backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Papiloma Intraduktal (Polip Payudara)

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Bayu Galih Permana · Tanggal diperbarui 09/11/2022

Papiloma Intraduktal (Polip Payudara)

Benjolan di payudara kerap dikaitkan dengan penyakit kanker. Pada beberapa kasus, kondisi tersebut sebenarnya dapat disebabkan oleh papiloma intraduktal (intraductal papilloma) atau polip payudara.

Apa itu papiloma intraduktal?

Papiloma intraduktal adalah tumor jinak yang tumbuh pada bagian dalam saluran payudara. Tumor ini terdiri dari jaringan kelenjar, jaringan fibrosa, dan pembuluh darah fibrovaskular.

Umumnya, kondisi yang juga dikenal dengan sebutan polip payudara ini muncul pada puting. Namun, kemunculannya juga dapat ditemui di area lain pada payudara.

Tak seperti kanker payudara, papiloma intraduktal tidak berbahaya. Jenis tumor ini tidak tumbuh, menyebar, maupun merusak fungsi jaringan atau organ di sekitarnya.

Dilansir dari laman Breast Cancer Now, polip payudara paling sering terjadi pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Intraductal papilloma juga bisa terjadi pada pria meski sangat jarang.

Tanda dan gejala papiloma intraduktal

gejala papiloma intraduktal

Gejala papiloma intraduktal yang paling umum yaitu munculnya benjolan pada payudara. Namun, beberapa gejala khas mungkin juga muncul, tergantung jenis polip payudara yang Anda miliki.

Berikut gejala papiloma intraduktal berdasarkan jenisnya.

Papiloma intraduktal soliter

Gejala khas polip payudara ini yaitu munculnya satu benjolan kecil di dekat puting atau tepat pada bagian samping puting. Saat tumor merusak saluran payudara, cairan bening atau darah akan keluar dari puting.

Papiloma multipel

Benjolan yang muncul biasanya lebih dari satu dan tidak mengakibatkan keluarnya cairan atau darah. Jenis tumor ini ada di dalam payudara sehingga tidak mudah terasa ketika diraba.

Meski tidak berbahaya, Anda sebaiknya memeriksakan diri ke dokter jika menemukan benjolan pada payudara. Dengan begitu, penyebab munculnya benjolan bisa diketahui secara pasti.

Penyebab papiloma intraduktal

Tumor seperti papiloma intraduktal muncul secara alami pada saluran payudara. Berkembangnya tumor ini dipengaruhi oleh pertambahan usia dan perubahan pada payudara.

Selain itu, wanita juga lebih berisiko terkena polip payudara dibandingkan pria. Umumnya, kondisi ini menyerang wanita berusia 33 hingga 55 tahun.

Perubahan payudara berpotensi tingkatkan risiko kanker

American Cancer Society menyebut, perubahan payudara seperti hiperplasia duktus atipikal (ADH) meningkatkan risiko kanker payudara sebanyak empat hingga lima kali. ADH terjadi saat sel pada payudara tumbuh secara abnormal.

Diagnosis papiloma intraduktal

Polip payudara biasa ditemukan secara kebetulan saat skrining payudara rutin atau setelah menjalani operasi payudara. Namun, beberapa orang menyadarinya lewat kemunculan gejala.

Dalam proses diagnosis papiloma intraduktal, dokter umumnya akan meminta Anda untuk menjalani serangkaian tes kesehatan berikut.

Pemindaian pada wanita berusia kurang dari 40 tahun biasanya dilakukan dengan USG payudara. Payudara perempuan dalam kelompok usia ini mempunyai jaringan yang lebih padat sehingga hasil mamogram kurang jelas.

Apabila hasil biopsi inti tidak cukup untuk membuat diagnosis, dokter akan merekomendasikan biopsi vakum. Prosedur ini memakan waktu sedikit lebih lama dari biopsi inti.

Cara mengobati papiloma intraduktal

biopsi untuk mengatasi papiloma intraduktal

Cara mengobati papiloma intraduktal dapat dilakukan lewat tindakan medis dan perawatan rumahan. Berikut beberapa cara yang bisa Anda coba.

Biopsi eksisi dengan pembedahan

Pengobatan polip payudara biasanya melibatkan pembedahan untuk mengangkat jaringan tumor. Dokter mungkin merekomendasikan biopsi eksisi dengan bius lokal atau bius umum. 

Jaringan payudara yang diangkat akan dibawa ke laboratorium untuk diteliti lebih lanjut. Tindakan ini bertujuan untuk memastikan adanya kanker atau tidak.

Biasanya, dokter akan menggunakan jahitan yang menyatu dengan kulit. Namun, apabila jahitan yang diberikan tidak bisa menyatu dengan kulit, pelepasan benang jahit akan dilakukan beberapa hari setelah operasi.

Biopsi eksisi dengan vakum

Biopsi eksisi ini dilakukan dengan mengisap jaringan payudara menggunakan vakum. Awalnya, dokter akan menyuntikkan obat bius lokal dan membuat sayatan pada kulit. 

Lalu, sebuah probe berongga yang terhubung ke perangkat vakum ditempatkan pada sayatan. Dengan mamogram atau USG sebagai panduan, jaringan payudara diisap memakai vakum. 

Jaringan yang sudah diisap kemudian dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan lebih lanjut.  Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari tahu penyebab benjolan.

Perawatan rumahan

Perawatan rumahan dilakukan dengan menjaga kebersihan luka bekas operasi. Cara merawat bekas luka tersebut harus sesuai dengan rekomendasi atau perintah dokter.

Selain itu, Anda juga harus menjalani diet yang disarankan dokter. Konsumsi alkohol juga harus dihindari selama masa penyembuhan agar luka cepat pulih.

Komplikasi akibat pengobatan papiloma intraduktal

Dalam beberapa kasus, pengobatan polip payudara dapat menyebabkan komplikasi. Segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami kondisi seperti:

  • keluar cairan secara terus-menerus dari puting payudara.
  • muncul memar di sekitar area operasi.
  • penurunan sensitivitas puting.

Untuk mengatasi kondisi tersebut, dokter biasanya akan melakukan operasi pengangkatan lanjutan. Tindakan ini dilakukan saat puting terus mengeluarkan cairan.

Bisakah papiloma intraduktal dicegah?

Polip payudara merupakan kondisi yang tidak dapat dicegah. Kondisi ini dapat muncul secara alami begitu saja.

Namun, dalam kasus tertentu, tes skrining kanker payudara perlu dilakukan. Langkah ini berguna untuk mencari tahu apakah tumor pada payudara disebabkan kanker atau bukan.

Dengan begitu, penanganan dapat diberikan sesuai penyebabnya. Risiko munculnya komplikasi pun dapat berkurang.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Bayu Galih Permana · Tanggal diperbarui 09/11/2022

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan