backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Spiramycin

Ditinjau secara medis oleh Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm. · Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 19/04/2022

    Spiramycin

    Tanpa disadari, infeksi toksoplasmosis sudah menyerang jutaan orang. Meski kebanyakan orang tidak merasakan gejalanya, penyakit ini juga bisa mengakibatkan masalah kesehatan yang serius. Maka dari itu, dibutuhkan obat antibiotik seperti spiramycin untuk mengatasinya.

    Golongan obat: antibiotik

    Merk dagang: Kalbiotic, Provamed, Rofacin, Rovadin, Spiradan

    Apa itu obat spiramycin?

    resistensi antibiotik

    Spiramycin atau spiramisin adalah obat untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri. Spiramycin tergolong dalam kelas obat antibiotik, khususnya jenis makrolid yang bekerja dengan menghambat pertumbuhan bakteri.

    Obat ini seringkali digunakan untuk mengobati infeksi toksoplasmosis pada wanita hamil. Selain itu, spiramisin juga dapat mengatasi infeksi bakteri dan parasit lainnya, terutama yang termasuk ke dalam bakteri gram positif maupun negatif seperti berikut ini.

  • Streptococcus pyogenes (penyebab radang tenggorokan, tonsilitis, selulitis, demam rematik),
  • Staphylococcus aureus (penyebab infeksi saluran pernapasan atas),
  • Corynebacterium diphtheriae (penyebab difteri),
  • Neisseria meningitidis (penyebab meningitis),
  • Bordetella pertussis (penyebab batuk rejan), dan
  • Campylobacter (salah satu penyebab keracunan makanan dan diare).
  • Karena spiramisin merupakan antibiotik, obat ini tidak dapat dipakai untuk mengobati demam, flu, atau penyakit lainnya yang disebabkan oleh infeksi virus.

    Dosis spiramycin

    Dosis yang diberikan bergantung pada kondisi dan usia pasien. Berikut merupakan dosis oral yang umum diberikan untuk mengatasi infeksi seperti toksoplasmosis, cryptosporidiosis, atau infeksi parasit.

    • Dewasa dan remaja: 1–2 gram atau setara dengan 3.000.000–6.000.000 IU diminum 2 kali sehari, atau 500 mg sampai 1 gram (1.500.000–3.000.000 IU) sebanyak 3 kali sehari. Untuk infeksi berat, dosisnya adalah 2–2,5 gram (6.000.000–7.500.000 IU) sebanyak 2 kali sehari.
    • Anak-anak: 25 mg (75.000 IU) per kg (11,4 mg per pon) berat badan diminum 2 kali sehari, atau 17 mg (51.000 IU) per kg (7,7 mg per pon) berat badan 3 kali sehari.

    Terkadang, obat juga bisa diberikan melalui infus. Pemberian obat ini akan dilakukan oleh dokter di rumah sakit.

    Aturan pakai spiramycin

    Obat batuk rejan antibiotik

    Mengingat spiramycin merupakan antibiotik, penggunaannya harus dengan resep dokter. Minumlah obat dengan dosis yang sesuai, jangan menambah atau mengurangi dosis tanpa sepengetahuan dokter.

    Meski kondisi tubuh mulai membaik, Anda tetap harus minum obat sampai habis atau sampai waktu yang telah ditentukan. Jika Anda tidak minum antibiotik hingga tuntas, kemungkinan infeksi dapat kembali.

    Usahakan minum obat pada jam yang sama setiap harinya agar kerja obat lebih efektif. Jangan menggerus obat, menghancurkan, menggigit, atau mematahkannya. Telan obat seutuhnya dengan bantuan air minum.

    Spiramisin paling baik disimpan pada suhu ruangan, yaitu berkisar antara 15–30 derajat Celsius. Hindari menyimpan obat ini di tempat yang lembap seperti kamar mandi atau di tempat yang terkena cahaya matahari langsung.

    Efek samping spiramycin

    Spiramisin bisa menimbulkan efek samping berupa masalah pencernaan, termasuk mual, muntah, diare, atau sakit perut. Apabila berbagai efek samping obat tersebut berlanjut atau semakin mengganggu, hubungi dokter.

    Pada orang-orang yang memiliki alergi atau hipersensitivitas terhadap bahan-bahan dalam obat, bisa muncul reaksi alergi yang meliputi gatal-gatal, sulit bernapas, dan pembengkakan pada wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan.

    Segera cari pertolongan medis ketika Anda mengalami reaksi alergi parah (anafilaktik) akibat obat ini. Mungkin ada pula beberapa efek samping yang tidak disebutkan di atas.

    Jika Anda memiliki kekhawatiran mengenai efek samping tertentu, konsultasikanlah pada dokter atau apoteker Anda.

    Peringatan dan perhatian saat memakai obat

    konsultasi dokter, dokter dan pasien

    Setiap obat-obatan memiliki peringatan dan risiko yang harus Anda ketahui. Maka dari itu, pastikan Anda memberi tahu dokter bila memiliki kondisi medis lainnya.

    Ini penting untuk memastikan agar penggunaan obat tidak akan membuat kondisi lain yang Anda miliki memburuk.

    Selain itu, beritahu dokter mengenai obat-obatan yang sedang Anda gunakan, baik obat resep, nonresep, suplemen, atau obat herbal. Hal ini karena beberapa jenis obat mungkin dapat berinteraksi dengan spiramycin.

    Jangan mengonsumsi spiramycin bila Anda memiliki riwayat alergi terhadap obat ini atau bahan-bahan lain yang mungkin terkandung di dalamnya.

    Apakah obat ini aman untuk ibu hamil dan menyusui?

    Obat spiramycin biasanya direkomendasikan untuk mengatasi infeksi toksoplasmosis saat hamil dan menyusui. Obat bisa membantu mencegah penularan infeksi pada janin.

    Biasanya, antibiotik diberikan selama 21 minggu pertama kehamilan atau sampai janin tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi kongenital.

    Kendati demikian, untuk memastikan kembali keamanannya, Anda tetap harus berkonsultasi kepada dokter sebelum menggunakan obat ini.

    Hal ini juga berlaku pada ibu yang sedang menyusui. Spiramisin bisa saja mengalir ke dalam ASI, jadi tanyakan pada dokter mengenai keamanan penggunaan obat ini.

    Obat-obatan apa yang mungkin berinteraksi dengan spiramycin?

    Interaksi obat dapat mengubah kinerja obat atau meningkatkan risiko efek samping yang serius. Berikut ini beberapa kelompok obat-obatan yang dapat berinteraksi dengan spiramisin.

    • Obat-obatan penyakit Parkinson seperti carbidopa dapat mengurangi efektivitas obat carbidopa.
    • Obat untuk mengatasi rinitis alergi seperti castemizole atau obat pencernaan seperti cisapride dapat meningkatkan risiko aritmia (gangguan irama jantung) bila digunakan bersama dengan spiramisin.
    • Obat skizofrenia seperti flufenazin, bisa menimbulkan risiko distonia akut (kontraksi otot tak sadar).

    Mungkin ada interaksi dengan obat-obatan lainnya yang belum disebutkan. Bila Anda ragu akan interaksi obat tertentu, tanyakan kepada dokter atau apoteker.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.

    Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita


    Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 19/04/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan