backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Domperidone

Ditinjau secara medis oleh Apt. Ambar Khaerinnisa, S.Farm · Farmasi · None


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 12/04/2023

Domperidone

Sebagian besar dari Anda pasti pernah merasakan mual dan/atau muntah. Saat ini terjadi, rasanya tentu tak nyaman. Untuk mengatasi kondisi ini, obat pereda mual, seperti domperidone, mungkin dibutuhkan.

Cari tahu serba-serbi tentang obat domperidone atau domperidone maleate pada ulasan berikut ini.

Golongan obat: Antiemetik

Merek dagang: Vomecho, Etalium, Domperidone, Nozia, Vola, Periflux, Vometa, Vosedon, Dome, Gerdilium, Vomina, Costil, Rosidon, Vomiper, Vesperum, Dominal, Vometin, Gaflux, Motilium, Vomitas FDT, Dom, Domilium, Tilidon, Hufadon, Vomistop FT, Nudone, Monell, Omedom, Vomarin, Vometin, Vomitas, Vidon, Domeran, Gerdilium, Prospep, Nomesis, Yaridon, Vomistop, Regit, Costil, Fudo FT, Vometa FT, Genpridon, Vesperum, Dometa, Vola, Vidon, Dome 10, Fudo, Domedon, Tilidon, Domperidone Maleate, Domestrium, Lexadon, Galdom, Emequa.

Apa itu obat domperidone?

Domperidone (domperidon) atau domperidone maleate adalah obat yang digunakan untuk mengatasi mual dan muntah pada anak remaja (usia 12 tahun) hingga dewasa.

Fungsi obat domperidone yaitu meningkatkan pergerakan atau kontraksi lambung dan usus.

Obat domperidon juga digunakan untuk mengobati mual dan muntah yang disebabkan oleh obat lain yang digunakan untuk mengobati penyakit Parkinson.

Selain kegunaan tersebut, domperidone juga mungkin digunakan untuk tujuan lain yang tidak dituliskan pada petunjuk pengobatan ini.

Tanyakan kepada dokter atau apoteker untuk informasi lebih lanjut mengenai fungsi dan kegunaan obat ini.

Dosis obat domperidone

chloral hydrate

Obat domperidone maleate umumnya tersedia dalam berbagai sediaan berikut yang dikonsumsi secara oral.

  • Tablet 10 mg.
  • Sirup atau suspensi 5 mg/5 ml.
  • Drops 5 mg/ml.

Adapun dosis domperidone untuk mengatasi mual dan muntah dapat disesuaikan dengan sediaan atau jenis obat. Berikut ketentuannya.

1. Tablet

  • Dewasa: dosisnya 10 mg sebanyak tiga kali sehari. Dosis maksimal 30 mg per hari. Namun, beberapa orang mungkin membutuhkan dosis yang lebih tinggi hingga 20 mg sebanyak 3—4 kali sehari.
  • Anak-anak: untuk anak di atas usia 12 tahun ke atas dengan berat 35 kg atau lebih, yaitu sama dengan dosis orang dewasa.

2. Sirup/suspensi

  • Dewasa: dosisnya 10 ml sebanyak tiga kali sehari. Dosis maksimal 30 ml per hari.
  • Anak-anak: untuk anak di atas usia 12 tahun ke atas dengan berat 35 kg atau lebih, yaitu sama dengan dosis orang dewasa.

3. Drops

Obat dalam sediaan drops bisa diberikan untuk anak usia 0—18 tahun selama dalam pengawasan dokter.

Adapun dosis obat domperidon untuk anak dalam sediaan drops, yaitu 2,5 mg per 10 kg berat badan sebanyak 3—4 kali sehari.

Catat!

Pengobatan dengan domperidon hanya diberikan untuk jangka pendek dengan durasi maksimal satu minggu. Gunakan dosis efektif terendah untuk durasi sesingkat mungkin yang diperlukan untuk mengendalikan gejala.

Dosis obat bisa berbeda pada setiap orang. Selalu ikuti ketentuan dosis yang dokter berikan untuk membantu mengatasi masalah Anda.

Aturan pakai obat domperidone

Domperidone adalah obat yang digunakan secara oral atau minum. Konsumsi obat ini mengikuti aturan yang diberikan oleh dokter atau apoteker sebelum mulai pengobatan.

Minum obat 15—30 menit sebelum makan dan sebelum Anda tidur jika dibutuhkan.

Jika Anda mengonsumsi obat tablet, telan obat secara utuh dengan air. Jangan menggerus atau mengunyah obat.

Namun, jika Anda mengonsumsi obat berbentuk sirup, suspensi, atau drops, gunakan sendok atau gelas ukur atau pipet yang disediakan dalam bungkus obat.

Untuk obat suspensi, kocok botol obat terlebih dahulu sebelum digunakan dan pastikan cairan sudah tercampur rata.

Usahakan selalu minum obat pada jam yang sama setiap hari. Apabila Anda melupakan satu dosis obat ini, minum langsung dosis normal sesegera mungkin.

Bila sudah mendekati waktu dosis berikutnya, lewati dosis yang terlupakan dan kembali ke jadwal dosis yang biasa.

Namun, obat hanya boleh digunakan maksimal selama satu minggu, kecuali dokter menginstruksikan hal lainnya.

Jika mual dan muntah sudah menghilang, Anda bisa menghentikan konsumsi obat. Konsultasikan pada dokter atau apoteker jika Anda punya pertanyaan.

Efek samping obat domperidone

mulut kering saat bangun tidur

Beberapa efek samping obat domperidone dapat terjadi begitu saja tanpa membutuhkan perawatan medis yang serius.

Namun, periksakan kepada dokter jika Anda mengalami efek samping berikut berkelanjutan atau mengganggu atau jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut.

Efek samping domperidone yang cukup sering terjadi (1 dari 10 orang), yaitu mulut kering. Sementara efek samping obat domperidon yang cukup jarang terjadi (1 dari 100 orang), yaitu sebagai berikut.

  • Sakit kepala.
  • Diare.
  • Kulit gatal.
  • Mengantuk.
  • Gelisah.
  • Nyeri atau bengkak pada payudara.
  • Kurang bertenaga.
  • Kehilangan nafsu seksual pada pria.
  • ASI keluar dari puting susu pada wanita dan pria.

Selain itu, beberapa efek samping mungkin memerlukan penanganan medis segera. Jika Anda mengalami salah satu efek samping di bawah ini, sebaiknya Anda segera cari bantuan medis.

  • Detak jantung cepat, tidak teratur, atau tidak normal.
  • Nyeri dada atau dada seperti tertekan.
  • Kejang.
  • Pergerakan tubuh yang tak terkendali, seperti pada mata atau lidah.
  • Postur tubuh yang tidak normal, seperti leher bengkok atau otot terasa kaku atau bergetar.
  • Muncul reaksi alergi, seperti pembengkakan pada tangan, kaki, wajah, bibir, atau tenggorokan, ruam, dan gatal-gatal.
  • Tidak semua orang mengalami efek samping tersebut. Mungkin pula ada beberapa efek samping yang tidak disebutkan di atas. Perlu diperhatikan juga bahwa efek samping di tiap orang berbeda-beda.

    Bila Anda memiliki kekhawatiran mengenai efek samping tertentu dan bahkan mengalami kondisi lainnya, silakan berkonsultasi pada dokter atau apoteker Anda.

    Peringatan dan perhatian saat pakai obat domperidone

    Beberapa kondisi medis dapat berinteraksi dengan domperidon. Beri tahu dokter apabila Anda memiliki riwayat kondisi medis tertentu, terutama salah satu dari berikut ini.

    • Alergi terhadap domperidone atau bahan lain yang terkandung di dalam obat ini.
    • Penyakit ginjal.
    • Penyakit hati.
    • Memiliki tumor kelenjar hipofisis (prolaktinoma).
    • Penyakit jantung.
    • Masalah pada sistem pencernaan, misal perdarahan pada lambung atau usus atau usus tersumbat atau robek.
    • Masalah pada mineral esensial dalam tubuh, seperti kadar kalium rendah atau tinggi dalam darah atau kadar magnesium rendah dalam darah.
    • Hamil atau menyusui.

    Perlu Anda ketahui, efek samping dari obat domperidon lebih rentan terjadi pada anak-anak dan lansia.

    Oleh karena itu, pastikan Anda telah berkonsultasi kepada dokter sebelum memberikan obat domperidone untuk anak atau lansia.

    Pada lansia di atas usia 60 tahun, penggunaan domperidon sering dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan irama jantung dan serangan jantung.

    Namun, risiko ini juga meningkat bila Anda mengonsumsi dosis obat lebih tinggi dari 30 mg per hari atau jika diberikan bersamaan dengan obat tertentu.

    Maka dari itu, beri tahu kepada dokter bila Anda sedang mengonsumsi obat untuk mengobati penyakit tertentu, misal infeksi, atau jika Anda memiliki masalah jantung atau HIV/AIDS.

    Segera beri tahu dokter pula bila Anda mengalami gejala gangguan irama jantung, seperti jantung berdebar, kesulitan bernapas, hingga kehilangan kesadaran.

    Pada kondisi ini, pengobatan dengan domperidon harus dihentikan. Tanyakan kepada dokter atau apoteker untuk info lebih lanjut.

    Bagaimana cara menyimpan domperidone?

    Domperidone adalah obat yang paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap.

    Jangan simpan obat di kamar mandi dan jangan dibekukan. Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan.

    Buang obat bila sudah habis masa berlakunya. Untuk membuang obat berbentuk padat, hancurkan obat terlebih dahulu, lalu campur dengan tanah atau bahan kotor lainnya.

    Masukkan ke plastik dan buang ke tempat sampah. Jangan lupa untuk menghilangkan semua label yang ada di wadah obat.

    Untuk obat cairan non-antibiotik, isinya bisa dibuang ke saluran pembuangan air. Pisahkan cairan dan botol obat agar tidak disalahgunakan serta lepaskan label yang ada di wadah obat.

    Jika ada pertanyaan, konsultasikan kepada apoteker mengenai bagaimana cara aman membuang obat Anda.

    Apakah obat domperidone aman untuk ibu hamil dan menyusui?

    antihistamin

    Penelitian yang diterbitkan pada The Journal of Obstetrics and Gynaecology Research menemukan fakta bahwa paparan domperidone selama trimester kehamilan tidak berhubungan dengan peningkatan risiko malformasi mayor pada bayi.

    Bisa dikatakan, penggunaan obat domperidon selama kehamilan mungkin aman dilakukan. Meski begitu, sebaiknya Anda tetap memberi tahu dokter jika sedang hamil atau berpikir Anda hamil sebelum mengonsumsi obat ini.

    Dokter akan mempertimbangkan potensi manfaat dan risiko sebelum menggunakan obat ini sesuai kondisi Anda.

    Sementara itu, obat ini tidak disarankan untuk dikonsumsi saat menyusui. Pasalnya, sejumlah kecil obat domperidon diketahui terdeteksi dalam ASI.

    Konsumsi domperidone diketahui dapat memberikan efek samping yang tak diinginkan yang memengaruhi jantung pada bayi yang disusui.

    Penggunaan obat domperidone saat menyusui hanya boleh dilakukan jika manfaatnya lebih besar daripada risikonya.

    Selalu beri tahu dokter bila Anda sedang menyusui sebelum memulai pengobatan.

    Interaksi obat domperidone dengan obat lainnya

    Interaksi domperidone maleate dengan beberapa obat lain dapat memengaruhi cara kerja obat dan meningkatkan risiko efek samping yang berbahaya.

    Oleh karena itu, beri tahu kepada dokter mengenai semua obat yang sedang Anda konsumsi atau gunakan.

    Berikut adalah beberapa obat yang diketahui dapat berinteraksi dengan domperidon.

    • Obat infeksi jamur, seperti ketoconazole atau fluconazole.
    • Antibiotik tertentu, seperti erythromycin, levofloxacin, atau spiramycin.
    • Antidepresan, seperti citalopram atau escitalopram.
    • Antihistamin atau alergi, seperti mequitaine atau mizolastine.
    • Obat untuk masalah jantung atau hipertensi, seperti disopyramide, amiodarone, quinidine, atau sotalol.
    • Obat-obatan untuk gangguan mood, seperti haloperidol atau pimozide.
    • Obat untuk masalah pencernaan, seperti cisapride atau dolasetron.
    • Obat-obatan untuk kanker, seperti toremifene atau vincamine.
    • Obat-obatan untuk infeksi HIV, seperti ritonavir atau indinavir.
    • Methadone (pereda nyeri yang kuat).
    • Obat untuk malaria, seperti halofantrine atau lumefantrine.

    Daftar di atas tidak menjelaskan semua kemungkinan interaksi obat. Catat semua produk yang Anda gunakan, termasuk obat resep, obat nonresep, vitamin, suplemen, dan produk herbal

    Tanyakan pada dokter atau apoteker untuk informasi lebih lanjut.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    Apt. Ambar Khaerinnisa, S.Farm

    Farmasi · None


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 12/04/2023

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan