backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

11 Cara Mencegah Penularan HIV yang Terbukti Paling Efektif

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Risky Candra Swari · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    11 Cara Mencegah Penularan HIV yang Terbukti Paling Efektif

    HIV/AIDS adalah penyakit menular seksual yang dapat menyerang siapa saja di segala kalangan usia. Sampai saat ini, upaya mencegah penularan HIV dan AIDS masih menjadi salah satu isu kesehatan utama di seluruh dunia. Maka dari itu, penting juga bagi Anda untuk mengetahui cara pencegahan HIV dan AIDS yang efektif.

    Berbagai cara pencegahan HIV dan AIDS yang perlu Anda simak baik-baik

    Upaya pencegahan HIV dan AIDS tidaklah semata-mata untuk melindungi diri Anda sendiri. Mencegah penularan infeksi akan turut melindungi keluarga dan kerabat dekat Anda, serta membantu menekan risiko meluasnya wabah penyebaran penyakit di lingkungan sekitar.

    1. Waspada akan setiap jalur penularannya

    data hiv aids di indonesia

    Bentuk pencegahan HIV AIDS yang paling utama adalah dengan mengetahui cara penularan HIV AIDS.

    Sayangnya, ada banyak mitos dan teori tentang penyebaran penyakit ini yang ternyata salah kaprah. Aktivitas seks berisiko, seperti hubungan seks vaginal, seks oral, atau seks anal tanpa kondom, adalah jalur penularan HIV/AIDS yang paling umum. Namun, Anda bisa saja tertular penyakit ini dari hal-hal lain yang tidak pernah diduga sebelumnya.

    HIV dapat pula ditularkan melalui kontak darah dengan darah dan kontak langsung antara selaput lendir maupun luka yang terbuka dengan cairan tubuh, seperti darah, ASI, air mani, atau cairan vagina yang terinfeksi. Misalnya mulut, hidung, vagina, rektum, dan bukaan penis.

    Pada intinya, penularan penyakit HIV disebabkan karena adanya pertukaran cairan tubuh antara orang yang terinfeksi dengan orang yang sehat.

    2. Hindari kontak langsung dengan cairan yang terinfeksi HIV

    Menghindari serta mewaspadai berbagai cara penularan HIV ini dapat menjadi langkah pencegahan HIV yang pertama kali harus dilakukan.

    Dalam mengupayakan tindak pencegahan HIV dan AIDS, sebaiknya Anda menghindari kontak dengan cairan yang meliputi:

    • Sperma dan cairan pra-ejakulasi
    • Cairan vagina
    • Lendir rektal
    • ASI
    • Cairan ketuban, cairan serebrospinal, dan cairan synovial (biasanya hanya terekspos jika Anda bekerja di bidang medis)

    Namun, Anda tidak bisa pernah tahu pasti siapa yang memiliki HIV karena tidak ada stereotip khusus. Di samping itu, beberapa orang bahkan tidak mengetahui jika ia telah terinfeksi HIV.

    Untuk pencegahan HIV, lebih baik hindarilah menyentuh darah atau cairan tubuh milik orang lain jika memungkinkan.

    3. Gunakan Pre-Exposure Prophylaxis (PrEP) untuk pencegahan HIV yang tidak disengaja

    neozep forte

    PrEP (Pre-Exposure Prophylaxis) adalah kombinasi dua obat HIV yaitu tenofovir dan emtricitabine yang dijual dengan nama Truvada®.

    Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention, mengonsumsi PrEP merupakan salah satu cara pencegahan HIV AIDS yang efektif bila digunakan secara konsisten.

    Biasanya kedua obat pencegahan HIV AIDS tersebut diresepkan khusus bagi orang sehat yang berisiko tinggi tertular infeksi HIV. Misalnya karena Anda memiliki pasangan yang terdiagnosis positif HIV/AIDS.

    Anda dianjurkan untuk minum obat ini satu kali sehari sebagai cara pencegahan dari pasangan yang positif HIV. Obat ini mampu melindungi Anda secara maksimal dari HIV yang ditularkan melalui seks anal setelah 7 hari penggunaan.

    PrEP juga dapat melindungi secara maksimal dari penularan HIV lewat seks vaginal dan penggunaan jarum suntik setelah 20 hari dikonsumsi. Obat pencegahan HIV dapat ditolerir dengan baik oleh tubuh hingga lima tahun penggunaan.

    Selama mengonsumsi obat untuk pencegahan HIV AIDS ini, Anda mungkin perlu menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala, tes darah HIV salah satunya. Tes darah ini dilakukan untuk melihat fungsi ginjal sekaligus memantau respon pengobatan Anda.

    Namun, obat-obatan pencegahan HIV tergolong mahal sehingga Anda masih perlu untuk membiasakan hubungan seks yang aman untuk menjaga risiko tetap rendah.

    4. Minum obat Post Exposure Prophylaxis (PEP)

    Post Exposure Prophylaxis atau biasa disingkat dengan PEP adalah bentuk perawatan melalui obat yang bisa dilakukan dalam pencegahan HIV AIDS.

    Pencegahan HIV melalui PEP biasanya dilakukan setelah terjadinya tindakan-tindakan yang berisiko menyebabkan HIV. Misalnya, seseorang yang bekerja di pelayanan kesehatan yang secara tidak sengaja tertusuk jarum suntik bekas pasien HIV, korban pemerkosaan, serta seks tanpa kondom dengan seseorang yang mungkin positif HIV atau saat Anda tidak yakin dengan status HIV pasangan Anda.

    Cara kerja pencegahan HIV melalui PEP yaitu dengan memberikan obat-obatan antiretroviral (ARV) dalam kurun waktu kira-kira 28 hari untuk mencegah atau menghentikan paparan terhadap virus HIV agar tidak menjadi infeksi seumur hidup.

    Yang harus dipahami, langkah pencegahan HIV ini adalah bentuk perawatan yang hanya bisa dilakukan saat situasi darurat medis pada orang yang berstatus HIV negatif. Jadi, apabila Anda berstatus positif HIV, Anda tidak bisa melakukan pencegahan HIV melalui PEP.

    Seberapa efektif PEP dalam pencegahan HIV AIDS?

    Pencegahan HIV AIDS melalui PEP harus dilakukan sesegera mungkin setelah seseorang secara tidak sengaja terkena paparan HIV.

    Agar efektif, obat ini harus dikonsumsi dalam kurun waktu 72 jam (3 hari) sejak paparan terakhir. Namun, semakin cepat Anda memulai tindakan pencegahan HIV ini akan semakin baik karena dapat mengurangi risiko terkena HIV secara berarti.

    Meski begitu, obat PEP ini tidak 100 persen menjamin Anda terbebas dari infeksi HIV walau sudah dikonsumsi dengan benar dan disiplin. Pasalnya, ada berbagai hal yang mungkin menyebabkan Anda lebih rentan terinfeksi HIV.

    Anda harus berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter yang sudah terlatih dan mengerti tentang pencegahan HIV melalui PEP. Biasanya sebelum memulai perawatan ini dokter akan melakukan tes status HIV. Seperti yang telah dipaparkan, PEP hanya bisa dilakukan pada orang dengan hasil tes HIV negatif.

    Jika Anda diberikan resep obat PEP oleh dokter, Anda harus minum obat tersebut secara teratur sebanyak satu atau dua kali sehari selama 28 hari. Sebaiknya Anda melakukan pemeriksaan ulang status HIV sekitar 4 sampai 12 minggu setelah terjadinya paparan.

    Namun, perawatan untuk pencegahan HIV AIDS ini mungkin akan menimbulkan efek samping bagi beberapa orang. Efek samping yang paling umum ketika seseorang melakukan perawatan ini adalah mual, pusing, dan kelelahan. Meski begitu, efek samping ini tergolong ringan dan cenderung mudah diatasi sehingga tidak mengancam jiwa.

    Yang terpenting, jangan berhenti melakukan pencegahan HIV melalui PEP apabila dokter tidak merekomendasikan Anda untuk berhenti.  Kedisiplinan Anda dalam melakukan pencegahan HIV ini memiliki pengaruh besar terhadap terjadinya infeksi HIV. Sayangnya, tidak semua rumah sakit di Indonesia menyediakan PEP. Hal ini karena PEP belum masuk dalam program pencegahan HIV dari pemerintah. Obat ARV (antiretroviral) hanya disediakan untuk mereka yang positif HIV.

    Artinya, jika mereka yang negatif HIV ingin mendapatkan obat-obatan PEP sebagai pencegahan HIV AIDS, prosesnya tentu tidak mudah. Meski begitu, segera konsultasikan ke dokter Anda untuk mendapatkan tindakan pencegahan HIV yang tepat apabila Anda secara tidak sengaja terpapar HIV.

    5. Mewaspadai gejala untuk pencegahan HIV

    Upaya pencegahan HIV AIDS selanjutnya yang bisa dilakukan adalah dengan mengenali gejala HIV atau tanda-tanda penyakit yang muncul.

    Karena sering ditulis sebagai suatu kesatuan seperti “HIV/AIDS”, banyak orang menganggap keduanya sama. Padahal, HIV dan AIDS adalah kondisi yang berbeda.

    HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Sementara AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS bisa dikatakan sebagai tahap akhir dari infeksi HIV kronis.

    Nah, berhubung keduanya merupakan kondisi yang berbeda, maka gejala yang dimunculkan pun akan berbeda.

    Gejala HIV

    Jangan berasumsi bahwa seseorang yang tidak memiliki gejala pasti tidak memiliki HIV. Dalam banyak kasus, orang yang terinfeksi HIV kerap tidak menyadari bahwa dirinya sudah terjangkit selama bertahun-tahun karena tidak merasakan gejala apa pun.

    Meski tidak selalu menunjukkan gejala, penyakit ini sebenarnya memiliki tanda atau ciri khas yang mirip ketika Anda mau sakit flu, misalnya:

    • Badan pegal-pegal
    • Demam
    • Badan lemas dan tidak bertenaga
    • Sakit tenggorokan
    • Ada luka di sekitar mulut yang mirip sariawan
    • Ruam kemerahan di kulit tapi tidak terasa gatal
    • Diare
    • Kelenjar getah bening bengkak
    • Sering keringatan, terutama di malam hari

    Gejala AIDS

    Virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh dengan menghancurkan sel CD4 (sel T). Sel CD4 sendiri merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh yang secara spefisik berperan untuk melawan infeksi.

    Nah, ketika HIV sudah berkembang menjadi AIDS, jumlah sel T akan menurun sangat drastis. Akibatnya, tubuh Anda akan lebih mudah sakit terserang infeksi bahkan untuk infeksi yang biasanya tidak membuat Anda sakit.

    Sejumlah gejala awal AIDS  yang biasanya muncul di antaranya:

  • Sariawan atau muncul lapisan putih tebal di rongga mulut akibat infeksi jamur
  • Berat badan menurun drastis tanpa sebab yang jelas
  • Gampang memar
  • Sering sakit kepala
  • Merasa sangat lelah dan tidak bertenaga
  • Batuk kering kronis
  • Pembengkakan pada kelenjar bening yang ada di tenggorokan, ketiak, atau selangkangan
  • Perdarahan di mulut, hidung, anus, atau vagina secara tiba-tiba
  • Kebas atau sensasi mati rasa di tangan dan kaki
  • Sulit mengendalikan refleks otot
  • Mengalami kelumpuhan
  • Bila belakangan ini Anda sering merasa tidak enak badan dan memunculkan satu atau beberapa gejala seperti yang sudah disebutkan di atas, jangan ragu untuk periksa ke dokter.

    Semakin cepat penyakitnya terdiagnosis, maka akan semakin baik. Hal ini pun bisa jadi cara pencegahan HIV dan AIDS yang efektif.

    6. Berbubungan seks yang aman menggunakan kondom

    posisi seks untuk pasangan beda tinggi badan

    Menurut National Institutes for Health, penggunaan kondom secara benar dan konsisten sangat efektif untuk pencegahan HIV AIDS. Bahkan pemakaian kondom bisa mengurangi risiko HIV sebesar 90-95 persen. Namun, gunakanlah kondom yang berbahan lateks atau poliuretan (latex and polyurethane) yang sudah terbukti sangat ampuh untuk mencegah HIV. 

    Sebagai alat untuk pencegahan HIV, kondom sendiri merupakan alat kontrasepsi dan proteksi dari risiko penyakit menular seksual yang mudah diperoleh. Saat ini kondom tersedia dalam berbagai bentuk, warna, tekstur, bahan, dan rasa yang berbeda, dan sudah tersedia kondom tersedia baik untuk pria maupun wanita.

    Apa pun jenisnya, pastikan kondom yang dipilih sesuai ukuran. Dalam menerapkan cara pencegahan HIV ini, jangan pakai kondom yang terlalu besar karena bisa saja kendor dan terlepas ketika penetrasi. Sementara kondom yang terlalu kecil dapat mudah robek dan rusak, sehingga memungkinkan air mani mengalir masuk ke dalam vagina.

    Anda juga perlu tahu kapan waktu terbaik untuk menggunakannya. Untuk pencegahan HIV yang maksimal, sebaiknya kenakan kondom sesaat setelah ereksi, bukan sebelum ejakulasi.

    Tak melulu saat penetrasi, kondom juga sebaiknya digunakan saat Anda seks oral atau seks anal. Ingat, HIV bisa ditularkan sebelum terjadi ejakulasi, karena virus bisa terdapat pada cairan pra-ejakulasi.

    Jika Anda tidak tahu apakah pasangan Anda bebas HIV atau tidak, maka selalu gunakan kondom baru tiap melakukan hubungan seks jenis apa pun sebagai tindak pencegahan. Selain itu, gantilah kondom dengan yang baru setiap kali Anda akan beralih ke aktivitas seksual lainnya. Pada intinya, kondom yang digunakan dalam pencegahan HIV tidak boleh dipakai berulang kali. Entah itu pada orang yang sama atau orang yang berbeda.

    7. Saling terbuka dengan pasangan untuk pencegahan HIV

    salah paham dengan pasangan

    Cara pencegahan HIV AIDS lainnya yang perlu Anda lakukan adalah saling terbuka dengan semua pasangan seks yang terlibat. Maksudnya, ada baiknya Anda lebih dulu saling terbuka dan menanyakan tentang riwayat kesehatan masing-masing sebelum mulai melakukan hubungan seksual.

    Meskipun tidak nyaman dan memalukan, memahami benar tentang seluk beluk masing-masing sangat membantu Anda dalam pencegahan HIV dan AIDS. Bahkan, Anda bisa melakukan tindakan pencegahan HIV secara lebih lanjut, yaitu mengajak pasangan tes HIV untuk memastikan bahwa Anda berdua bebas dari infeksi HIV maupun AIDS.

    Tes HIV dilakukan untuk mengetahui status HIV atau mendiagnosis orang yang baru terinfeksi virus. Selain sebagai langkah awal untuk memulai pencegahan HIV secara dini, Tes HIV juga dapat membantu mendeteksi infeksi yang sebelumnya tidak diketahui.

    8. Hindari alkohol dan obat-obatan terlarang

    susu menetralkan alkohol dan narkoba

    Tahukah Anda bahwa konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang lebih berperan penting dalam penularan HIV daripada penggunaan obat melalui suntikan? Alasannya, karena kedua zat adiktif tersebut dapat memengaruhi fungsi kognitif dalam membuat keputusan.

    Hal ini memungkinkan seseorang untuk untuk melakukan tindakan-tindakan yang berisiko di luar kontrol diri. Contohnya seperti melakukan seks tanpa kondom dengan orang yang terinfeksi atau berbagai obat dan alat suntik dengan orang yang memiliki HIV.

    Itu sebabnya, hal selanjutnya yang bisa Anda lakukan sebagai cara pencegahan HIV AIDS adalah menghindari atau berhenti menggunakan alkohol dan obat-obatan terlarang seperti narkoba.

    9. Sunat untuk pencegahan HIV pada lelaki

    anak disunat

    Di Indonesia, sunat identik dengan keyakinan agama dan tradisi budaya. Namun, pada kenyataannya, sunat menawarkan manfaat yang lebih jauh dari itu. Sunat sebagai pencegahan HIV dapat membantu menjaga kebersihan penis sekaligus merupakan upaya pencegahan HIV AIDS dan penyakit menular seksual lainnya.

    Tindakan pencegahan HIV ini pun diamini oleh Lembaga Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat, CDC. CDC menemukan bahwa secara medis, sunat dapat jadi cara pencegahan  HIV dan penyakit kelamin lainnya yang ditularkan lewat hubungan seks tanpa kondom.

    Prosedur sunat juga dilaporkan dapat mengurangi risiko pria tertular herpes genital dan infeksi HPV, yang  diyakini menjadi faktor risiko kanker penis. Selain sebagai pencegahan HIV, sunat semasa kecil diketahui dapat memberikan perlindungan dari kanker penis, yang seringnya hanya terjadi di kulit kulup.

    10. Jangan pernah berbagi jarum atau alat suntik

    alergi tato

    Orang yang menggunakan obat intravena (infus) dan sering berbagi jarum atau alat suntik bisa terkena HIV. Pasalnya, jarum yang tidak steril sehabis dipakai bisa menjadi media penularan HIV dari penderita ke tubuh sehat lainnya.

    Bagi Anda yang ingin membuat tato, maka cara pencegahan HIV dan AIDS terbaik yang bisa dilakukan adalah memastikan bahwa studio tato yang Anda tuju menggunakan peralatan dan body piercing (termasuk tinya) yang steril.

    Upaya pencegahan HIV ini juga berlaku bagi petugas kesehatan yang dalam kesehariannya menggunakan jarum suntik dan terpapar darah. Sebab, tidak sengaja tertusuk jarum suntik bekas pasien dengan HIV atau terpapar darah pasien dengan HIV pada area tubuh sendiri yang mengalami luka juga dapat memungkinkan infeksi terjadi.

    11. Konsultasi ke dokter jika Anda hamil

    bidan atau dokter kandungan

    Seperti yang sudah disinggung sebelumhya, penyakit HIV AIDS kerap kali tidak menunjukkan gejala yang berarti. Ini artinya, sangat mungkin bagi ibu wanita hamil yang menderita HIV tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi penyakit tersebut. Padahal HIV termasuk penyakit yang dapat diturunkan dari ibu hamil ke bayi selama kehamilan, persalinan, atau menyusui.

    Akibat kurangnya ketidakwaspadaan, tindakan pencegahan HIV akan terlambat dilakukan. The American College of Obstetricians and Gynecologist mengungkapkan bahwa wanita hamil yang dengan HIV memiliki peluang 1 banding 4 untuk menularkan infeksi kepada bayinya.

    Itu sebabnya, dokter biasanya akan merekomendasikan tes darah sebagai bagian dari pemeriksaan kandungan sekaligus cara pencegahan HIV AIDS. Dengan begitu, pencegahan HIV kepada anak Anda mungkin untuk dilakukan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Risky Candra Swari · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan