backup og meta
Kategori
Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

Ayo, ke Toilet! Ini Alasan Ibu Hamil Tidak Boleh Menahan Kencing

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 14/10/2021

    Ayo, ke Toilet! Ini Alasan Ibu Hamil Tidak Boleh Menahan Kencing

    Selama masa kehamilan, ukuran perut yang semakin besar bisa meningkatkan frekuensi buang air kecil. Ini yang membuat ibu hamil lebih memilih untuk menahan kencing. Akan tetapi, kebiasaan menahan kencing saat hamil bisa berdampak pada kesehatan ibu dan janin, lho! Berikut penjelasan seputar menahan buang air kecil saat sedang hamil.

    Bolehkah menahan kencing saat hamil?

    stres pada ibu hamil

    Pada dasarnya, ibu tidak boleh menahan kencing, baik saat sedang hamil maupun tidak.

    Alasannya, menahan kencing saat hamil dapat menyebabkan gangguan kesehatan, salah satunya infeksi saluran kemih (ISK).

    Terlebih, ibu hamil memiliki risiko lebih tinggi terkena ISK

    Semakin sering ibu hamil menahan pipis, semakin tinggi risiko ibu untuk mengalami ISK selama kehamilan.

    Namun, menahan kencing saat sedang mengandung adalah kondisi yang umum.

    Mengutip dari Cleveland Clinic, sangat wajar ibu hamil mudah buang air kecil atau beser ketika sedang mengandung. 

    Dalam istilah medis, kondisi ini disebut inkontinensia yang terjadi selama kehamilan atau setelah melahirkan.

    Ini karena saat hamil, ibu tidak mampu menahan pipis yang membuat urine keluar begitu saja atau mengompol. 

    Semakin besar ukuran janin di dalam rahim, ibu akan semakin sulit menahan buang air kecil saat hamil.

    Kandung kemih memiliki sistem kerja yang unik. Jika Anda belum tahu, kandung kemih merupakan organ bundar dan berotot yang letaknya berada di atas tulang panggul.

    Sebuah kantong bernama uretra memungkinkan urine mengalir ke kandung kemih.

    Otot kandung kemih ini akan mengendur saat terisi urine agar kandung kemih bisa menampung urine sebelum keluar.

    Sementara itu, otot lain menjaga kandung kemih agar tertutup sampai ibu siap buang air kecil. 

    Jika ibu menahan buang air kecil, baik saat hamil atau tidak, otot kandung kemih akan bekerja lebih keras dari biasanya.

    Apabila ibu membiarkan menahan kencing terutama saat hamil, kondisi ini bisa menyebabkan berbagai masalah, salah satunya infeksi saluran kencing.

    Penyebab menahan kencing bisa meningkatkan risiko infeksi saluran kemih

    BAB berdarah saat hamil

    Selama kehamilan, wanita jadi lebih sering buang air kecil karena perubahan hormon selama kehamilan.

    Selain perubahan hormon, peningkatan jumlah dan kecepatan darah yang beredar melalui tubuh dan pertumbuhan rahim juga memicu rasa beser.

    Perubahan hormonal membuat aliran darah ke ginjal lebih cepat dan volume darah juga mengalami peningkatan sekitar 50% dari kondisi sebelum hamil.

    Kondisi ini meningkatkan kecepatan pengisian kandung kemih serta volume urine yang menyebabkan ibu hamil jadi lebih sering bolak-balik ke kamar mandi. 

    Kalau malas, mau tidak mau ibu jadi sering menahan kencing. Semakin sering ibu hamil menahan kencing, bakteri akan tinggal lebih lama pada area kandung kemih dan saluran kencing ibu hamil.

    Hal ini yang bisa memicu berkembang biaknya bakteri sehingga membuat ibu hamil jadi lebih rentan mengalami ISK.

    Ciri-ciri infeksi saluran kemih antara lain:

    Fase buang air kecil bagi ibu hamil sesuai usia kehamilan

    mencukur rambut kemaluan saat hamil

    Intensitas buang air kecil yang semakin sering membuat ibu saat hamil memilih untuk menahan pipis.

    Meski mengganggu, sebenarnya sering buang air kecil sangat umum terjadi ketika sedang hamil.

    Semakin besar usia kandungan, ibu akan semakin sering buang air kecil karena janin mulai sering bergerak dan mendorong kandung kemih.

    Agar lebih jelas, berikut intensitas buang air kecil sesuai trimester kehamilan.

    Trimester pertama

    Intensitas buang air kecil akan lebih sering ketika masuk dua minggu pertama setelah pembuahan atau sekitar waktu awal menstruasi. 

    Rasa ingin menahan kencing saat hamil umumnya sudah terasa di masa trimester pertama.

    Tidak hanya intensitas buang air kecil, payudara ibu juga lebih lembut dan mulai merasa mual di pagi hari atau morning sickness.

    Perubahan hormon pada awal kehamilan membuat peningkatan aliran darah dan cairan dalam tubuh. Hal ini membuat ginjal bekerja cukup keras dan produksi urine meningkat.

    Pada trimester pertama, rahim mulai besar dan menekan kandung kemih sehingga membuat ibu merasa ingin terus menahan kencing.

    Trimester kedua

    Masuk usia kehamilan trimester kedua, tubuh ibu mulai beradaptasi dengan perubahan baru. 

    Pada fase ini, rahim mulai naik ke rongga perut seiring dengan bertambah besarnya ukuran janin.

    Mengingat rahim mulai naik ke rongga perut, kandung kemih ibu tidak terlalu tertekan. 

    Hal ini membuat perasaan ingin menahan buang air kecil saat hamil tak sesering trimester pertama. 

    Trimester tiga

    Pada kehamilan trimester ketiga, posisi rahim semakin masuk panggul dan mendorong kandung kemih.

    Tidak jarang ketika masuk usia kehamilan 28 minggu sampai saat melahirkan, ibu akan merasa beser dan sulit menahan kencing saat hamil.

    Intensitas buang air dan volume urine yang ibu keluarkan biasanya cukup banyak. 

    Namun sebaiknya, ibu tidak menahan kencing saat hamil karena berisiko mengalami infeksi saluran kemih (ISK).

    Hindari menahan kencing saat hamil, Bu!

    Sekitar 2-10% wanita hamil mengalami infeksi saluran kemih karena menahan buang air kecil saat hamil. 

    ISK cenderung sering terulang kembali selama kehamilan meski Anda mungkin sudah tak sering menahan kencing saat hamil.

    Untuk menghindari ISK, sebaiknya bersihkan organ intim dengan arah basuhan dari depan ke belakang, jangan sebaliknya.

    Ibu juga perlu pilih pakaian dalam dari bahan katun dan yang tidak terlalu ketat, serta ganti pakaian dalam sesering mungkin.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 14/10/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan