hal ini bertujuan untuk mengurangi efek samping, seperti perubahan warna kulit dan iritasi. 

    Selain itu, penggunaan dalam jangka panjang, terutama salep kortikosteroid dosis tinggi, dapat menipiskan kulit dan kadar hormon tidak seimbang. Beberapa contoh krim steroid yang sering digunakan untuk mengatasi kulit gatal adalah:

  • Betamethasone,
  • Hidrokortison,
  • Mometasone, dan
  • Desonide.
  • Alergi Logam Perhiasan: Gejala dan Cara Mengatasinya Tanpa Obat

    Antihistamin

    Saat kulit terpapar alergen, sistem kekebalan tubuh akan melepaskan histamin yang dapat menimbulkan reaksi alergi, seperti kulit gatal dan ruam. Maka dari itu, antihistamin digunakan untuk menghalangi histamin yang menimbulkan reaksi alergi. 

    Jenis antihistamin yang sering digunakan sebagai obat alergi pada kulit adalah oral. Oral antihistamin dapat dibeli tanpa resep maupun dengan resep dokter. Obat alergi ini digunakan untuk meringankan gejala alergi, seperti gatal-gatal dan bengkak.

    Perlu diingat bahwa obat ini dapat menyebabkan rasa kantuk dan lelah, sehingga perlu dikonsumsi secara hati-hati. Namun, ada beberapa antihistamin yang cenderung tidak membuat penggunanya mengantuk, seperti:

    • Cetirizine,
    • Desloratadine,
    • Fexofenadine, dan
    • Loratadine.

    Salep pereda gatal di kulit akibat alergi

    manfaat minyak calendula

    Selain kortikosteroid, ada beberapa jenis salep pereda gatal lainya yang biasa digunakan sebagai obat alergi pada kulit, yaitu:

    Salep dari bunga calendula

    Salep ekstrak calendula merupakan obat oles yang dibuat dari ekstrak bunga marigold (Calendula officinalis). Salep ini biasa dipakai untuk mengobati gatal di kulit akibat alergi. 

    Salep ini dipercaya memiliki sifat anti-jamur, anti-radang, dan anti-bakteri yang mungkin berguna untuk meredakan gatal alergi. Namun, perlu penelitian lanjutan untuk membuktikan apakah salep ini benar-benar ampuh tanpa efek samping atau tidak. 

    Sebelum menggunakan krim calendula, Anda disarankan untuk tes kulit alergi terlebih dahulu dengan mengoleskan sedikit krim ke kulit. Hal ini bertujuan untuk melihat kulit Anda bereaksi terhadap salep tersebut atau tidak. 

    Calendula umumnya aman digunakan dan dapat menjadi obat alami alergi kulit. Namun, ada beberapa pertimbangan yang perlu diingat, seperti:

    • alergi terhadap tanaman, terutama dalam keluarga Asteraceae atau Compositae,
    • ibu hamil, dan
    • ibu menyusui.

    Hal ini dikarenakan belum ada penelitian yang benar-benar membuktikan salep ini aman untuk kondisi tersebut.

    Salep kombinasi menthol dan camphor

    Menthol adalah ekstrak yang terbuat dari minyak daun mint. Setelah diolah menjadi obat oles, seperti salep, ekstrak ini dapat membantu meredakan gatal akibat alergi. Obat alergi kulit yang satu ini juga dapat membantu menenangkan kulit yang meradang berkat sensasi dinginnya. 

    Salep menthol dan camphor biasanya hanya dapat didapatkan dengan resep dokter. Pasalnya, ada bahan campuran lainnya yang mungkin perlu mendapatkan perhatian dari dokter Anda. 

    Pada penggunaan pertama, usahakan untuk mengoleskan sedikit salep ke area kulit untuk menguji bagaimana reaksi kulit. Campuran camphor dan menthol dapat menimbulkan sensasi terbakar atau dingin yang cukup ringan. 

    Gunakan persis seperti apa yang dianjurkan oleh dokter atau tertera pada label. Penggunaan salep berbahan menthol dan camphor perlu dikurangi seiring dengan membaiknya gejala alergi di kulit. 

    Terapi biologis

    Jika beberapa obat di atas tidak dapat mengatasi gatal atau ruam di kulit akibat alergi, dokter mungkin akan merekomendasikan terapi biologis. Terapi ini menggunakan obat yang menargetkan reaksi tertentu pada sistem imun dan mencegah reaksinya. 

    Ada dua pengobatan biologis yang sering digunakan untuk mengobati alergi pada kulit, yaitu dupilumab dan omalizumab. Kedua obat-obatan tersebut biasanya diberikan dalam bentuk suntikan. 

    Efek samping yang paling sering terjadi setelah menggunakan obat ini adalah kulit kemerahan, gatal, dan iritasi pada area yang disuntikkan. 

    Dupilumab

    Dupilumab merupakan obat yang dirancang untuk meringankan gejala eksim dengan mengurangi peradangan yang terjadi di tubuh. Pada saat Anda tengah menggunakan dupilumab, krim dan salep kortikosteroid masih dapat digunakan. 

    Dilansir dari British Association of Dermatologist, dua dari tiga orang yang masih perlu memakai steroid topikal dan obat tablet. Hal ini dapat dilakukan bersamaan dengan konsumsi dupilumab. 

    Omalizumab

    Omalizumab merupakan obat untuk meringankan gejala asma dan gatal-gatal di kulit akibat alergi. Obat ini bekerja dengan menghalangi respons alami sistem imun terhadap pemicu alergi yang menyebabkan serangan asma dan gatal-gatal. 

    Omalizumab juga membantu mengurangi rasa gatal dan jumlah gatal-gatal di kulit Anda. Perlu diingat untuk menggunakan obat-obatan ini sesuai dengan anjuran dokter untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi efek samping yang berbahaya. 

    Jika memiliki pertanyaan seputar obat untuk alergi kulit, tanyakan kepada dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat. Penggunaan obat yang tidak sesuai aturan pakai akan menyebabkan efek samping bahkan memperparah alergi.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Yuliati Iswandiari · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan