backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Memiliki Alergi Terhadap Sperma, Mitos atau Fakta?

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Yuliati Iswandiari · Tanggal diperbarui 09/06/2022

    Memiliki Alergi Terhadap Sperma, Mitos atau Fakta?

    Definisi

    Apa itu alergi sperma?

    Alergi sperma atau human seminal plasma hypersensitivity adalah reaksi sistem imun terhadap protein yang ditemukan dalam sperma pria. Oleh karena protein sperma juga terdapat pada cairan semen, kondisi ini juga umum dikenal sebagai alergi semen.

    Alergi sperma umumnya dialami oleh wanita. Meski begitu, tak menutup kemungkinan pria pun bisa alergi terhadap spermanya sendiri. Kondisi langka ini dikenal sebagai alergi orgasme atau dalam dunia medis, sindrom penyakit pascaorgasme (POIS).

    Orang yang alergi semen biasanya mengalami ciri-ciri yang mirip dengan alergi kulit. Gejala dapat muncul pada area organ intim atau bagian tubuh lain yang bersentuhan dengan semen, baik selama berhubungan seks maupun setelahnya.

    Pada kasus yang lebih parah, penderita alergi bisa mengalami anafilaksis. Anafilaksis adalah reaksi alergi parah yang muncul secara mendadak dan harus ditangani secara medis. Jika dibiarkan, reaksi ini dapat menyebabkan koma hingga kematian.

    Alergi sperma adalah kondisi yang tidak hanya berdampak bagi kesehatan, tapi juga kehidupan seksual penderitanya. Banyak wanita dengan alergi sperma menjadi cemas apakah dirinya bisa hamil mengingat kondisi ini menghambat proses pembuahan.

    Pengobatan dapat membantu menurunkan reaksi sistem imun terhadap sperma, tapi hal ini tentu harus diawali dengan diagnosis yang tepat. Jadi, jika Anda merasakan gejala alergi sperma, cobalah berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan perawatan.

    Gejala

    Apa saja gejala alergi sperma?

    Gejala alergi sperma bisa muncul dalam bentuk dan waktu yang bervariasi. Ada yang mengalaminya ketika berhubungan seks pertama kali, tapi ada pula kasus alergi yang baru muncul setelah bertahun-tahun sekalipun dengan pasangan yang sama.

    Wanita yang alergi pada semen biasanya mengalami gejala dalam waktu 5 sampai 30 menit sejak terkena pemicu alergi. Ciri-cirinya antara lain:

    • ruam kemerahan,
    • rasa panas,
    • gatal-gatal (biduran),
    • pembengkakan, dan
    • nyeri.

    Wanita umumnya mengalami reaksi alergi pada kulit vulva atau bagian dalam vagina. Sayangnya, ini pula yang membuat alergi semen sering salah dikira sebagai vaginitis (radang vagina), infeksi jamur, atau infeksi menular seksual seperti herpes.

    Jika penyebabnya adalah alergi, Anda tidak akan mengalami gejala saat berhubungan seks menggunakan kondom. Ini disebabkan karena reaksi alergi hanya muncul bila cairan semen bersentuhan langsung dengan kulit atau bagian dalam vagina.

    Sementara itu, pria cenderung mengalami gejala pada area kulit di atas penis. Namun, reaksi alergi juga dapat muncul pada bagian tubuh lain yang sama sekali tidak terkena sperma. Anda bisa saja mengalami biduran pada tangan, dada, atau sekujur tubuh.

    Gejala pada pria terkadang turut disertai rasa lelah yang parah, panas pada seluruh tubuh, dan gejala mirip flu yang muncul setelah ejakulasi. Kondisi ini bisa berlangsung selama beberapa jam hingga hari, tergantung tingkat keparahannya.

    Kapan Anda perlu ke dokter?

    Gejala alergi sperma akan mereda begitu Anda menghindari pemicunya. Namun, ada pula orang yang berisiko mengalami reaksi parah yang disebut anafilaksis. Reaksi ini muncul secara tiba-tiba dan jauh lebih berat daripada gejala alergi pada umumnya.

    Berikut tanda-tanda anafilaksis yang perlu diwaspadai.

    • Sesak napas.
    • Pembengkakan pada lidah, tenggorokan, atau bagian tubuh lainnya.
    • Jantung berdebar dengan denyut yang lemah.
    • Penurunan tekanan darah secara drastis.
    • Mual, muntah, atau diare.
    • Pingsan atau koma.

    Segera cari bantuan medis bila Anda mengalami anafilaksis setelah berkontak dengan sperma (misalnya sehabis berhubungan seks). Anda juga perlu berkonsultasi dengan dokter bila mengalami gejala alergi sperma yang tidak kunjung membaik.

    Penyebab

    Apa penyebab alergi sperma?

    Para peneliti sejauh ini menemukan bahwa penyebab alergi semen berasal dari protein yang terdapat pada sperma. Kendati demikian, penyebab dan faktor-faktor risikonya belum diketahui secara pasti.

    Melalui berbagai studi yang telah dilakukan, para peneliti baru mengusulkan tiga teori yang diduga mengganggu kerja normal sistem imun dalam saluran kelamin wanita. Kondisi ini disinyalir berawal dari:

    • Perubahan hormon atau fungsi reproduksi, misalnya karena kehamilan atau menopause.
    • Prosedur medis pada sistem reproduksi, seperti operasi prostat atau pengangkatan rahim, pemasangan KB spiral, dan lain-lain.
    • Riwayat alergi sperma dalam keluarga.

    Saat sperma berkontak dengan tubuh Anda, sistem imun menganggap protein dalam sperma sebagai zat asing yang berbahaya. Sistem imun lalu melepaskan antibodi dan berbagai zat kimia untuk melawan protein tersebut.

    Salah satu zat kimia yang dilepaskan adalah histamin. Zat ini menyebabkan beragam gejala alergi, termasuk gatal-gatal dan ruam. Semakin lama kulit bersentuhan dengan sperma, semakin parah gejala yang muncul.

    Siapa yang berisiko memiliki alergi sperma?

    Reaksi alergi dapat muncul kapan saja, tapi banyak laporan menyatakan gejalanya mulai muncul pada usia 30 tahun. Risikonya mungkin lebih tinggi pada wanita yang pernah menderita radang vagina dan memiliki riwayat alergi dalam keluarga.

    Diagnosis

    Bagaimana cara mendiagnosis alergi sperma?

    Alergi sperma cukup sulit didiagnosis karena tidak banyak penelitian yang membahas kondisi ini. Dokter sering kali hanya bisa menilai dari gejala yang dialami pasien. Ini sebabnya pasien harus betul-betul menyebutkan gejalanya secara rinci.

    Kasus alergi terhadap semen sering salah dikenali sebagai penyakit lain pada sistem reproduksi. Oleh sebab itu, dokter juga perlu melakukan pemeriksaan lanjutan berupa:

    • pemeriksaan vagina,
    • tes usap untuk mengambil sampel cairan dari vagina,
    • tes darah lengkap, serta
    • pemeriksaan fungsi ginjal, hati, dan tiroid.

    Guna memastikan bahwa pemicu alergi adalah protein pada sperma, dokter mungkin juga akan mengusulkan tes kulit alergi bernama skin prick test. Tes ini menggunakan protein yang diperoleh dari sampel sperma pasangan Anda.

    Dokter akan menyuntikkan sedikit protein dari sampel sperma ke lapisan teratas kulit Anda. Apabila muncul bentol kecil atau kemerahan pada kulit, artinya Anda memang alergi terhadap protein dalam sperma pasangan Anda.

    Pengobatan dan Pencegahan

    Bagaimana cara mengobati alergi sperma?

    Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala alergi dan mencegah kekambuhan. Ada dua macam metode pengobatan yang dapat Anda pilih, yakni desensitisasi dan konsumsi obat. Berikut perbedaan keduanya.

    1. Desensitisasi

    Cara terbaik mengobati dan mencegah alergi adalah dengan selalu memakai kondom saat berhubungan seks. Namun, jika Anda tidak ingin terus-menerus menggunakan kondom, ada pilihan pengobatan yang disebut desensitisasi.

    Desensitisasi adalah proses untuk mengurangi reaksi sistem imun terhadap alergen. Caranya, dokter akan mengoleskan sperma yang sudah diencerkan ke penis atau vagina setiap 20 menit sekali hingga gejala alergi berkurang.

    Setelah desensitisasi yang pertama, kulit Anda harus terkena alergen yang sama agar kembali parah seperti dahulu. Hal ini dapat dilakukan dengan rutin berhubungan seks setiap 48 jam sekali.

    2. Konsumsi obat

    Obat-obatan alergi dapat meringankan gejala dan mencegah kekambuhan setelah berhubungan seks. Ini juga merupakan alternatif bagi mereka yang tidak nyaman bila harus terus memakai kondom.

    Dokter mungkin akan menyarankan Anda untuk mengonsumsi obat antihistamin 30-60 menit sebelum berhubungan seks. Obat ini dapat dibeli tanpa resep dokter, tapi Anda tetap perlu berdiskusi dengan dokter bila hendak mengonsumsi obat alergi lainnya.

    Bila Anda berisiko mengalami anafilaksis, Anda perlu menyediakan suntikan epinefrin. Obat ini adalah pertolongan pertama alergi parah, bukan pencegahan. Jadi, Anda tetap disarankan untuk menggunakan kondom saat berhubungan seks.

    Pengaruhnya pada Kehamilan

    Apakah penderita alergi sperma bisa hamil?

    Alergi semen menimbulkan kecemasan bagi banyak pasangan, terutama yang sedang menantikan anak. Ini disebabkan karena Anda harus terus mengenakan kondom yang notabene merupakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.

    Meski begitu, alergi sperma sama sekali tidak memengaruhi kesuburan pria maupun wanita. Penderita alergi tetap bisa hamil dengan bantuan inseminasi buatan atau teknologi bayi tabung, tentunya setelah sperma melewati proses pencucian.

    Alergi sperma merupakan kondisi langka yang sulit didiagnosis. Padahal, dampaknya tidak hanya memengaruhi kesehatan, tapi juga kehidupan seksual. Maka dari itu, tiap orang yang merasakan gejalanya disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter.

    Pemeriksaan sedini mungkin amat berguna untuk menemukan sumber masalahnya. Dokter juga dapat menyarankan upaya pencegahan dan berbagai pilihan pengobatan selain penggunaan kondom bila memungkinkan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Yuliati Iswandiari · Tanggal diperbarui 09/06/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan