backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Kanker Serviks (Kanker Leher Rahim)

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Klinik Chika Medika


Ditulis oleh Bayu Galih Permana · Tanggal diperbarui 16/10/2022

Kanker Serviks (Kanker Leher Rahim)

Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker dengan angka kasus yang tinggi di Indonesia. Namun, kehadiran penyakit ini sering kali tidak disadari pada awalnya karena minim gejala.

Apa saja tanda Anda mengalami kanker serviks? Lalu, tindakan apa yang harus dilakukan? Simak informasi selengkapnya berikut ini.

Apa itu kanker serviks?

Kanker serviks adalah kanker yang terjadi saat sel-sel pada leher rahim tumbuh secara abnormal dan tak terkendali. Sel abnormal tersebut kemudian berkembang menjadi tumor pada serviks.

Penyakit yang juga dikenal dengan sebutan kanker leher rahim ini terbagi ke dalam dua jenis.

  • Karsinoma sel skuamosa (squamous cell carcinoma): berawal pada dinding bagian luar leher rahim dan mengarah ke vagina.
  • Adenokarsinoma: berawal pada sel glandular yang terdapat pada dinding saluran serviks.
  • Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker leher rahim menempati posisi keempat sebagai jenis kanker yang paling sering menyerang wanita. Umumnya, kasus kanker ini lebih sering ditemui di negara berkembang.

    Sementara itu, Kementerian Kesehatan RI menyebut kanker serviks sebagai jenis kanker yang terbanyak kedua di Indonesia. Setidaknya, ada 40 ribu kasus baru yang terjadi tiap tahun.

    Kanker leher rahim dapat menyerang semua kelompok usia. Namun, risiko terkena kanker ini akan semakin meningkat seiring pertambahan usia.

    Tanda dan gejala kanker serviks

    gejala kanker serviks

    Gejala kanker serviks sulit dikenali saat baru memasuki stadium awal dan prakanker. Beberapa pengidap kanker ini biasanya akan merasakan gejala ketika tumor sudah mulai terbentuk.

    Berikut gejala kanker leher rahim yang perlu Anda waspadai.

  • Perdarahan tidak wajar dari vagina, misalnya terjadi perdarahan ketika tidak haid.
  • Mengalami perdarahan setelah atau saat berhubungan seks, menopause, buang air besar, atau pemeriksaan panggul.
  • Siklus menstruasi jadi tidak teratur.
  • Nyeri pada panggul (perut bagian bawah).
  • Nyeri saat berhubungan seks.
  • Nyeri pada pinggang (punggung bawah) atau kaki.
  • Badan lemas dan mudah lelah.
  • Berat badan menurun, padahal tidak sedang diet.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Keputihan yang tidak normal, seperti berbau menyengat atau disertai darah.
  • Gejala di atas tidak bisa dijadikan satu-satunya penanda bahwa Anda mengidap kanker leher rahim. Untuk memastikan kondisi Anda, lakukan pemeriksaan ke dokter.

    Penanganan terhadap gejala kanker harus dilakukan sedini mungkin. Dengan begitu, potensi Anda untuk sembuh juga akan semakin meningkat.

    Penyebab kanker serviks

    Hampir semua kasus kanker leher rahim disebabkan infeksi human papillomavirus atau HPV. Penularan virus ini sering kali terjadi melalui hubungan seks.

    Setidaknya, ada 13 jenis virus HPV yang menjadi penyebab kanker leher rahim. Namun, dua jenis virus yang paling sering menjadi penyebabnya yaitu HPV 16 dan HPV 18.

    Dalam tubuh, virus HPV menghasilkan protein E6 dan E7. Kedua protein tersebut menonaktifkan gen tertentu yang berperan dalam menghentikan perkembangan tumor.

    Akibatnya, pertumbuhan sel dinding rahim menjadi sangat agresif. Sel-sel ini pun tumbuh menjadi tumor ganas (kanker) yang dapat terus berkembang dan menyebar ke luar serviks.

    Faktor risiko kanker serviks

    Sejauh ini, penyebab utama kanker serviks ialah infeksi virus HPV. Namun, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker leher rahim.

    Berikut beberapa faktor risiko kanker serviks yang perlu diperhatikan.

    • Perempuan dengan usia lebih dari 40 tahun.
    • Memiliki anggota keluarga (nenek atau ibu) dengan penyakit serupa.
    • Sering melakukan perilaku seksual berisiko, seperti tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks atau ketika memakai sex toys.
    • Kebiasaan merokok (wanita yang merokok berisiko dua kali lebih besar terkena kanker leher rahim).
    • Pola makan tidak sehat, seperti kurangnya konsumsi buah dan sayur.
    • Kelebihan berat badan dan obesitas, terutama pada kanker serviks jenis adenokarsinoma.
    • Penggunaan KB jenis oral lebih dari 5 tahun.
    • Hamil di bawah usia 17 tahun.
    • Melahirkan lebih dari sekali, terutama di atas tiga kali.
    • Menjalani pengobatan yang memengaruhi sistem imun, seperti obat HIV.
    • Konsumsi obat hormonal untuk mencegah keguguran.

    Jika Anda memiliki salah satu atau beberapa faktor risiko di atas, lakukan pemeriksaan rutin pada leher rahim ke dokter. Dengan begitu, deteksi dan pengobatan bisa dilakukan sedini mungkin.

    Diagnosis kanker serviks

    bahaya pap smear

    Beragam tes akan Anda jalani untuk mengetahui ada-tidaknya sel kanker pada leher rahim. Berikut sejumlah tes yang biasa dilakukan dokter dalam diagnosis penyakit ini.

  • Pap smear: deteksi dini kanker serviks dengan mengumpulkan sampel sel dari leher rahim untuk diteliti lebih lanjut di laboraturium.
  • Tes IVA: pemeriksaan IVA dilakukan dengan mengusapkan asam asetat dengan konsentrasi 3–5% pada leher rahim.
  • Biopsi: mengambil sampel jaringan untuk mencari tahu apakah terdapat sel kanker.
  • Kolposkopi: memasukkan alat seperti mikroskop kecil (kolposkop) ke dalam leher rahim untuk memeriksa kondisi serviks.
  • Sementara bagi Anda yang telah terdiagnosis memiliki kanker leher rahim, berikut beberapa tes untuk menentukan stadiumnya.

    • Memeriksa rahim, vagina, rektum, dan saluran kemih apabila terdapat kanker. Prosedur ini dilakukan di bawah pengaruh obat bius.
    • Tes darah untuk memeriksa kondisi sekitar organ, seperti tulang, darah dan ginjal.
    • Tes imaging (pemindaian), yaitu dengan CT scan, MRI, sinar X (rontgen), dan PET scan. Tujuan tes untuk mendeteksi tumor dan penyebaran sel kanker (metastasis).

    Komplikasi kanker serviks

    Komplikasi yang dialami pengidap kanker leher rahim bisa muncul sebagai efek pengobatan. Namun, komplikasi juga bisa terjadi karena kanker sudah berada pada tahapan yang sangat parah.

    Berikut beberapa komplikasi kanker serviks yang terjadi akibat efek samping pengobatan.

    • Menopause dini.
    • Gangguan pada sistem limfatik (ditandai dengan pembengkakan pada tangan atau kaki).
    • Gangguan emosional.

    Sementara itu, komplikasi yang berpotensi muncul saat tahapan kanker sudah parah antara lain:

    • gagal ginjal,
    • penggumpalan darah,
    • perdarahan, serta
    • terbentuknya saluran abnormal yang menghubungkan organ-organ tubuh (fistula).

    Komplikasi pada masing-masing orang dapat berbeda satu sama lain. Untuk mengurangi risiko keparahan komplikasi, penanganan sejak dini sangat diperlukan.

    Cara mengobati kanker serviks

    Cara mengobati kanker serviks melibatkan serangkaian tindakan. Rumah sakit akan menyiapkan tim ahli yang ditentukan untuk mengatasi tahap awal dan tahap lanjut dari kanker leher rahim.

    Berikut metode pengobatan yang umum dilakukan.

    1. Operasi

    Tindakan ini bertujuan untuk mengangkat bagian serviks yang terinfeksi kanker. Berikut beberapa jenis tindakan operasi untuk mengatasi kanker leher rahim.

    • Radical trachelectomy: pengangkatan sebagian besar jaringan serviks dan bagian atas vagina, sedangkan rahim tetap pada tempatnya.
    • Histerektomi total: dilakukan dengan mengangkat serviks dan rahim, tergantung pada stadium kanker. Dalam beberapa kasus, histerektomi diperlukan untuk mengangkat indung telur dan tuba falopi. 
    • Pelvic exenteration: operasi besar untuk mengangkat serviks, vagina, rahim, kemih, indung telur, tuba falopi, dan rektum. 

    2. Radioterapi

    Radioterapi merupakan cara mengobati kanker leher rahim dengan menggunakan sinar X berenergi tinggi. Tujuan pengobatan ini yaitu membunuh sel kanker pada leher rahim.

    Terapi radiasi bisa dilakukan secara tunggal atau digabungkan dengan penggunaan obat-obatan. Pengobatan ini juga terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi saat kanker sudah parah.

    3. Kemoterapi

    Kemoterapi dapat dilakukan sebagai pengobatan tunggal atau digabung dengan radioterapi. Metode ini sering digunakan untuk mencegah pertumbuhan kanker. 

    Kemoterapi dilakukan dengan memasukkan obat ke dalam tubuh untuk membunuh sel kanker. Selain itu, penggunaannya juga bertujuan untuk mencegah kanker menyebar ke seluruh tubuh.

    Beberapa efek samping mungkin muncul selama masa pemulihan dari kanker serviks. Anda mungkin mengalami menopause dini, penyempitan pada vagina, atau limfedema.

    Tips mencegah kanker serviks

    vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks

    Pola hidup sehat dapat membantu mengurangi risiko kanker leher rahim. Berikut perubahan gaya hidup yang dapat membantu mencegah kanker serviks.

    • Tes Pap smear berkala untuk menemukan perubahan pada sel serviks atau mendeteksi HPV di dalam serviks.
    • Jika berusia di bawah 26 tahun, pastikan Anda telah mendapat vaksin HPV
    • Hindari perilaku seks berisiko.
    • Menerapkan pola makan yang baik dengan mengonsumsi makanan pencegah kanker serviks. 
    • Rutin berolahraga. 

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Klinik Chika Medika


    Ditulis oleh Bayu Galih Permana · Tanggal diperbarui 16/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan