backup og meta
Kategori

3

Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi
Konten

Stillbirth (Bayi Lahir Mati): Penyebab, Tanda, dan Cara Mencegahnya

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 29/03/2023

Stillbirth (Bayi Lahir Mati): Penyebab, Tanda, dan Cara Mencegahnya

Selama masa kehamilan, ada berbagai masalah kesehatan yang bisa menimpa si kecil, salah satunya stillbirth atau bayi lahir dalam keadaan meninggal. Stillbirth atau intrauterine fetal death (IUFD) termasuk masalah serius yang perlu calon orangtua pahami. Berikut penjelasan lengkapnya mulai dari pengertian, tanda, penyebab, sampai cara mencegahnya.

Apa itu stillbirth?

Stillbirth atau intrauterine fetal death (IUFD) adalah kondisi bayi meninggal dalam kandungan atau setelah lahir.

Kondisi ini umumnya terjadi saat usia kehamilan setelah 20 minggu. Sementara itu, kematian bayi sebelum minggu ke-20 kehamilan termasuk dalam keguguran.

Berdasarkan aturan WHO, bayi meninggal dalam kandungan adalah bayi yang lahir tanpa tanda-tanda kehidupan pada usia kandungan 28 minggu atau lebih. 

WHO membagi sesuai masa kehamilan, klasifikasi kondisi Intrauterine fetal death (IUFD) aadalah:

  • Usia kehamilan 20 hingga 27 minggu: stillbirth awal (early stillbirth)
  • Usia kehamilan 28 hingga 36 minggu: stillbirth akhir (late stillbirth)
  • Setelah 37 minggu: stillbirth
  • Memiliki bayi sehat di kehamilan berikutnya adalah hal yang mungkin terjadi pada kebanyakan wanita yang pernah mengalami stillbirth.

    Jika penyebab bayi meninggal setelah lahir adalah masalah kromosom tertentu atau masalah tali pusat, kemungkinan bayi lahir mati akan terjadi lagi tergolong kecil. 

    Sementara itu, bila penyebab stillbirth adalah penyakit kronis ibu atau gangguan genetik pada orangtua, risikonya jauh lebih tinggi. 

    Seberapa umumkah kondisi bayi lahir mati?

    Masih mengutip dari WHO, pada 2015, jumlah bayi meninggal dalam kandungan secara global adalah ada 2,6 juta.

    Sementara itu jumlah kematian adalah 7.178 per hari. Mayoritas kondisi ini terjadi pada negara-negara berkembang. 

    Kasus Intrauterine fetal death (IUFD) yang terjadi pada negara dengan penghasilan rendah dan menengah adalah sebanyak 98 persen.

    Lalu, sekitar setengah dari semua kasus bayi meninggal dalam kandungan terjadi pada periode intrapartum (selama proses persalinan hingga kelahiran).

    Periode tersebut merupakan waktu risiko terbesar selama kehamilan.

    WHO memperkirakan, proporsi bayi meninggal dalam kandungan yang intrapartum cukup bervariasi dari 10 persen pada daerah maju, hingga 59 persen di Asia Selatan. 

    Bayi meninggal setelah lahir merupakan kondisi yang dapat terjadi pada siapapun.

    Ini dapat diatasi dengan mengurangi faktor risiko. Konsultasikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.

    Tanda-tanda dan gejala stillbirth

    Biasanya tidak ada tanda darurat sebelum terjadi kematian janin dalam kandungan.  Namun, gejala yang mungkin terjadi sebelum bayi meninggal dalam kandungan sebagai berikut.

    • Perdarahan vagina, terutama selama trimester kedua kehamilan
    • Bayi jarang bergerak, atau hilang sama sekali daripada biasanya.

    Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala bayi meninggal dalam kandungan yang tidak ada di atas. 

    Jika memiliki kekhawatiran akan gejala tertentu, konsultasikan pada dokter.

    Penyebab Intrauterine fetal death (IUFD)

    Sekitar 1 dari 200 kehamilan dapat mengalami kematian sebelum bayi lahir pada usia kandungan lebih dari 20 minggu.

    Tidak jauh berbeda dengan penyebab dari keguguran, penyebab intrauterine fetal death (IUFD) bisa karena kondisi ibu maupun janin.

    Berikut ini penyebab bayi meninggal dalam kandungan atau setelah lahir.

    1. Cacat lahir dengan atau tanpa kelainan kromosom

    Mengutip dari March of Dimes, sekitar 14 dari 100 kasus bayi lahir mati (14 persen) memiliki kondisi cacat lahir termasuk kondisi kelainan genetik, seperti down syndrome.

    Selain itu, kelainan kromosom bertanggung jawab sebesar 15-20 persen dari semua kejadian bayi lahir mati.

    Terkadang, bayi lahir mati juga mempunyai kelainan struktural yang bukan karena kelainan kromosom.

    Akan tetapi, penyebabnya bisa karena genetik, lingkungan, dan penyebab yang tidak orangtua ketahui.

    2. Masalah dengan tali pusat

    Saat persalinan, tali pusat bayi bisa keluar lebih dulu sebelum bayi keluar (prolaps tali pusat).

    Akibanya, hal tersebut menghalangi pasokan oksigen bayi sebelum bayi mampu bernapas sendiri.

    Dua kejadian yang melibatkan tali pusar ini menjadi penyebab bayi meninggal dalam kandungan. Namun, kejadian ini jarang menjadi penyebab utama dari bayi lahir mati.

    3. Masalah pada plasenta

    Sekitar 24 persen masalah pada plasenta menyebabkan stillbirth. Masalah pada plasenta ini mencakup:

    • pembekuan darah,
    • peradangan,
    • masalah dengan pembuluh darah pada plasenta, serta
    • solusio plasenta (plasenta lepas dari dinding rahim sebelum waktunya).

    Wanita yang merokok selama kehamilan lebih mungkin untuk mengalami solusio plasenta daripada wanita yang tidak merokok.

    4. Kondisi kesehatan ibu

    Bayi lahir mati bisa terjadi karena masalah kesehatan pada ibu, seperti:

    Tekanan darah tinggi atau preeklampsia saat hamil meningkatkan risiko abruptio plasenta atau bayi lahir mati dua kali lebih besar.

    5. Intrauterine growth restriction (IUGR)

    IUGR membuat janin memiliki risiko tinggi kekurangan nutrisi. Kekurangan nutrisi ini kemudian membuat pertumbuhan dan perkembangan janin terganggu.

    Pertumbuhan dan perkembangan janin yang berjalan sangat lambat dapat menaikkan risiko lahir mati.

    Bayi yang kecil atau tidak tumbuh sesuai dengan usianya berisiko mengalami kematian karena asfiksia atau kekurangan oksigen sebelum atau selama kelahiran.

    6. Infeksi selama kehamilan yang memengaruhi ibu, bayi, atau plasenta

    Sekitar 1 dari 10 kejadian bayi lahir mati, penyebabnya adalah infeksi. Beberapa infeksi yang dapat menyebabkan bayi lahir mati yaitu:

    Beberapa infeksi ini mungkin tidak menunjukkan gejala dan tidak terdiagnosis sebelum ibu mengalami kondisi yang lebih serius.

    Beberapa kondisi yang lebih serius yaitu kelahiran prematur atau bayi lahir mati.

    Fator yang meningkatkan risiko stillbirth

    Sama seperti keguguran, bayi lahir mati tentu bukan kejadian yang ibu hamil inginkan.

    Berikut hal yang meningkatkan risiko ibu hamil mengalami intrauterine fetal death (IUFD).

    Konsultasikan ke dokter kandungan Anda bila memiliki salah satu faktor risiko di atas.

    Bagaimana stillbirth didiagnosis?

    Dokter akan memeriksa detak jantung janin untuk memastikan keadaan si kecil, pemeriksaan ini menggunakan doppler atau scan ultrasound.

    Bila bayi meninggal dalam kandungan dan tidak ada risiko pada kesehatan, biasanya dokter akan memberi waktu pada ibu hamil untuk berpikir mengenai apa yang ingin Anda lakukan selanjutnya.

    Setelah itu, dokter akan meminta Anda untuk menunggu waktu kelahiran secara alami, atau kelahiran dengan obat (induksi).

    Jika kesehatan ibu hamil berada dalam risiko, bayi tersebut harus lahir sesegera mungkin.

    Biasanya cara mengeluarkan bayi yang sudah mati dalam kandungan tetap menggunakan persalinan normal. 

    Namun, bisa juga dengan tindakan operasi caesar pada kondisi tertentu.

    Apa saja pengobatan untuk stillbirth?

    Ketika seorang ibu mengalami kondisi bayi meninggal dalam kandungan atau setelah lahir, hal penting adalah segera melahirkan bayinya.

    Beberapa ibu mungkin sudah siap menerima induksi saat itu juga untuk merangsang kontraksi rahim, sehingga bisa melahirkan dengan normal (pervaginam).

    Ini adalah cara yang sering dilakukan untuk mengeluarkan bayi yang sudah mati di dalam kandungan.

    Jika leher rahim ibu belum melebar, dokter akan memberikan obat pada vagina ibu untuk merangsang pelebaran leher rahim. 

    Ibu juga akan menerima infus hormon oksitosin untuk merangsang kontraksi rahim.

    Beberapa ibu dengan kondisi tertentu sebaiknya menjalani operasi caesar, seperti:

    • Posisi bayi tidak normal (kepala bayi tidak berada di bawah dekat leher rahim).
    • Ibu mengalami atau pernah mengalami kelainan plasenta.
    • Bayi lebih besar dari ukuran panggul ibu.
    • Menjalani operasi caesar di kehamilan sebelumnya.
    • Kehamilan kembar.

    Dokter perlu melakukan operasi caesar untuk menghindari komplikasi saat persalinan, seperti perdarahan.

    Selain dengan cara melahirkan normal atau operasi caesar, proses mengeluarkan bayi lahir mati juga bisa dengan cara dilatasi dan kuretase (D&C) atau kuret. 

    Dokter akan melakukan prosedur ini jika usia kandungan ibu masih dalam trimester kedua. 

    Dilatasi dan kuretase memiliki komplikasi yang lebih sedikit daripada dengan prosedur induksi sebagai upaya untuk dapat melahirkan normal.

    Bagaimana respon tubuh setelah melahirkan bayi kondisi meninggal?

    Setelah melahirkan, tentu tubuh juga membutuhkan waktu untuk proses pemulihan. Ibu mungkin perlu mendapat perawatan beberapa hari di rumah sakit. 

    Beberapa hari setelah proses melahirkan, ibu akan merasakan penuh pada payudara karena sudah memproduksi ASI. Ini merupakan suatu hal yang normal terjadi. 

    Seiring waktu berjalan, produksi ASI akan berhenti dan ASI akan hilang, tetapi payudara mungkin akan terasa sakit dan nyeri untuk sementara.

    Selain pemulihan kondisi fisik, Anda juga pastinya membutuhkan pemulihan emosional. Ini mungkin menjadi suatu proses yang panjang. 

    Memang tidak mudah untuk menerima kenyataan bahwa Anda telah kehilangan buah hati.

    Pada saat ini, Anda membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekat, terutama pasangan dan keluarga.

    Setelah mengalami kehilangan, beberapa ibu biasanya mempunyai dorongan yang kuat untuk hamil lagi.

    Beberapa wanita mungkin ingin mencoba hamil lagi dengan segera, tetapi sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter untuk mempersiapkan kehamilan lebih baik. 

    Sebaiknya ketahui penyebab kondisi stillbirth, sehingga bisa mencegahnya pada kehamilan nanti. 

    Pada beberapa kasus bayi lahir mati, dokter tidak dapat menjelaskan apa yang menyebabkannya.

    Bagaimana cara mencegah stillbirth?

    Mengutip dari Tommy’s, ada beberapa cara yang bisa ibu hamil lakukan untuk mencegah stillbirth, yaitu:

    Rutin memantau pergerakan bayi

    Mulai usia 16 minggu, Anda mulai merasakan pergerakan bayi dalam kandungan. Ibu hamil juga bisa mengetahui kapan saja bayi bergerak, misalnya saat malam hari atau setelah makan siang.

    Pantau pergerakan janin setiap hari, akan lebih baik bila mencatat setiap gerakannya untuk Anda berikan pada dokter saat konsultasi.

    Tidur menghadap ke kiri saat trimester 3

    Saat ibu hamil tidur menghadap ke kiri selama trimester ketiga, pembuluh darah akan menyuplai oksigen dan darah kepada janin lebih lancar.

    Saat penyaluran oksigen dan darah lancar, perkembangan janin akan semakin baik selama Anda istirahat.

    Berhenti merokok

    Rokok bisa menghambat penyaluran oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin yang bisa memicu bayi lahir mati.

    Bila Anda perokok aktif, akan lebih baik untuk berhenti demi kesehatan ibu hamil dan janin.

    Menjaga berat badan

    Bila BMI Anda lebih dari 30, tandanya sudah masuk obesitas yang bisa memicu komplikasi kehamilan. Biasanya, dokter akan meminta Anda menjaga asupan makanan bila berat badan sudah terlalu tinggi.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 29/03/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan