backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Hubungan Penyebaran HIV/AIDS dari Penggunaan Narkoba

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Tanggal diperbarui 24/01/2023

Hubungan Penyebaran HIV/AIDS dari Penggunaan Narkoba

Salah satu faktor risiko terinfeksi HIV adalah konsumsi obat-obatan terlarang alias narkoba. Namun, banyak yang belum memahami bagaimana narkoba bisa menyebabkan infeksi HIV. Simak penjelasan mengenai hubungan narkoba dan HIV/AIDS

Apa hubungan antara narkoba dan HIV/AIDS?

HIV/AIDS bisa menular melalui jarum suntik yang digunakan untuk menyuntikkan obat-obatan terlarang.

Jarum suntik bisa menjadi media penularan ketika darah dari orang yang terinfeksi HIV tertinggal di jarum suntik.

Penularan akan terjadi ketika orang lain menggunakan jarum suntik tersebut secara langsung tanpa disteril terlebih dulu.

Selain itu, seseorang yang berada di bawah pengaruh narkotika kemungkinan bisa melakukan perilaku berisiko, seperti hubungan seks tanpa kondom, bahkan dengan lebih dari satu pasangan.

Risiko penularan HIV melalui jarum suntik tiga kali lebih tinggi dibandingkan penularan melalui hubungan seksual. 

Berdasarkan laporan dari UNODC World Drug, secara global, sekitar 11 juta orang menggunakan narkoba yang disuntikkan. Ada sekitar 1 dari 8 (atau 1,4 juta) penggunanya terinfeksi oleh HIV.

UNAIDS menyebutkan bahwa penggunaan narkoba suntik menyumbang sekitar 10% kasus infeksi HIV baru secara global. 

Penularan HIV akibat penggunaan narkotika

Tidak hanya dari penggunaan jarum suntik bergantian, penularan HIV yang berhubungan dengan narkoba bisa terjadi karena kondisi berikut. 

  • Memakai kembali air yang terkontaminasi virus HIV untuk melarutkan obat.
  • Menggunakan kembali tutup botol, sendok, atau wadah bekas yang terkena virus sebagai tempat obat.
  • Memakai kembali sebagian kecil kapas atau filter rokok bekas yang terpapar virus untuk menyaring partikel penyumbat jarum.
  • Bandar narkoba juga sering menjual alat suntik bekas yang sebenarnya belum steril, dan kemungkinan besar terkontaminasi virus. 

    Risiko infeksi dari jarum suntik

    Berbagi jarum suntik untuk keperluan apa pun, seperti menyuntikkan steroid, hormon, dan silikon, tetap berisiko menularkan HIV dan infeksi lainnya. 
    Pengguna narkotika yang secara bergantian menggunakan jarum suntik juga berisiko tertular atau menularkan hepatitis B dan C.

    Jenis narkoba yang berhubungan dengan HIV/AIDS

    Di bawah ini adalah obat-obatan yang penggunaannya berkaitan erat dengan penularan HIV.

    1. Kokain

    Kokain dapat menimbulkan kecanduan yang mendorong penggunanya melakukan berbagai cara demi mendapatkan kokain.

    Zat terlarang ini bisa digunakan dengan cara diisap atau bubuknya dilarutkan dalam air atau pelarut lainnya.

    Pengguna narkoba akan menyuntikkan larutan kokain ini ke dalam pembuluh darah.

    Penularan HIV berisiko terjadi dari pemakaian suntikan dan efek kokain yang mendorong perilaku seks berisiko.

    2. Methamphetamine

    Selain menyebabkan kecanduan, methamphetamine (meth) meningkatkan risiko aktivitas seks bebas tanpa kondom. 

    Seseorang yang menggunakan meth cenderung memiliki kulit kelamin dan anus yang kering. Kondisi ini bisa menimbulkan luka lecet saat berhubungan seks.

    Luka di sekitar kelamin bisa menjadi pintu masuk bagi virus HIV ke dalam tubuh.

    Penyalahgunaan zat dan obat-obatan lain

    Selain narkotika, ada beberapa zat dan obat-obatan yang sering disalahgunakan sehingga meningkatkan risiko penularan HIV.

    1. Alkohol

    kualitas sperma setelah minum alkohol

    Menenggak banyak alkohol sekaligus, seperti di pesta miras, bisa membuat Anda mabuk sehingga bisa melakukan perilaku seksual berisiko.

    Berhubungan intim bawah pengaruh alkohol bisa membuat Anda tidak sadar melakukan seks tanpa kondom ataupun dengan lebih dari satu orang. 

    Hubungan intim yang tidak aman bisa menjadi faktor risiko penyebab infeksi HIV.

    2. Inhalansia

    Inhalansia nitrit (poppers) dapat mendorong perilaku seksual berisiko, penggunaan obat terlarang, dan penyakit menular seksual

    Poppers kerap digunakan untuk meningkatkan kepuasan seksual dengan meningkatkan sensitivitas serta merilekskan otot anus. 

    Hal itu yang kemudian menyebabkan terjadinya hubungan seksual berisiko. 

    3. Obat bius

    Penggunaan obat bius juga dapat mengaburkan ingatan dan kesadaran. 

    Penggunanya cenderung menjalani hubungan seks yang tidak aman dan menggunakan obat-obatan lain, seperti narkoba suntikan. 

    Perilaku tersebut dapat meningkatkan risiko penularan HIV. Apabila penggunanya memiliki HIV, hal ini juga dapat meningkatkan risiko.

    Penyalahgunaan obat-obatan juga dapat memperburuk gejala HIV, seperti menyebabkan cedera saraf dan kerusakan kognitif. 

    Penggunaan narkotika yang disertai dengan alkohol dapat memengaruhi sistem imun dan mempercepat perkembangan penyakit pasien HIV.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Tanggal diperbarui 24/01/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan