backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

3 Jenis Alergi pada Anak yang Umum dan Cara Mengatasinya

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 19/09/2023

    3 Jenis Alergi pada Anak yang Umum dan Cara Mengatasinya

    Alergi tak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga bisa menyerang anak-anak. Sebagai orangtua, penting untuk mengetahui alergi apa yang dimiliki si Kecil dan apa pemicunya. Berikut penjelasan seputar alergi pada anak.

    Macam-macam penyebab alergi pada anak dan gejalanya 

    alergi susu anak

    Alergi adalah serangkaian gejala yang timbul sebagai respons berlebihan dari sistem kekebalan tubuh terhadap zat asing (dikenal sebagai alergen) yang masuk ke dalam tubuh.

    Reaksi alergi biasanya terjadi setelah alergen kontak langsung dengan kulit, terhirup, atau dimakan.

    Ada beragam pemicu dan gejala alergi pada anak, tergantung pada masing-masing jenisnya. Berikut macam-macam jenis alergi yang dapat dialami oleh anak.

    1. Alergi makanan

    Makanan adalah pemicu alergi yang paling sering dialami oleh anak. Alergi makanan muncul ketika tubuh bereaksi terhadap protein yang dianggap berbahaya bagi tubuh.

    Reaksi ini biasanya terjadi sesaat setelah makanan dikonsumsi. Kebanyakan kasus alergi makanan pada anak-anak disebabkan oleh:

    • telur,
    • gandum,
    • kedelai,
    • susu sapi,
    • ikan (seperti tuna, salmon),
    • kacang, dan
    • makanan laut (seperti udang, lobster, cumi, kerang).

    Alergi makanan pada daging, buah-buahan, sayuran, padi-padian, dan biji-bijian seperti wijen, juga mungkin terjadi.

    Mengutip dari Healthy Children, gejala atau ciri alergi makanan pada anak, yaitu sebagai berikut.

    • Ruam atau bintik-bintik merah di kulit terlihat seperti gigitan nyamuk.
    • Bersin.
    • Suara mengi.
    • Tenggorokan terasa terikat.
    • Mual dan muntah.
    • Diare.
    • Sulit bernapas.
    • Gatal di sekitar mulut.
    • Denyut jantung cepat.
    • Tekanan darah rendah.
    • Syok anafilaktik.

    Sementara itu, alergi susu sapi terjadi karena adanya reaksi sistem kekebalan tubuh pada anak dengan protein yang terkandung di dalam susu sapi.

    Berdasarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), gejala alergi susu sapi dapat ditunjukan pada anak yang mengonsumsi susu formula. Berikut gejala alergi susu pada anak.

    • Naiknya asam lambung ke tenggorokan secara berulang.
    • Muntah, diare atau sembelit, dan darah pada feses.
    • Kolik persisten (lebih dari 3 jam per hari per minggu selama 3 minggu).
    • Anemia defisiensi besi.
    • Pilek dan batuk kronik.
    • Gagal tumbuh karena diare dan anak tidak mau makan.
    • Anemia defisiensi besi karena darah di tinja. 

    Untuk kasus reaksi alergi parah, kondisi anafilaktik membutuhkan penanganan medis segera.

    Namun, alergi makanan pada anak usia dini bisa hilang. Sekitar 80—90% alergi telur, susu, gandum, dan kedelai tidak akan muncul lagi ketika anak berusia 5 tahun.

    Akan tetapi, hanya sedikit yang bisa benar-benar sembuh dari alergi makanan laut. Artinya, alergi ini akan dibawa hingga usia dewasa nanti.

    Dokter anak maupun ahli alergi dapat melakukan beberapa tes untuk mendiagnosis alergi makanan pada anak dan memantau perkembangan kondisi ini.

    2. Alergi debu, jamur, dan serbuk sari

    Lingkungan juga merupakan salah satu penyebab alergi anak. Jika si Kecil bereaksi berlebihan (seperti batuk atau pilek) terhadap lingkungan, berarti anak Anda memiliki rhinitis alergi.

    Rhinitis alergi adalah peradangan yang terjadi pada rongga hidung akibat reaksi alergi.

    Gejala biasanya langsung terlihat atau timbul setelah anak Anda terpapar pemicu alergi. Beberapa gejalanya meliputi berikut ini. 

    • Mata gatal dan berair, kemarahan atau bengkak.
    • Hidung berair atau tersumbat.
    • Bersin-bersin.
    • Kelelahan.
    • Batuk.

    Terdapat beragam alergen yang bisa memicu reaksi sistem kekebalan tubuh jika terhirup melalui hidung.

    Beberapa jenis alergen yang umum adalah serbuk sari, tungau, debu, spora jamur, serta bulu hewan. Asap rokok dan parfum juga termasuk pemicu alergi ini.

    3. Alergi obat

    Alergi obat adalah reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh terhadap suatu obat yang digunakan. Jenis alergi ini juga bisa terjadi pada anak Anda.

    Berbeda dengan efek samping, reaksi alergi obat muncul karena sistem imun menganggap zat tertentu dalam obat tersebut sebagai substansi yang bisa membahayakan tubuh.

    Sebagian besar alergi obat memiliki gejala yang ringan, dan biasanya akan reda dalam beberapa hari setelah penggunaan obat dihentikan.

    Berikut ini adalah beberapa gejala umum alergi obat yang mungkin terjadi pada si Kecil.

    • Ruam atau bentol-bentol pada kulit.
    • Gatal-gatal.
    • Sesak napas atau napas pendek.
    • Pembengkakan di kelopak mata.

    Gejala alergi obat umumnya muncul secara bertahap seiring sistem kekebalan tubuh yang membangun antibodi untuk melawan obat tersebut.

    Gejala ini mungkin tidak muncul secara langsung saat anak Anda pertama kali menggunakan obat.

    Pada tahap penggunaan pertama, sistem kekebalan tubuh akan menilai obat sebagai substansi berbahaya bagi tubuh kemudian mengembangkan antibodi secara perlahan-lahan.

    Pada penggunaan berikutnya, antibodi ini akan mendeteksi dan menyerang substansi dari obat tersebut. Proses inilah yang bisa memicu gejala-gejala alergi obat.

    Cara membedakan flu biasa dan alergi pada anak

    Flu disebabkan oleh infeksi virus influenza, sedangkan alergi merupakan reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap zat pemicu alergi. Berikut perbedaan gejalanya. 
    • Meski sama-sama menyebabkan bersin, hidung meler, dan sakit tenggorokan, flu disertai demam yang berlangsung 3—4 hari.
    • Lendir akibat flu berubah menjadi lebih kental, sedangkan alergi bening.
    • Flu sering disertai dengan nyeri otot dan sendi.
    • Alergi ditandai mata gatal dan berair. Pada anak, kantung mata juga bisa membengkak dan menghitam akibat sering diusap atau digaruk.
    • Flu biasanya akan benar-benar hilang dalam waktu 1—2 minggu.
    • Flu sangat mudah menular dan biasanya terjadi pada musim hujan atau ketika anak kehujanan. Sebaliknya, alergi tidak menular, tetapi bisa terjadi beberapa kali sepanjang tahun akibat terpapar pemicu. Jika terus terpapar, gejalanya bisa berlangsung hingga 6 bulan.

    Cara mengatasi alergi pada anak

    reaksi alergi

    Alergi umumnya merupakan kondisi yang tidak bisa disembuhkan. Namun, terdapat beberapa cara yang bisa Anda lakukan guna menangani alergi pada anak, yaitu sebagai berikut.

    1. Kenali gejala

    Penting bagi Anda untuk mengenali gejala alergi yang dialami anak agar penanganan bisa dilakukan dengan lebih tepat.

    Dengan mengenali gejalanya, Anda jadi lebih tahu jenis alergi apa yang diderita anak dan apa pemicu yang bisa dihindari agar alergi si Kecil tidak semakin parah.

    2. Kendalikan gejala

    Anda dapat melakukan pengendalian terhadap gejala yang dialami si Kecil dengan menghindari pemicu alergi. Memberi nutrisi untuk anak yang tepat juga bisa membantu mengendalikannya.

    Hal ini disesuaikan dengan jenis alergi apa yang dimiliki oleh anak.

    Salah satu contohnya, jika si Kecil mengalami alergi susu sapi, sebaiknya berikan susu formula soya yang sudah difortifikasi sehingga lebih aman untuk si Kecil.

    Bagi anak yang tidak cocok susu sapi, dapat diberikan nutrisi tepat pengganti susu sapi yang memiliki kandungan seperti berikut ini.

    • DHA (mendukung pembentukan otak anak).
    • Omega 3 dan 6 (meningkatkan kecerdasan otak anak).
    • Serat pangan (mencegah sembelit).
    • IronC (kombinasi zat besi dan vitamin C).
    • Isolat protein soya berkualitas.

    3. Konsultasi dengan dokter

    Bila anak mengalami gejala alergi yang berat, segera konsultasikan dengan dokter spesialis anak untuk mendapat rekomendasi penanganan yang tepat.

    Hal ini juga berlaku jika Anda merasa ragu dengan gejala yang dialami oleh anak.

    Sesuai dengan penyebab alergi, dokter mungkin akan meresepkan jenis obat, seperti:

    • antihistamine,
    • obat tetes mata, dan
    • semprotan nasal.

    Beberapa jenis obat tersebut juga ada yang tersedia tanpa resep dokter dan bisa diperoleh secara bebas di pasaran.

    Bila alergi disebabkan oleh debu, jamur, serbuk sari, hewan, atau sengatan serangga, dokter juga bisa menyarankan suntikan alergi atau imunoterapi.

    Konsultasi dengan dokter anak akan membantu Anda untuk lebih memahami tindakan apa yang sebaiknya dilakukan.

    Ingatlah bahwa alergi dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup si Kecil. Oleh karena itu, penting untuk bekerja sama dengan dokter untuk mengelola kondisi ini.

    Jika Anda memiliki anak dengan alergi, pastikan untuk mengikuti rekomendasi dokter dan memberikan dukungan yang diperlukan oleh anak Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 19/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan