backup og meta
Kategori
Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi
Konten

Mirip dengan Depresi Postpartum, Kenali Masalah Psikosis Postpartum

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 29/04/2021

Mirip dengan Depresi Postpartum, Kenali Masalah Psikosis Postpartum

Pernahkah Anda mendengar mengenai psikosis postpartum sebelumnya? Psikosis postpartum adalah salah satu kondisi yang termasuk ke dalam masalah mental ibu setelah melahirkan.

Meski terbilang jarang terjadi, kemunculan kondisi ini sebaiknya tidak dibiarkan karena dapat berujung serius. Agar cepat terdeteksi dan tertangani dengan baik, mari cari tahu berbagai informasi seputar psikosis postpartum.

Apa itu psikosis postpartum?

Ibu yang baru saja melahirkan atau sedang berada di masa nifas rentan mengalami masalah mental seperti stres, kecemasan, hingga depresi.

Salah satu yang mungkin dialami ibu yakni psikosis postpartum.

Psikosis postpartum adalah penyakit mental serius yang kerap dialami ibu dalam beberapa hari atau minggu usai persalinan.

Masalah mental yang satu ini dapat berkembang secara tiba-tiba bahkan hanya dalam beberapa jam sekali pun ibu belum pernah mengalami penyakit mental.

Biasanya, ibu dengan masalah mental ini dapat mengalami gejala selama beberapa minggu atau lebih sehingga perlu penanganan segera.

Psikosis postpartum juga dikenal sebagai psikosis nifas (puerperal psychosis) atau psikosis pascakelahiran (postnatal psychosis).

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, psikosis pascamelahirkan lebih jarang terjadi ketimbang baby blues dan depresi postpartum.

Melansir dari Royal College of Psychiatrists, hanya 1 dari 1000 ibu baru melahirkan atau sekitar 0,1% yang akan mengalami gejala psikosis setelah melahirkan.

Namun, bila diurutkan dari gejala yang paling ringan, baby blus menempati urutan pertama dan depresi postpartum di urutan kedua.

Sementara psikosis postpartum adalah bentuk masalah mental dengan gejala yang paling parah, melansir dari MGH CENTER for Women’s Mental Health.

Seberapa umumkah kondisi ini?

Sering kali, ibu yang memiliki psikosis pascamelahirkan juga memiliki manic depression (bipolar affective disorder) atau schizophrenia.

Jika Anda pernah mengalami psikosis postpartum sebelumnya, atau pernah mengalami gangguan mental saat sedang hamil, Anda berada dalam risiko.

Anda akan lebih mungkin mengidap psikosis postpartum jika Anda memiliki sejarah gangguan mental pada keluarga Anda, terutama gangguan bipolar.

Namun, memiliki faktor-faktor tersebut belum tentu berarti Anda akan mengalami psikosis postpartum setelah melahirkan.

Jika bidan dan dokter Anda mengetahui Anda memiliki risiko, mereka bisa dengan cepat merencanakan penanganan untuk Anda.

Jadi, pastikan Anda mengenali perubahan pada diri sendiri khususnya dalam masa perawatan setelah melahirkan normal, seperti perawatan luka perineum.

Sementara jika Anda melahirkan secara caesar, pahami kondisi tubuh di masa pasca operasi caesar dalam upaya perawatan luka SC (caesar).

Hal ini bertujuan agar luka bekas operasi caesar cepat pulih.

Apa saja gejala psikosis postpartum?

Gejala psikosis postpartum dapat bervariasi pada setiap ibu yang biasanya mulai terlihat di sekitar minggu pertama atau kedua setelah melahirkan.

Gejalanya biasanya mencakup suasana hati yang mudah berubah, depresi, kebingungan, halusinasi, dan delusi.

Awalnya Anda akan merasa gembira, berenergi, tidak bisa tidur, hingga kemudian berlanjut dengan gejala yang tidak wajar.

Psikosis pascapersalinan lebih mirip dengan gangguan bipolar dan manic depression dibandingkan dengan depresi.

Setiap kasus psikosis postpartum memiliki gejala yang berbeda, tapi gejala yang umum terjadi adalah sebagai berikut:

  • Mendengar suara dan melihat hal-hal yang tidak ada (halusinasi)
  • Perubahan mood yang ekstrim (mood swings)
  • Berperilaku manik (mood manic), misalnya bicara atau berpikir terlalu banyak dan cepat, merasa terlalu senang, dan lainnya
  • Merasa bingung, curiga, dan takut
  • Berkhayal atau percaya pada hal yang tidak benar dan tidak logis (delusi)
  • Menunjukkan tanda depresi, menarik diri dari lingkungan, dan gampang menangis
  • Kurang berenergi, kehilangan nafsu makan, gelisah, dan sulit tidur
  • Menjadi sangat agresif atau kasar
  • Merasa paranoid
  • Sulit berkonsentrasi
  • Memperlakukan bayi dengan cara yang tidak tepat
  • Berencana untuk menyakiti diri sendiri maupun bayi

Bila Anda atau orang terdekat yang baru saja melahirkan menunjukkan perubahan perilaku terkait berbagai gejala tersebut, segera periksakan lebih lanjut ke dokter.

Apa penyebab psikosis postpartum?

Merawat bayi, terlebih belajar menjadi ibu baru, memang bukan perkara mudah.

Ketika Anda dihadapkan dengan munculnya masalah mental di saat harus melaksanakan kewajiban sebagai seorang ibu baru, Anda mungkin jadi menyalahkan diri sendiri.

Padahal, masalah mental apa pun yang terjadi bukanlah salah Anda maupun pasangan, termasuk psikosis postpartum.

Penyebab psikosis postpartum tidak ada kaitannya dengan hubungan seks setelah melahirkan, stres, dan kemungkinan lainnya yang Anda perkirakan.

Adanya faktor genetik dan riwayat keluarga yang pernah mengalami mungkin bisa menjadi penyebab psikosis postpartum.

Selain itu, perubahan kadar hormon dan pola tidur yang terganggu juga mungkin turut andil sebagai penyebab masalah mental yang satu ini.

Meski begitu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mencari tahu penyebab pasti dari psikosis pascamelahirkan.

Apa faktor risiko psikosis postpartum?

Penyebab psikosis pascapersalinan memang belum diketahui dengan jelas. Akan tetapi, beberapa faktor risiko tertentu dapat meningkatkan peluang Anda untuk mengalaminya.

Berbagai faktor risiko psikosis postpartum adalah sebagai berikut:

  • Pernah mengalami psikosis pascapersalinan sebelumnya
  • Memiliki gangguan kejiwaan bipolar tipe 1 maupun skizofrenia
  • Mengalami masalah mental parah saat hamil
  • Memiliki riwayat keluarga yang pernah mengalami masalah mental parah, terutama gangguan bipolar
  • Memiliki ibu atau saudara perempuan yang pernah mengalami psikosis pascapersalinan

Ibu yang baru pertama kali melahirkan biasanya lebih berisiko mengalami psikosis pascamelahirkan ketimbang ibu yang sudah pernah melahirkan sebelumnya.

Risiko ibu untuk mengalami psikosis pascamelahirkan juga semakin besar bila mengalami masalah atau komplikasi persalinan sehingga menimbulkan trauma melahirkan.

Bagaimana cara mengatasi psikosis postpartum?

Penting untuk segera mencari pertolongan sesegera mungkin bila gejala Anda atau orang terdekat mengarah pada psikosis pascamelahirkan.

Jika kondisi tidak ditangani, halusinasi dan khayalan dapat membuat Anda melakukan hal yang tidak akan terpikirkan saat sedang dalam keadaan sehat.

Hal ini tentu dapat membahayakan hidup Anda dan bayi yang baru lahir.

Jenis pengobatan tergantung dari seberapa parah kondisi Anda dan bagaimana Anda menyusui bayi Anda.

Jika Anda ingin tetap menyusui, dokter akan meresepkan obat yang aman untuk ibu menyusui.

Penanganan untuk psikosis postpartum adalah berikut ini:

1. Pemberian obat-obatan

Masalah mental ini dapat ditangani dengan obat-obatan antipsikotik atau antidepresan di bawah pengawasan dokter maupun psikiater.

Berikut obat-obatan yang dapat diberikan untuk membantu mengobati psikosis postpartum:

  • Antidepresan untuk meringankan depresi.
  • Antipsikotik untuk meringankan gejala manik dan psikotik, seperti delusi dan halusinasi.
  • Penenang atau penstabil suasana hati guna mencegah gejala berulang.

Bila diperlukan, dokter mungkin akan menyarankan Anda untuk dirawat di rumah sakit untuk sementara waktu.

Sementara bayi bisa diurus oleh pasangan, anggota keluarga lainnya, maupun babysitter.

2. Terapi psikologis

Dokter juga mungkin akan menyarankan Anda untuk menjalani terapi bicara, seperti cognitive behavioral therapy (CBT).

Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah terapi bicara yang dapat membantu Anda mengelola masalah dengan mengubah cara berpikir dan berperilaku.

3. Terapi elektrokonvulsif (ECT)

Terapi elektrokonvulsif atau electroconvulsive therapy (ECT) adalah jenis stimulasi otak yang terkadang disarankan jika semua opsi pengobatan lain gagal.

Anda juga disarankan untuk menjalani terapi ini ketika kondisi sudah mengancam nyawa.

Kebanyakan ibu yang mengalami psikosis pascapersalinan bisa sembuh total setelah menerima perawatan yang tepat.

Kebanyakan wanita pulih dari psikosis pascamelahirkan dalam beberapa minggu pengobatan, tapi pemulihan total dapat memakan waktu yang lebih lama.

Butuh waktu berapa lama sampai pulih?

Gejala psikosis postpartum yang tergolong parah dapat berlangsung selama kurang lebih sampai 12 minggu.

Biasanya, Anda butuh waktu sekitar 6-12 bulan hingga benar-benar pulih dari kondisi tersebut.

Psikosis pascamelahirkan kerap diikuti oleh kecemasan, depresi, hingga rendahnya kepercayaan diri sehingga butuh waktu untuk mengenali kondisi diri Anda.

Meski begitu, adanya dukungan yang kuat dari pasangan, keluarga, dan orang-orang terdekat lainnya dapat membantu Anda agar lebih mudah melalui masa-masa sulit ini.

Setelah menjalani pengobatan yang tepat, kondisi ibu dengan psikosis pascamelahirkan dapat sembuh total seperti sedia kala.

Maka itu, jika Anda pernah memiliki gangguan mental dan khawatir tentang psikosis postpartum, diskusikan dengan bidan atau dokter Anda.

Jika Anda merasa Anda atau orang yang Anda kenal mungkin menderita psikosis postpartum, segera cari bantuan medis.

Walaupun hal ini merupakan kondisi yang serius, kebanyakan wanita berhasil pulih total dengan penanganan yang tepat.

Bisakah mencegah psikosis postpartum?

Pencegahan psikosis pascamelahirkan bisa dilakukan dengan konsultasi dan perawatan yang tepat dari dokter selama kehamilan bila Anda berisiko mengalami masalah ini.

Bahkan, konsultasi dan perawatan bisa dilakukan saat Anda sedang merencanakan atau sebelum kehamilan.

Tak lupa, setelah melahirkan sebaiknya tetap rutin memeriksakan diri ke dokter guna mendeteksi dan menangani sejak dini bila ada kemungkinan Anda memiliki masalah mental.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 29/04/2021

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan